Kamis, 03 Maret 2011

PEREMPUAN YANG MENCURIGAKAN

Aku betul betul tak tahu harus mengatakan apa lagi, semua ini benar benar tak aku sangka, mendapatkan seragam sekolah yang baru, tak sedikitpun terbayangkan akan secepat ini, aku memang sudah menabung agar bisa membeli sepatu dan baju, tapi jumlahnya masih terlalu jauh untuk cukup membelinya saat sekarang

Erwan memang sahabat yang baik, tak kukira ternyata mamanya juga baik, tak seperti orang kaya yang ada di film film selalu jahat

Aku masukan kembali tas, baju, celana dan ikat pinggang ke dalam plastik, kemudian aku jadikan satu dengan bungkusan kotak sepatu

Berkali kali aku mengucapkan terimakasih pada erwan dan mamanya

“tante cuma berharap, kamu lebih tekun lagi belajar, dan tak bosan bosan membantu erwan, karena tante percaya dengan kamu Semenjak akrab denganmu, erwan jadi bagus nilai nya di pelajaran “

Ujar mama erwan lembut sambil memegang bahuku

Aku menganggukan kepala perlahan, aku tak tahu harus ngomong apalagi

“silahkan kalau mau ke kamar lagi, tante juga mau mandi dulu Sering sering lah main kesini temani erwan, dirumah ia kesepian, kalian berdua bisa belajar bersama sama disini pokoknya tak usah sungkan sungkan Tante senang kalau erwan mendapatkan teman yang bisa mengarahkannya menjadi lebih baik “

Mama erwan menutup pembicaraan lalu berdiri dan berjalan menuju ke kamarnya

Erwan mengajak aku kembali ke kamarnya, sekarang sudah jam setengah lima sore, aku tak bisa terlalu lama pulang, soalnya belum mandi Didalam kamar erwan, aku bertanya kenapa sampai mama erwan memberikan padaku alat alat itu, erwan menjelaskan kalau mamanya memang sering ikut program orang tua asuh, jadi sudah terbiasa membagi bagikan pada orang orang kurang mampu perlengkapan sekolah Tapi biasanya yang ia bantu adalah anak anak yang masih di sekolah dasar Erwan yang meminta pada mamanya untuk memberikan padaku baju sekolah ini Kembali aku mengucapkan terimakasih pada erwan Sampai jam lima aku bersama erwan mengobrol dikamarnya, kemudian aku pamit pulang, erwan menyuruh aku menunggu sebentar, ia keluar kamar dan kembali lagi tak lama kemudian sambil membawa bungkusan berisi sosis yang tadi ia suruh pembantunya membungkusnya untuk aku bawa pulang Lalu ia mengantarku keluar kamarnya, tak lupa aku pamitan juga pada mama erwan menyalaminya dan mencium tangannya Mama erwan menyuruh sopirnya mengantarku pulang, sebenarnya aku sudah menolak dan memilih untuk pulang berjalan kaki, tapi erwan dan mamanya tetap memaksa Akhirnya aku pulang dengan diantarkan oleh sopirnya keluarga erwan Sampai dirumah aku turun, kemudian mengucapkan terimakasih pada sopir erwan, sopirnya mengangguk sambil tersenyum kemudian pulang kembali kerumah erwan Aku masuk kerumah sambil mengucap salam Emak yang sedang duduk menjahit rok yuk yanti, menjawab salamku “apa itu nak ?” tanya emak saat melihat bungkusan yang aku bawa “ini mak, aku dikasih peralatan sekolah sama mama erwan ” jawabku sambil meletakkan bungkusan diatas meja Emak menatapku agak heran kemudian ia membuka bungkusan itu Mengeluarkan kotak sepatu dan baju baju yang aku bawa “wah banyak sekali nak Subhanallah, beruntungnya kamu Kok mereka sampai bisa memberikan kamu semua ini gimana ceritanya ?” tanya emak sedikit penasaran Kemudian aku menceritakan semua kepada emak Emak mendengarkan dengan penuh perhatian “kamu bilang terimakasih nggak sama mereka nak?” “tentu saja mak Nggak mungkinlah rio nggak berterimakasih ” “baik sekali ya mereka, semoga kebaikannya diberi pahala yang setimpal oleh allah ” gumam emak sambil memegang sepatu baruku itu “oh ya mak, rio juga bawa sosis goreng untuk emak, emak loh mak, tadi erwan kasih untuk aku bawa pulang ” aku memberikan bungkusan yang lebih kecil kepada emak “kamu udah mandi belum, mandi dulu sana Bawa perlengkapan sekolah mu ini ke kamarmu, nanti setelah itu kita makan sama sama !” ujar emak sambil mengambil bungkusan yang aku berikan “iya mak Rio memang belum mandi, rio mandi dulu ya mak ” kataku sambil memasukan peralatan sekolahku ke dalam kantong plastik lalu membawanya kekamar Setelah itu aku mengambil handuk, kemudian aku mandi Selesai mandi aku sholat magrib, setelah itu makan malam bersama emak, yuk yanti dan yuk tina Kami makan dengan lauk telur dadar, sayur asem serta sosis goreng “sering sering aja kamu main kerumah temanmu itu dek Biar kita sering makan sosis ” kata yuk yanti sambil bercanda “hus Nggak boleh begitu Kita tak boleh memanfaatkan kebaikan orang lain ” emak menasehati kami “tapi rio kan nggak minta, mereka yang ngasihnya Lagipula aku tahu kalau mereka itu orang kaya Kakaknya erwan kan sekolah di smu yang sama denganku, cuma dia udah kelas tiga ” kata yuk tina sambil menggigit sosisnya dengan lahap “emak tahu, tapi kita juga tak baik kalau bertujuan mengemis, rio kan berteman akrab dengan erwan, ia tak pernah meminta, tapi sebagai teman yang baik, erwan mengerti akan keadaan rio, dia membantunya, itu lah yang dinamakan sahabat sejati Rio juga harus bisa membalas kebaikan erwan Kalau erwan ada kesulitan dalam pelajaran mesti rio bantu juga ” jelas emak panjang lebar “iya mak, itu pasti kok Walaupun nggak dikasih semua ini, rio tetap akan membantu erwan kok mak ” jawabku sambil menuang sayur asem ke dalam piringku “besok kamu pake seragam baru pasti lebih ganteng ya dek ” ujar yuk yanti Aku tersenyum mendengar kata kata kakak sulungku itu +++ selesai makan, yuk yanti membereskan meja dibantu oleh yuk tina Aku kembali ke kamar, mengambil bungkusan berisi seragam sekolahku yang baru yang aku taruh diatas tempat tidur Aku buka plastik pembungkus baju, sebuah kemeja putih berbahan halus, dengan hati hati aku lepas kancingnya satu persatu, kemudian aku pakai Begitu pas ditubuhku, kemudian aku buka plastik pembungkus celana biru tua dari bahan dril yang bagus dan tebal Ku lepaskan celana hawaiku kemudian aku memakai celana sekolah baruku Bagus sekali, seperti celana yang dipesan di tukang jahit Pintar sekali erwan memilihnya Seragam sekolah ini membuat aku jadi terlihat tak lusuh lagi, rasanya tak sabar menunggu pagi datang Ke sekolah dengan seragam yang baru Kurang puas, aku pakai sepatu dan kaus kaki serta ikat pinggang pelengkapnya Aku pandangi penampilanku didepan cermin Terlihat bagai anak gedongan, ternyata baju bisa sangat membuat seseorang itu terlihat begitu beda Aku benar benar pangling seolah tak percaya bayangan yang ada didepanku itu aku Aku berputar putar didepan cermin, mematut diri “ceileee yang seragamnya baru Udah nggak sabar lagi makenya nih !!” terdengar suara yuk yanti di belakangku, aku menoleh dengan malu, seolah maling tertangkap basah, mukaku jadi memerah, entah sejak kapan emak, yuk yanti dan yuk tina melihatku bergaya didepan cermin seperti ini Kenapa aku bisa lupa menutup pintu Mereka menghampiriku, emak mengusap rambutku dengan sayang “gagah sekali kamu nak Baju itu pantas sekali kamu pakai ” kata emak dengan terharu “apa ayuk bilang, adek pasti ganteng pakai baju barunya Beneran dek, kalau pakai seragam itu, adek kelihatan seperti anak orang berada ” puji yuk yanti sambil tersenyum lebar “coba aku juga bisa pake baju kayak kamu rio Beruntung sekali kamu Bisa dikasih seragam selengkap itu ” tambah yuk tina sambil menatapku dari atas hingga ke bawah Aku jadi makin tersipu “eh sudah isya Emak mau sholat dulu Kalian juga jangan lupa sholat, jangan menunda nunda waktu sholat, nggak baik ” ujar emak saat mendengar azan berkumandang di masjid Yuk yanti dan yuk tina keluar dari kamarku bersama emak, aku mengganti kembali seragam ku dengan baju rumahan Saat keluar kamar, aku menabrak yuk yanti yang baru saja dan wudhu sedang berjalan tepat di depan pintu kamarku Ia terkejut “eh adek Jalan itu hati hati dong dek ” nasehatnya sedikit kesal karena aku tabrak tadi Aku buru buru minta maaf “maaf yuk nggak sengaja soalnya tadi aku nggak tau kalau ada ayuk ” “ya sudah lain kali hati hati ” Gerutu yuk yanti sambil kembali ke belakang Aku mengikutinya, ternyata yuk yanti kembali ke kamar mandi dan mengambil wudhu lagi, aku jadi bingung, aku kan adiknya, kenapa yuk yanti ngambil wudhu lagi Dalam keluarga itu, saudara laki laki tak membatalkan wudhu, demikian juga saudara perempuan tak membatalkan wudhu saudara laki lakinya Itu dinamakan muhrim Aku cuma diam saja berdiri disamping pintu kamar mandi menunggu yuk tina selesai Yuk tina keluar dari kamar mandi, aku tak bertanya kenapa dia mengambil wudhu lagi Apakah yuk tina tidak tahu tentang hukum muhrim itu Aku masuk ke kamar mandi mengambil wudhu dengan hati yang masih bertanya tanya Selesai sholat, aku ke dapur bergabung dengan emak, dan kedua kakak perempuanku Aku membantu mereka membungkus ketan dengan daun pisang Emak menaruh abon ikan ke dalam ketan, sedang yuk tina dan yuk yanti membungkusnya Aku membantu menusukan lidi ke ujung ujungnya agar daun pisangnya nggak terbuka “kamu nggak ada PR rio Kalau ada mendingan kamu kerjakan dulu ” emak bertanya sambil menyusun ketan yang sudah selesai di bungkus ke dalam kukusan “nggak mak Nggak ada Habis ini aja aku belajar ” “dek, kaus kaki adek kan ada dua Untuk ayuk ya satu ” kata yuk tina sambil tersenyum manis padaku Dasar ayuk ku satu ini, kalau ada maunya aja pasti senyum senyum gitu Tapi nggak apa lah Aku kasih kaus kakiku satu untuk yuk tina, soalnya kalau nggak aku kasih, pasti emak yang akan kena imbasnya, yuk tina pasti akan meminta beli sama emak “boleh yuk Tapi yang agak panjang aja ya ” “makasih ya Adek ku ini memang adek paling baik diseluruh dunia ” yuk tina memeluk aku erat erat karena kesenangan “eh ayuk Udah dong yuk Norak ah ” aku gelagapan karena jengah, jarang jarang yuk tina memeluk aku seperti ini, kami berdua memang lebih sering berantem, yuk tina yang keras kepala sering marah marah kalau perhatian emak kepadaku agak lebih Aku senang bisa membuat yuk tina gembira “kamu ini tin, Selalu aja nggak mau ngalah sama adek ” tegur emak menggeleng gelengkan kepala melihat yuk tina “ih emak cerewet amat sih, rio aja nggak kenapa napa aku pinta kaus kakinya, lagian sesama saudara itu kan harus saling membantu Tul nggak dek ?” canda yuk tina sambil mengedip mata padaku “iya Mak gak apa apa mak Lagian rio kan masih punya kaus kaki baru mak, kalau mau ganti kan masih ada yang lama ” “kalau memang begitu ya terserah kamu nak, yang penting kalian akur itu yang bikin emak bahagia ” tambah emak sambil tersenyum pada kami Aku berdiri karena telah selesai Yuk yanti membawa wadah kue ke atas meja Baru saja aku mau ke kamar, tiba tiba pintu depan ada yang mengetuk, terdengar suara seorang perempuan memberi salam Emak membuka pintu, seorang perempuan sebaya emak berdiri didepan pintu tersenyum lebar, tiba tiba wajah emak langsung berubah pucat pasi +++ “mega !” desis emak seolah olah sedang melihat hantu ” “apa kabar yuk leni Maaf ganggu malam malam !” sapa ibu itu dengan tenang, entah kenapa aku seperti kurang suka melihatnya Dari dandanannya yang agak menor bagai baru pulang main lenong “ma m masuk ke dalam dik Sama s siapa kesini ?” “sendirian yuk Suami aku lagi sibuk ” jawab ibu itu sambil melangkah masuk kedalam rumah, emak minggir sedikit memberi ruang pada ibu itu untuk masuk “silahkan duduk dik Mega maaf rumah ini berantakan Belum sempat beres beres ” masih dengan suara yang terbata bata emak mempersilahkan ibu itu duduk “maaf ya datang tanpa memberi kabar Soalnya aku benar benar tidak bisa menahan lagi ” ujar ibu itu sambil duduk dikursi tamu Matanya mengitari isi ruangan tamu rumah kami yang standard Aku mengintip dari balik tirai kamarku dengan penasaran, kenapa emak sepertinya kurang suka melihat ibu itu “maaf aku tinggal ke dalam sebentar ya dik ” kata emak, ibu itu menganggukan kepalanya, tapi ekspresi wajahnya seperti orang yang sudah tak sabar untuk mengutarakan sesuatu Emak berjalan ke dapur, sekilas emak memandangku yang sedang mengintip, lalu emak menemui yuk tina Entah apa yang mereka bicarakan, tapi setelah itu yuk tina masuk ke kamarku “dek Temani ayuk sebentar, kita kerumah teman ayuk, mau pinjam buku pelajaran untuk bikin PR Ayuk takut sendirian malam malam gini ” ajak yuk tina, aku menatap yuk tina dengan heran, aneh sekali, kenapa tiba tiba yuk tina minta di temani kerumah temannya, padahal biasanya ia paling malas kalau harus berjalan bersama sama denganku “ayuk aja pergi sendiri Aku lagi malas keluar nih ,” aku menolak, karena aku mau tau apa maksud ibu yang asing itu datang kemari hingga membuat emak jadi ketakutan begitu “nggak usah banyak alasan Ayo temani ayuk !” paksa yuk tina sambil menyeret tanganku keluar dari kamar Terpaksa aku mengikutinya walaupun agak sebal Aku keluar dari kamar sambil memandangi ibu itu, saat melihatku ia berdiri dan agak tercengang Yuk tina mempercepat langkahnya sambil terus menyeret tanganku membuat aku nyaris menabrak meja pendek disamping pintu menuju ke dapur “yuk Katanya mau ketempat teman Kok lewat dapur sih ” protesku kesal, yuk tina bertingkah aneh seperti ini Di dapur aku melihat emak sedang berbisik dengan yuk yanti yang sedang mencelup teh kedalam cangkir Mereka berdua langsung diam waktu melihatku Ini membuat aku jadi semakin curiga Pasti ada apa apanya Yuk tina menarik tanganku lewat pintu dapur, kemudian keluar rumah Setelah di jalan baru ia melepaskan pegangannya “kenapa sih yuk Kayak orang gila Siapa ibu itu yuk ?” aku bertanya sambil mengikuti yuk tina yang berjalan seperti orang mau mengambil gaji “teman lama emak dek Ayuk juga nggak tau Tadi emak yang bilang Ayo buruan ntar teman ayuk keburu tidur ” jawab yuk tina Kami berjalan melewati jalan gelap yang banyak ditumbuhi pepohonan, tak jauh dari situ ada pekuburan Karena sudah sering lewat disini aku dan yuk tina sudah terbiasa Walaupun gelap kami sudah hapal dengan jalan Rumah teman yuk tina sudah terlihat, pintunya masih terbuka Aku dan yuk tina berjalan mendekat kemudian yuk tina mengetuk pintu sambil mengucap salam Rini teman yuk tina sedang duduk diatas lantai, sepertinya sedang membuat pekerjaan rumah, buku buku berserakan dilantai, rini menoleh melihat kami, kemudian ia berdiri menyuruh kami masuk Aku dan yuk tina masuk ke dalam rumah rini “ada apa tin, tumben malam malam kesini ?” tanya rini kembali duduk di lantai Yuk tina berjongkok disamping rini “pinjam buku akutansi dong, aku lupa soal soal yang harus dikumpulkan besok, catatanku tertinggal di mejaku ” kata yuk tina Rini meletakkan penanya diatas buku tulis “loh Bukannya udah kamu masukkan ke dalam tas, aku lihat sendiri ” jawab rini dengan heran “kamu itu salah lihat Yang aku masukkan itu buku lain Ayo lah rin, pinjam dong bukunya Mampus aku kalo sampai lupa ngumpulnya besok ” kilah yuk tina ngotot “tunggu sebentar aku ambilin dulu bukunya di kamar Kamu itu ceroboh banget tin Buku sampe ketinggalan di sekolah ” gerutu rini sambil berdiri lalu berjalan masuk ke kamarnya Yuk tina menoleh melihatku, aku cemberut Yuk tina langsung melengos pura pura membalik balik buku pelajaran punya rini Aku duduk di kursi tamu, tak lama rini keluar dari kamarnya sambil memegang sebuah buku yang berukuran agak besar dan tebal “ini tin, jangan sampai lupa ya dibawa ke sekolah besok ” rini memberikan buku itu pada yuk tina Aku berdiri menunggu yuk tina, aku tak sabar ingin pulang, soalnya aku mau tau siapa sebenarnya ibu yang datang kerumah kami itu “tugas kita itu di halaman berapa rin, aku lupa ” yuk tina bertanya dengan santai sambil membalik balik buku akuntansi itu “halaman 37 bab 12, menghitung hari buku Ada soal yang diakhir bab itu, semuanya ada 15 soal ” jawab rini sambil terus menulis Entah kenapa aku merasa yuk tina sengaja mengulur ulur waktu agar bisa lebih lama disini Aku duduk lagi dengan sebal Memandangi mereka yang asik membahas soal soal Hingga jam setengah sepuluh baru yuk tina pamit untuk pulang “makasih ya rin, aku tadi sempat kebingungan dirumah Untung kamu ada buku ini Aku pinjam dulu ya Makasih ya rin, kami pulang dulu ” kata yuk tina sambil berdiri Rini mengantar kami hingga ke pintu +++ “adek tunggu dong !” jerit yuk tina saat kami melewati pekuburan yang gelap dan banyak pohon besar Cahaya bulan sabit yang redup membuat suasana terasa sunyi “buruan jalannnya Jangan kayak pengantin !” gerutuku sedikit kesal, aku ingin cepat cepat sampai dirumah, aku masih penasaran kenapa sepertinya emak bertingkah agak aneh tadi Yuk tina mempercepat jalannya menyusulku Dingin sekali udara malam ini, sepertinya akan turun hujan, karena aku lihat langit ditutupi awan, mana angin bertiup agak kencang Keheningan malam ini cuma terisi suara nyanyian kodok serta gemerisik langkah kakiku dan yuk tina Setelah beberapa menit akhirnya kami sampai dirumah, emak dan yuk yanti sedang duduk didepan teras Sepertinya mereka sedang menunggu kami “emak kok diluar sih Kan banyak angin mak Nanti masuk angin ” ujarku sambil menghampiri emak mengajaknya masuk ke dalam rumah “emak baru aja mau menyusul kamu dan tina, kok lama sekali sih ” “itu yuk tina tuh Sibuk ngobrol sama temannya Gak tau temannya lagi sibuk belajar ” aduku dengan sebal pada emak Yuk tina melotot melihatku, aku pura pura tak melihatnya Biarin aja ia mau melotot sampai keluar kedua biji matanya Kami masuk ke dalam rumah, yuk yanti mengunci pintu setelah kami semua berada di dalam aku duduk dikursi ruang tamu, kursi yang sudah ada sebelum yuk yanti lahir Busanya sudah memadat dan kainnya pun sudah kusam “siapa ibu ibu tadi itu mak ?” aku bertanya cepat cepat karena kulihat emak mau masuk ke dalam kamarnya Emak yang sedang berjalan langsung berhenti kemudian menoleh padaku “bukan siapa siapa rio, cuma teman lama emak waktu masih sekolah dulu Kenapa memangnya nak ? Jawab emak agak heran, namun aku bisa melihat kalau emak agak gugup dan suaranya terdengar sedikit bergetar “nggak apa apa mak Cuma nanya aja Soalnya rio lihat emak kayak nggak suka sama ibu itu ” aku mengatakan apa yang aku pikirkan Emak tersenyum dengan sabar, lalu menghampiriku dan duduk disampingku “rio Emak tak pernah membenci atau tak menyukai orang lain tanpa sebab Mungkin itu cuma perasaanmu saja nak Perempuan itu memang benar benar teman lama emak yang sudah lama tidak bertemu, datang dengan wajar sebagai teman yang kangen sudah lama tak bertemu ” emak menjelaskan dengan sabar, sebenarnya aku belum puas dengan jawaban emak, tapi aku tak mau membuat emak jadi sedih, aku tahu ada yang emak sembunyikan Tapi aku tak boleh memaksa, biarlah nanti waktu yang akan menjelaskan apa yang jadi pertanyaan dalam hatiku “sudah larut nak Tidur sana Besok sekolah Kamu mau pakai baju baru kan ” aku melihat ke jam dinding, sudah hampir jam sebelas Aku mengangguk angguk dan berdiri, kemudian ke kamar mandi, cuci muka dan gosok gigi Setelah itu aku kekamar dan tidur Sambil berbaring aku merenungkan kembali kejadian tadi, perempuan itu datang dengan memasang wajah angkuh, aku tak suka melihatnya, tapi aku seperti merasa telah mengenalnya Entah kenapa aku seakan akan tak bisa melupakan wajah perempuan itu Apakah emak punya hutang yang belum bisa dibayar, hutang lama pada perempuan itu Kalau memang benar begitu, kasihan emak, pasti begitu kebingungan sekarang, aku tahu emak tak punya uang banyak apalagi tabungan Aku juga tak tau harus membantu bagaimana ======================== Pulang jualan, setelah memberi makan kucingku dengan nasi putih yang diaduk rata campur ikan goreng, aku cuci tangan, lalu mengganti baju sekolah Rasanya semangat sekali hari ini, baju baru, sepatu dan tas baru Dengan percaya diri aku keluar dari kamar, emak tersenyum melihatku “gagah sekali kamu nak ?” ujar emak dengan senang Hatiku jadi berbunga bunga “ah emak bisa aja Rio berangkat dulu ya mak Assalamualaikum ” aku mencium tangan emak, kemudian keluar rumah, baru saja aku menginjakan kaki ditanah, mobil yang biasa membawa erwan berhenti tepat didepan pekarangan rumahku Emak menoleh sedikit heran melihatku “itu mobil erwan teman sekelasku mak !” aku menjelaskan pada emak Emak mengangguk angguk Pintu mobil terbuka, Erwan turun dan menghampiriku Ia tersenyum padaku dan emak “assalamualaikum pagi bu Pagi rio ” ia menyapa aku dan emak “waalaikumsalam pagi juga nak ” emak menjawab salam erwan “tumben mampir kesini Ada apa wan?” tanyaku sedikit heran “nggak, aku tadi baru mau berangkat, tiba tiba ingat kamu, jadi aku minta pak amat lewat sini Sekalian sama aku aja ya ke sekolah ” tawar erwan padaku “wah Kirain kamu udah disekolah makasih ya udah mau jemput aku ” “santai aja, lagian rumah kita kan tak terlalu jauh, ayo masuk ke mobil ” kata erwan membuka pintu mobil, kemudian masuk kedalam, aku mengikutinya masuk lalu duduk disampingnya Erwan membuka kaca mobil “bu kami berangkat dulu ya assalamualaikum ” erwan pamit pada emak, dari dalam mobil sedikit berteriak Emak memandangi kami dari tengah pintu rumah sambil tersenyum lebar Aku melambaikan tangan pada emak “rio pergi mak ” “waalaikum salam Hati hati dijalan ” nasehat emak sambil mengangguk kemudian masuk ke dalam rumah “wow keren sekali kamu rio Sumpah kamu ganteng banget ” puji erwan membuat muka ku mekar karena malu, aku jadi salah tingkah “ini semua kan berkat kamu, telah memberikan seragam baru yang bagus ini Makasih banyak ya sobat ” jawabku sambil tak lupa mengucapkan terimakasih lagi “aku senang banget melihat kamu memakai seragam itu Beneran rio kamu jadi makin cakep” kata erwan dengan antusias +++++ muka ku jadi mekar mendengar pujian erwan yang terlalu berlebihan itu sepanjang jalan menuju sekolah, kami berdua bercanda erwan mengeluarkan beberapa bungkus wafer dan memberikan padaku, bersama sama kami makan wafer Hingga tak terasa mobil yang membawa kami telah berhenti di depan gerbang sekolah aku dan erwan turun, tak lupa aku berterimakasih pada supir erwan Setelah supir erwan pergi, kemudian aku dan erwan bersama sama memasuki gerbang dan berjalan menuju kelas Aku bersyukur pagi ini Karena pakai mobil, aku bisa lebih banyak waktu sebelum bell bunyi Saat melihat Didalam kelas, beberapa murid yang bertugas piket membersihkan kelas sedang menyapu Beberapa kursi masih berdiri diatas meja Teman cowok yang piket membantu menurunkan kursi kursi itu sebelum bell bunyi Aku dan erwan duduk didepan kelas Menunggu hingga kelas selesai dibersihkan Saat aku menoleh ke koridor, rian sedang berjalan dengan gayanya yang santai, tubuhnya yang jangkung dan tegap membuat langkahnya yang tenang itu jadi mempesona Berpuluh puluh pasang mata dari teman teman perempuanku menatap rian dengan kekaguman yang tak disembunyikan Jujur aku akui kharisma rian memang begitu kuat Atmosfir kehadirannya langsung terasa disekeliling kami Namun rian bagai tak menyadari itu Dengan cuek ia menghempaskan pantatnya duduk disamping erwan Dadaku langsung berdetak kencang Ingin rasanya aku menggeser duduk lebih dekat ke rian, namun aku tahan Mengingat kejadian kemarin ia membentakku membuat aku jadi agak antipati, walaupun aku kagum dan menyukai ia secara fisik, namun aku tidak suka dengan perlakuannya padaku Walaupun aku orang yang sederhana namun aku punya harga diri Emak saja tak pernah membentak aku seperti itu “pagi rio Erwan ” sapa rian menoleh pada aku dan erwan “pagi rian Tumben baru datang Biasanya kan jam setengah tujuh kamu udah disini ” jawab erwan Aku cuma diam dan mengangguk tanpa senyum ke rian Sekilas aku tahu ia sedang memperhatikan ekspresi wajahku yang datar, tapi aku pura pura sibuk melihat ke depan dimana beberapa orang murid sedang membuang sampah didalam tempat sampah “iya, tadi aku bangun agak siang, gara gara ada sepupuku datang, semalam ia mengajak aku ngobrol hingga larut, jadinya aku tak bisa tidur cepat, ya gini deh Untung saja aku nggak telat masuk ” jelas rian panjang lebar Aku cuma diam pura pura sibuk sendiri, padahal dalam hatiku menyimak apa yang ia katakan Tapi aku tak mau menimpali, aku masih bete dengan rian “eh rio, kok dari tadi diam saja ?” tanya rian tiba tiba membuat aku kaget Apakah dia tahu kalau dari tadi aku mengacuhkan dia Cepat cepat aku menoleh sambil tersenyum ala kadarnya saja “ah nggak kok ” jawabku singkat, kemudian aku menepuk paha erwan “wan, masuk kelas yuk Bentar lagi bell bunyi ” ajakku sambil melirik jam tangan yang melingkari pergelangan tangan erwan Aku berdiri, erwan melihat jam tangannya lalu menoleh padaku “iya Sekarang udah jam tujuh, yuk ke kedalam, Ayo rian masuk ke kelas ” erwan berdiri sambil melirik rian lalu mengambil tas sekolahnya yang berbentuk ransel, berwarna hitam Rian ikut berdiri lalu mengikuti kami masuk ke dalam Ruangan kelas sekarang sudah bersih, lantai sudah tak berdebu lagi dan kursi sudah tersusun rapi Aku berjalan ke arah bangku kami Kemudian aku menarik bangku dan duduk Bertepatan aku duduk bell berbunyi Dalam sekejab saja kelas yang tadi sepi langsung dipenuhi oleh riuh rendah suara teman temanku yang berebutan masuk ke dalam Aku duduk sambil memandangi punggung rian Ia sedang membuka tas nya dan mengeluarkan buku serta alat tulis Entah apa yang menggerakannya tiba tiba ia menoleh ke belakang, tepat melihatku Mata kami saling berpapasan Aku terkejut karena tertangkap basah sedang melihatnya Cepat cepat aku menoleh ke jendela, pura pura tak sengaja sedang melihatnya Aku malu sekali, aku tahu pasti mukaku memerah saat ini Walaupun aku sedang melihat lurus ke jendela, namun aku bisa menangkap bayangan rian, ia masih melihat aku Aku pura pura tak menyadari itu Setelah aku yakin ia tak melihat aku lagi, baru aku mengalihkan pandangan dari jendela dan membuka tas baruku “suka nggak dengan tas itu rio ” bisik erwan pelan di telingaku, aku tak menjawab cuma mengangguk dan tersenyum lebar Aku yakin ia pasti tau kalau aku bukan cuma senang tapi aku betul betul senang dengan tas ini, terlihat sekali tas ini mahal, dari mereknya saja aku tahu Kalau beli sendiri, mungkin aku harus lama sekali menabung untuk membeli tas sebagus ini Keluarga erwan memang benar benar baik, di tengah tengah kemewahan yang meliputi mereka, masih sempat untuk berbagi dengan orang yang kurang mampu Seandainya semua orang kaya seperti itu, pastilah akan tercipta keharmonisan di dunia ini Semua akan saling menghormati Sayangnya cuma segelintir orang yang seperti itu Lebih banyak orang yang menumpuk harta kekayaan untuk dirinya sendiri Terkadang malah harta itu cuma untuk disimpan tanpa di pergunakan Aku tak mengerti jalan pikiran orang yang seperti itu Mereka mencari uang bahkan dengan cara yang tak halal, korupsi dan mengambil sesuatu yang bukan haknya Hanya untuk menambah rekening yang belum tentu bisa ia pergunakan secara maksimal Apakah memang orang seperti itu adalah orang yang takut miskin, atau orang itu cuma senang kalau melihat saldo di rekeningnya selalu bertambah Lalu apa fungsi uang bagi mereka Aku benar benar tak habis fikir ++++ bell istirahat berbunyi, setelah bu sukma keluar dari kelas, teman teman sekelasku berebutan keluar kelas, seolah olah dalam kelas ada bom yang siap untuk meledak “wan ke kantin yuk ” aku mengajak erwan yang sedang memasukkan bukunya ke dalam tas Erwan memasukan tas ke dalam laci kemudian berdiri “ayo Perutku sudah lapar, kepengen makan tekwan bu eni ” jawab erwan sambil berjalan keluar kelas Aku dan erwan menuju ke kantin sambil ngobrol Kantin bu eni terletak di belakang kelas satu Setiap jam istirahat, kantin selalu ramai dikunjungi oleh murid murid dari seluruh kelas Selain kantin yang ada di luar pekarangan sekolah, dan kantin yang terletak di ujung ruang laboratorium milik ayah angga Kantin bu eni lumayan ramai dikunjungi, tekwan yang dijual disitu terkenal enak, aku suka sekali Aku duduk di bangku kayu depan meja yang berisi bermacam macam makanan Erwan memesan dua mangkuk tekwan untuknya dan untukku Baru saja aku mau makan, tiba tiba rombongan vendi bersama sekitar enam orang temannya termasuk rian datang Mereka duduk didekat sudut bangku yang ada dibawah pohon akasia Aku pura pura tak melihat dan sibuk makan Kuah tekwan yang panas membuat bibirku terasa melepuh Mungkin karena aku terburu buru hingga tak ingat lagi untuk meniup agar sedikit dingin Erwan tertawa melihatku tersentak kaget karena kepanasan “makanya kalo makan tuh jangan kayak orang kelaparan sobat ” tukas erwan geli Aku tersipu sambil menarik selembar tissue “iya nih Soalnya tadi pagi aku lupa sarapan makanya lapar banget ” jawabku sambil menyeka ujung bibirku dengan tissue hingga kering “mbak minta es jeruk dua ya !” teriak erwan pada seorang pembantu bu eni Gadis itu mengangguk kemudian mengantarkan dua cangkir plastik es jeruk kunci manis ditambah batu es “bro Sore ini ke rumahku lagi ya Main sega lagi kayak kemarin ” ajak erwan sambil minum es nya “wah kalo sore ini mungkin aku nggak bisa wan Kamu aja deh yang ke rumahku ” aku menolak sambil balik menawar erwan “boleh sih Asal kamu nggak keberatan ” jawab erwan sambil meletakan cangkir ke atas meja “ya nggak mungkin keberatan dong wan Malah aku seneng kamu sudi main ke gubuk kami yang sederhana ” “hus nggak boleh ngomong gitu rio Aku tak suka kamu merendah seperti itu !” erwan mengingatkanku Aku cuma tersenyum, menghirup kuah tekwan yang hangat dengan berselera “iya deh Aku bukan merendah, tapi itulah keadaan yang sesungguhnya wan tapi aku tetap merasa bersyukur kok” balasku santai tanpa beban Erwan cuma tersenyum lalu melanjutkan makan tekwannya Setelah tekwan dan minuman kami habis, aku berdiri hendak membayar “biar aku yang bayar bro ” erwan berdiri sambil merogoh kantong celananya mengeluarkan beberapa lembar uang seratusan rupiah “kali ini aku yang bayar !” aku bersikeras “nggak apa apa rio, biar aku aja yang bayarin ” erwan tak mau kalah “biar aja Pokoknya aku mau bayar !” aku tetap dengan pendirianku Bukan apa, aku tak enak hati karena selama ini selalu erwan yang mentraktir aku makan di kantin, bagaimanapun juga aku mau sekali sekali ikut mentraktir erwan Ingin membalas kebaikannya selama ini Erwan menatapku sedikit ragu, aku memasang wajah batu Akhirnya erwan hanya bisa mengangkat bahu Ia tahu aku keras hati, kalau sudah membuat keputsan susah untuk dirubah “terserah kamu Makasih ya Sering sering aja traktir aku kayak gini hehehe ” kata erwan sambil memasukkan kembali uangnya ke dalam kantong celananya Aku cuma tersenyum mendengar kata katanya Erwan memang lucu, aku tau kalau kata katanya tadi hanya sekedar canda “tunggu sebentar ya Aku bayarin dulu makanan kita ” kataku sambil menghampiri bu eni, lalu aku membayar sejumlah yang kami pesan tadi Aku senang sekali bisa mentraktir erwan kali ini, aku tak enak hati kalau terus terusan ia bayarin, aku tak mau kalau nanti ada teman yang usil mengatakan aku penggerogot perekonomian erwan Baru saja aku mengulurkan selembar uang limaratus rupiah pada bu eni, tiba tiba dari sampingku terulur tangan memegang selembar uang limaribuan, tanpa menoleh pun aku tahu siapa pemilik tangan semulus itu “bayar makanan kami tadi bu, sekalian dengan makanan rio dan erwan !” ucapnya dengan tegas pada bu eni Aku menoleh menatap rian dengan sedikit heran Rian cuma tersenyum membalas tatapanku “tadi kalian pesan apa aja ?” tanya bu erni sambil menerima uang dari rian “tujuh mangkuk tekwan dan tujuh gelas es teh manis bu ” jawab rian santai, aku tak berkata apa apa Entah kenapa sejak kejadian itu, aku canggung setiap berada dekat rian, untuk berkata sekedar terima kasih saja susahnya minta ampun “jadi di tambah dengan erwan dan rio, semua ada sembilan mangkuk, dan dua gelas es jeruk di tambah tujuh gelas es teh Semuanya dua ribu dua ratus lima puluh rupiah Ini kembaliannya dua ribu tujuh ratus lima puluh rupiah Di hitung lagi ya siapa tau lebih ” ujar bu eni sambil bercanda Rian mengambil kembalian uangnya dari bu erni lalu mengantongi uangnya “yuk rio Aku duluan ya ” kata rian sambil berlalu dari hadapanku Aku membuka mulut hendak mengucapkan terima kasih Namun langkah rian terlalu cepat, ia tak mendengar kata kataku Aku menghampiri erwan dengan hati yang masih bertanya tanya Kenapa sih rian begitu penuh dengan misteri, kadang ia baik, kadang menyebalkan “sudah dibayar rio?” tanya erwan berbasa basi “udah wan Dibayarin sama rian ” jawabku apa adanya erwan cuma melongo menatapku ++++ SATU RAHASIA “kok bisa si rian yang bayarin, emangnya ada angin apa ?” tanya erwan heran kemudian menoleh ke rombongan rian dengan teman temannya yang sedang berjalan menuju ke kelas “entah lah Aku juga kaget, tadi waktu aku mau bayar, tiba tiba ia sudah bayarin Bahkan aku tak sempat berterimakasih Ia langsung ngeloyor gitu aja ” jawabku apa adanya “mungkin ia lagi ultah kali ” erwan bercanda “ke kelas yuk Bentar lagi udah bell ” ajakku saat melihat suasana di kantin yang sudah tak seramai tadi “eh habis ini pelajaran bahasa inggris ya PR halaman 42 udah kamu kerjakan?” erwan mengingatkanku “udah Dari kemarin dulu juga udah selesai ” “kalo gitu aku pinjam ya, ada beberapa yang belum aku isi ” “boleh Tapi gak jamin juga betul semua ” aku berjalan menyusuri teras belakang laboratorium bersama erwan, menuju ke kelasku yang ada disamping kiri laboratorium Sampai di kelas, aku langsung masuk dan duduk di bangku, mengeluarkan buku PR bahasa inggris lalu ku berikan pada erwan “tuh di salin aja dulu, buruan ntar bell sebentar lagi bunyi ” “thanks ya rio Kamu memang betul betul sahabat yang baik dan bisa diandalkan ” puji erwan dengan gembira lalu mengambil buku dari tanganku Dalam sekejab saja ia langsung menyalin semua jawaban yang ada di buku ku Tak sampai lima menit selesai ia menyalinnya “ini rio, makasih ya ” erwan mengembalikan bukuku, aku hanya mengangguk dan senyum Kami berdua ngobrol hingga bell tanda pelajaran dimulai berbunyi ================== pulang sekolah erwan mengajak aku ikut dengan mobilnya, namun aku menolak, bukan apa apa, aku cuma tak mau terlalu memanfaatkan kebaikan erwan, lagian jalan kaki bagiku lebih menyehatkan, sekalian olahraga Sebenarnya erwan memaksa, namun aku tetap pada pendirianku kalau aku mau pulang jalan kaki saja Erwan berlalu bersama sopirnya, tak lupa ia berjanji akan datang ke rumahku sore ini, sesuai dengan janjinya tadi Aku berjalan keluar dari gerbang sekolah, murid murid berhamburan pulang bagaikan air bah yang tumpah ruah Ada yang mengendarai sepeda, semua buru buru pulang seolah olah tahanan yang dibebaskan dari penjara lebih awal Aku berjalan diantara kerumunan teman teman yang hingar bingar, ku lewati jalan setapak yang memintas lebih dekat ke rumahku “rio tunggu !!” suara rian berteriak setengah berlari mengejarku Aku menghentikan langkah, berbalik ke belakang dan melihat rian dengan tertegun Sepatu baru ini membuat kakiku lecet, jadi aku jalan sedikit pincang karena perih “rio Kamu masih marah ya sama aku ?” terengah engah rian mengimbangi jalanku, walaupun kaget dengan pertanyaannya barusan, tapi aku tak mau terlalu menampakannya di depan rian, gengsi “ngapain juga marah Biasa biasa aja kok Lagian aku gak maksa kamu mau berteman denganku apa nggak ” aku jadi bingung sendiri mendengar jawaban yang terlontar dari mulutku, aku tak mau terlalu kasar, namun seperti keluar begitu saja Sering jadi bulan bulanan dan ejekan telah membuat aku menjadi sedikit peka Apalagi dibentak oleh orang yang selama ini aku senangi, yang aku sangat berharap sekali bisa jadi teman akrabnya Tentu saja membuat aku menjadi kecewa Rian berjalan disampingku masih dengan nafas yang tersengal sengal “waktu itu aku lagi ada masalah Makanya aku agak uring uringan Aku tak bermaksud untuk kasar sama kamu ” rian menjelaskan sambil terus berjalan tertunduk di sampingku Mendengar penjelasannya itu hatiku langsung dingin Menguap sudah segala kemarahan di hatiku Tersenyum aku pandangi rian, ia menatapku agak cemas “makasih ya udah traktir aku tadi ” aku melangkah pelan sambil mengimbangi langkah rian “nggak usah dipikirkan Kebetulan aja aku lagi bawa uang lebih ” “tumben kamu nggak pulang sama vendi, biasanya kalian selalu sama sama ” “vendi tadi di jemput sama papanya eh ngomong ngomong rumah kamu di mana?” tanya rian ingin tahu, saat kami berdua sudah sampai di persimpangan belokan ke arah rumah rian “lurus ke depan agak masuk gang yang di sebelah rumah besar berpagar putih cokelat di ujung jalan ini Memangnya kenapa?” aku sedikit heran dengan pertanyaan rian, untuk apa ia ingin tahu aku tinggal di mana “nggak kenapa napa sih, cuma mau tau aja Emang nggak boleh?” “boleh sih Cuma ” aku agak ragu, rumahku kan jelek, sedangkan rian itu anak orang berada, aku takut nanti ia tak sudi masuk ke dalam rumahku, rian kan selalu rapi dan bersih, selalu menjaga penampilan Aku sangsi ia mau masuk ke dalam rumahku Sementara aku lihat rumahnya yang besar itu selalu bersih dan teratur, sedangkan rumahku berantakan karena emak bikin jualan “boleh nggak sekali sekali aku mampir ke rumahmu?” tegas rian sambil menghentikan langkahnya Aku terdiam menimbang nimbang, aku bingung juga Tak seperti erwan yang sudah tahu keadaanku dan bisa menerima, aku kan banyak tugas di rumah, harus ke warung warung mengambil kue yang kami titipkan, terus aku harus mengambil daun pisang untuk pembungkus kue ketan dan nagasari Pastilah rian bakal kaget, aku tahu, anak tipe seperti rian mana pernah kerja di rumah seperti aku Kulitnya juga mulus kayak kulit cewek, walaupun nggak terlihat seperti cewek, namun itu menunjukkan kalau rian tak pernah mengerjakan yang berat berat, akhirnya setelah berpikir dan menimbang aku memperbolehkan ia main ke rumahku “boleh aja Tapi jangan heran ya nanti melihat keadaan di rumahku ” rian tersenyum lebar Kami berpisah di persimpangan, aku berjalan sambil menoleh ke rian +++ “udah pulang nak ?” tanya emak yang sedang menyerut daun pisang di depan halaman rumah saat melihat aku datang Aku menghampiri emak dan mengangguk “sini aku bantu mak Biar rio yang motong daun pisangnya ” aku menawarkan diri, namun emak buru buru mencegah ku, karena ia takut mengotori seragam baruku “sudah lah Mendingan kamu itu ganti baju dulu, habis itu makan Kamu pasti lapar kan, udah seharian belajar Buruan gih ! emak udah masakin lempah kuning buat kamu Ujar emak sementara tangannya dengan gesit memotong motong daun pisang dan membuang tulang daun nya yang keras Aku tak bisa memaksa, karena kata kata emak benar, bajuku ini baru, lagian ini pemberian dari satu satunya sahabatku di sekolah Jadi aku harus bisa menjaganya “rio masuk dulu ya mak ” emak tersenyum sambil menggulung daun pisang dan membersihkan sisa sisa sampahnya Aku masuk ke dalam rumah lalu langsung ke kamar, setelah ganti baju dengan baju rumah, aku ke dapur mau makan siang dulu Yuk tina sedang makan juga rupanya “lauk apa yuk ?” tanyaku sambil duduk di kursi makan “lihat aja sendiri ” jawab yuk tina tanpa melihatku, yuk tina menyuapkan sesendok nasi ke mulutnya Sementara tangan kirinya sibuk membalik lembaran majalah diatas meja Matanya terfokus pada majalah itu Aku berdiri lagi, kemudian ke dapur mengambil piring dari rak Aku pandangi yuk tina dari balik pintu dapur, sebenarnya aku ingin sekali bisa akrab dengan yuk tina, namun entah mengapa ia seolah olah sengaja menciptakan batas diantara kami, padahal aku sudah mencoba merobohkan batas itu Aku sendiri tak pernah bisa mengerti dengan keadaan ini, kenapa ayuk ku sendiri bersikap seperti ini padaku Mengapa yuk tina seperti tak punya rasa sayang padaku Apakah karena emak lebih memanjakanku hingga membuat yuk tina jadi membenciku Aku menarik nafas dalam dalam, kemudian kembali menghampiri yuk tina untuk mengambil nasi karena perutku sudah lapar Ku buka tutup saji dan mengisi nasi ke dalam piring lalu mengambil lauk seadanya Yuk tina masih sibuk makan sambil membalik balik majalah Aku menarik kursi yang ada di depannya Lalu aku makan Emak masuk ke dapur sambil membawa gulungan daun pisang “sambal terasi nya ada di atas tungku dapur rio ” ujar emak sambil menaruh daun pisang ke dalam bakul Lalu emak ke dapur, tak lama kemudian ia kembali dengan membawa sepiring kecil sambal terasi dan memberikannya kepadaku “makasih ya mak Pantas aja tadi aku lihat ada rebus pepaya mentah, dan pucuk singkong, tapi kok nggak ada sambalnya di atas meja ” kataku sambil mencolek potongan pepaya rebus ke sambal terasi “iya emak tadi lupa mindahin ke meja Makan yang banyak ya nak ” emak duduk di sampingku Memandangi ku yang sedang makan lalapan dengan lahap Emak senang sekali kalau aku makan banyak “giliran rio emak mau ngambil sambalnya Aku udah hampir selesai makan, emak nggak ada bilang kalo ada sambal terasi !” celetuk yuk tina dengan ketus sambil membanting sendok diatas piringnya yang nyaris kosong Emak terdiam tak menjawab, aku melihat emak dengan kasihan, yuk tina selalu tak pernah bisa menjaga emosinya “tina, kamu itu perempuan Seharusnya kamu tidak perlu bertanya sama emak Segala yang ada di dapur sudah sepatutnya kamu tau ” nasehat emak dengan lirih Yuk tina mendengus “bilang aja mak Kalo emak itu pilih kasih !” kata kata yuk tina makin tajam menghujam Ku lihat emak hanya bisa menggeleng gelengkan kepala Yuk tina memang keterlaluan Aku tak pernah meminta pada emak untuk di perhatikan melebihi anaknya yang lain Dan emak juga tak terlalu memanjakan aku Semua masih wajar wajar saja Tapi kenapa yuk tina selalu membesar besarkan semua itu +++ yuk tina berdiri membawa piringnya yang sudah kosong ke belakang Aku dan emak diam seribu bahasa, percuma saja meladeni yuk tina, bisa bisa tak akan selesai selesai ia marah Kalau yuk tina sudah seperti ini, lebih baik diam aja dijamin lebih aman “tambah lagi makannya nak ” ujar emak saat melihat piringku sudah kosong “udah kenyang mak ” jawabku meletakan sendok, si mirah kucing ku menggosok gosok kakiku dengan tubuhnya Sepertinya ia lapar, aku ambil sedikit nasi dan ikan goreng, lalu aku buang tulangnya, ku campur rata untuk memberi makan si mirah Secepat kilat ia menyikat makanannya Kucingku ini semakin gemuk saja, bulunya pun semakin lebat dan berkilat Itu karena aku rajin memandikannya aku sangat sayang dengan kucingku ini Setiap hari ia tidur bersamaku di kamarku Si mirah juga tak pernah buang kotoran sembarangan lagi Rutin minimal seminggu 3 kali pasti aku mandikan Sekarang pipinya juga jadi tembem, kumisnya yang putih dan panjang membuat tampangnya semakin menggemaskan Setiap aku pulang pasti kucing ku tahu, ia akan segera berlari pulang, dan setia menunggu dibawah meja setiap kali aku makan Setelah memberi si mirah makan, aku berdiri membawa piring kotor ke sumur Selesai cuci tangan, aku mengambil sepeda untuk melakukan tugas rutin mengambil kue basah di toko toko Untung saja kue semua habis, aku pulang dengan perasaan senang, setiap kali kue emak habis terjual, aku sangat bersyukur Buru buru ku kayuh sepeda pulang Kemudian memberikan uang dari warung untuk emak “mak semua kue habis ” ujarku dengan nafas yang masih tersengal sengal “alhamdulillah nak Coba kalau setiap hari gini ” emak tersenyum sumringah “iya ya mak Tapi beberapa hari ini memang jualan lagi bagus mak Jarang nggak habis ” “kamu nggak main rio?” tanya emak sambil meletakkan tempat kue ke tempat pencucian piring “nggak mak, kata erwan dia mau kesini ” “temanmu yang anak orang kaya itu?” tanya emak agak heran “iya mak Emangnya kenapa?” aku jadi agak heran juga dengan reaksi emak “nggak rio, cuma emak takut kalo kamu itu main dengan orang yang terlalu tinggi diatas kita, nanti kamu jadi terbawa bawa gaya hidup mereka ” terdengar nada kecemasan dalam suara emak “jangan takut mak, erwan tak seperti itu, walaupun dari kalangan berada namun mereka tak seperti orang kebanyakan Emak lihat sendiri, aku di kasih seragam dan perlengkapan sekolah ” jelasku untuk menutupi kecemasan emak “emak harap juga begitu ” entah kenapa aku merasa emak terlalu kuatir berlebihan “emak mau ngukus ketan dulu ya ” “iya mak, rio mau nunggu erwan di depan ” kataku sambil meninggalkan emak di dapur Yuk yanti sedang duduk di lantai memotong daun pisang sebagai pembungkus lemper Yuk yanti mendongak melihatku sambil tangannya terus menggunting daun “mau kemana dek?” tanya yuk yanti “nggak kemana mana yuk Cuma ke depan aja nunggu temen ” “oh gitu Eh dek, tadi ayuk ada beli keripik kentang, ambil diatas lemari kamar ayuk ” “untuk rio ya yuk?” tanyaku agak heran Tumben yuk yanti membelikan aku makanan Tidak biasanya Ayuk ku yang satu ini memang sangat baik, ia tak seperti yuk tina Yuk yanti juga rajin, kalau tak sekolah biasanya yuk yanti yang masak menggantikan emak Yuk yanti tak lama lagi akan lulus sekolah, banyak sekali cowok cowok yang mau sama yuk yanti, karena memang wajah yuk yanti cukup cantik, punya rambut hitam dan tebal lurus sepinggang Membuat yuk yanti terlihat pantas kalau membintangi iklan produk shampo Kulit yuk yanti juga putih, tak seperti yuk tina yang kuning langsat Walaupun keliling jualan setiap pagi, tak membuat yuk yanti jadi lusuh Ia pembersih Aku ke kamar yuk yanti mengambil bungkusan berisi keripik kentang yang ia taruh di atas lemari kamarnya Ada dua bungkus ku lihat, aku ambil sebungkus kemudian aku keluar dari kamarnya Menghampiri yuk yanti “makasih ya yuk ” ujarku penuh terimakasih Yuk yanti tersenyum, tiba tiba ia memelukku dengan erat Aku jadi bingung Kenapa yuk yanti bersikap seperti ini Yuk yanti aneh Aku merasa begitu canggung Ada apa sih ini yuk yanti terus memelukku Tangannya membelai rambutku dengan sayang Aku diam dengan pikiran yang berkecamuk “dek Sayang nggak sama ayuk?” tanya yuk yanti dengan suara ganjil Aku makin heran saat mendengar pertanyaannya itu Namun aku jawab juga “ya sayang lah yuk Yuk yanti kan ayukku Rio sayang banget sama yuk yanti ” “andai nanti rio jauh Dan kita terpisah Apakah nanti akan tetap ingat dengan ayuk?” tanya yuk yanti terbata bata Aku tersentak, kemudian ku lepaskan pelukan yuk yanti Ku pandangi wajah yuk yanti Matanya berkaca kaca Seolah olah ada sesuatu yang sangat mengganggu pikirannya saat ini “kenapa ayuk bertanya aneh kayak gini yuk Nggak mungkin lah kita berpisah Emangnya ayuk mau kemana yuk?” beruntun pertanyaan keluar dari mulutku Yuk yanti seolah baru tersadar akan sesuatu, cepat cepat ia tertawa, namun aku tahu itu tawa yang di paksa “ah nggak dek Itu cuma seumpamanya aja Ayuk cuma sekedar bertanya aja kok ” jawab yuk yanti agak mencurigakan Ku pandangi mata yuk yanti dalam dalam, ia menunduk menghindari tatapanku “yuk, ada apa sih Ayuk coba sembunyikan sesuatu dariku ya?” yuk yanti jadi semakin gelisah, namun ia berusaha untuk mengatasinya walaupun gagal total “nggak dek Nggak ada yang ayuk sembunyikan kok dek Kenapa adek jadi nanya gitu?” yuk tina tersenyum dan mengacak acak rambutku “katanya mau ke depan nungguin temanmu dek ” ++++ aku meninggalkan yuk yanti, namun pikiranku masih berkecamuk Kenapa sih akhir akhir ini yuk yanti dan emak agak aneh Terlebih emak, perhatiannya padaku semakin membuat aku curiga Seolah olah aku ini mengidap penyakit parah yang di vonis dokter kalau umurku tak bakalan lama Aku duduk di kursi kayu depan rumah Menunggu erwan datang Katanya sekitar jam tiga ia mau kesini Sekitar sepuluh menit aku duduk sambil melihat orang yang lewat depan rumah Sesosok tubuh yang sudah sangat aku kenal sedang mengayuh sepeda BMX warna hitam memasuki pekarangan rumahku Cepat cepat aku berdiri menghampirinya Ada rasa hangat yang menyelinap dalam hatiku saat melihat senyum lebarnya tersungging padaku Barisan gigi rapi dan putih berbingkai bibir merah dan mungil bagaikan wajah model pasta gigi di majalah remaja “hai rio Ganggu nggak?” tanyanya sambil turun dari sepeda dan menyenderkan sepedanya di bawah pohon cermai “nggak kok Aku juga lagi nungguin erwan katanya mau kesini ” jawabku setengah mati menahan agar tak menjerit kesenangan “jadi erwan juga mau kesini ya?” “iya rian Tadi ia bilang waktu di kelas Ngomong ngomong kamu kok bisa menemukan rumahku ” tanyaku sedikit heran “kan tadi siang aku udah nanya sama kamu Lagipula aku tadi tanya sama ibu penjaga toko di depan itu Ia bilang rumah kamu disini ” rian menjelaskan padaku “kalau gitu duduk dulu ya, aku mau ambil minum dulu tunggu sebentar ya ” “udah nggak usah repot repot rio Aku cuma mau ngobrol aja kok ” “nggak apa apa lagi Cuma bikin teh kok Aku masuk dulu ya ” aku tetap memaksa bikin minuman Akhirnya rian cuma bisa mengangguk menyetujui “iya deh Tapi jangan lama lama ya ” “oke bos ” jawabku sambil tertawa Rian pun ikut tertawa Aku masuk ke dalam rumah dengan perasaan senang, sambil bernyanyi nyanyi kecil aku ke dapur Mengambil poci teh Lalu aku membuat teh manis satu poci “udah datang erwan nya nak?” tanya emak yang baru masuk dari belakang Aku menoleh dan tersenyum pada emak “belum mak, itu teman sekolah rio juga yang datang ” aku menjelaskan ke emak “yang mana? Udah pernah kesini sebelumnya ?” tanya emak ingin tahu “belum mak, dia murid baru Rumahnya tak terlalu jauh dari rumah kita mak ” “ya sudah Bawa minuman ke temanmu kasihan ia udah menunggu Jangan lupa Kue di atas meja itu juga kasih ke teman kamu ” kata emak sambil mengambil baskom kecil terbuat dari plastik di atas rak piring “makasih ya mak ” aku mengambil sepiring kue buatan emak kemudian ku bawa ke depan Kemudian menemui rian di teras, saat aku ke depan, rian sedang ngobrol sama erwan Entah sejak kapan anak itu datang, tampaknya erwan tak diantar oleh sopirnya, sebab kalau sopirnya yang antar, aku pasti mendengar suara mobilnya Betul saja, di bawah pohon sudah ada dua sepeda BMX bertengger Benar benar sama dari tipe serta warnanya “hai wan Udah lama datang?” aku bertanya lalu meletakkan kue dan teh diatas meja kayu Serempak erwan dan rian menoleh, erwan tertawa “barusan aja sobat, aku pake sepeda, kebetulan sepedaku dan rian sama Kami tadi membahas itu ” “iya Gak nyangka Padahal aku baru beli seminggu yang lalu, kata erwan ia juga belinya seminggu yang lalu ” timpal rian ikut tertawa Aku hanya tersenyum, pasti senang sekali rasanya memiliki sepeda sebagus itu Aku harus menabung dulu supaya bisa membeli sepeda semahal itu Kalau satu hari lima puluh rupiah, harus berapa lama aku menabung agar bisa membelinya? Aku jadi nyengir sendiri “loh kok Kenapa senyum senyum gitu ?” tanya erwan agak heran “nggak Cuma lucu aja kok bisa kebetulan kayak gitu ” aku duduk di kursi kayu bersama rian Harum sekali parfum yang di pakai rian, aku suka dengan baunya “diminum dulu teh nya ” tawarku pada mereka berdua “makasih rio Wah kue nya kelihatan enak sekali Aku makan ya ,” kata erwan sambil mencomot sepotong kue dari piring “makan aja Di habisin juga nggak masalah Masih banyak kok di dalam ” kataku dengan sungguh sungguh Rian ikut mengambil kue itu dan memakannya “wah Emang betul betul emak rio Kue buatan emak kamu ya ?” tukas rian tanpa ada kesan basa basi “iya Emak yang buat, kan setiap hari emakku bikin kue untuk di jual ” “apa nggak rugi tuh kalo kamu kasih ke kami?” ujar erwan terus sibuk mengunyah kuenya “ya nggak lah Masa sih rugi cuma sepiring itu aja Lagian kalian juga nggak setiap hari ke sini kok ” aku menuang teh ke dalam gelas kemudian memberikan pada erwan dan rian “buruan di minum, ntar dingin enggak enak ” “enak ya berteman sama rio, bisa bisa aku gemuk di buatnya ” kata kata rian itu membuat kuping ku terasa mekar, senang sekali mendapat pujian dari dia Entah mimpi apa aku tadi malam, bisa bisanya si rian main ke rumahku, seakan akan aku sedang bermimpi Padahal kemarin kemarin aku sempat kesal dan hilang simpati pada anak satu ini, namun hari ini semua berubah seratus delapan puluh derajat Rian begitu manis, ternyata anaknya menyenangkan juga Aku serasa mendapat berkah, dua orang teman sekelas ku, murid paling populer, kaya, dan ganteng ganteng, berkumpul di rumahku yang sederhana ini Menjadi temanku mengingat keadaan keluargaku dengan mereka yang bagai bumi dengan langit, aku tentu saja sangat bersyukur bisa berteman dengan mereka Yuk tina datang entah habis dari mana, ia melihat rian kemudian erwan Kedua temanku tersenyum pada yuk tina “sore yuk ” erwan menegur yuk tina “sore Temannya rio ya Kok nggak masuk ke dalam?” kata yuk tina tersenyum ++++ “kalo gitu ayuk masuk ke dalam dulu ya ” ujar yuk tina kemudian masuk kedalam rumah Erwan dan rian menjawab nyaris serempak Setelah yuk tina sudah di dalam rumah, kami kembali asik mengobrol, “rio Mendingan kita jalan jalan yuk ” ajak erwan sambil meminum habis teh hangatnya yang tadi aku bikin “jalan kemana?” aku menoleh pada erwan “ya terserah kemana aja yang penting jalan ” “ya rio, sekalian aku ingin tahu tempat tempat yang biasa anak anak nongkrong ” tambah rian mendukung usul dari erwan Aku mengangkat bahu, kalau mereka berdua udah kompak seperti itu, aku cuma bisa menyetujui saja “baiklah kalau gitu Aku mau beresin gelas ini dulu ya Tunggu sebentar ” aku berdiri lalu membereskan piring bekas kue dan gelas teh yang sudah kosong Erwan dan rio membantuku, kemudian aku menaruh gelas gelas kotor itu ke dapur Aku pamit sama emak yang sedang memilih beras untuk dimasak “mak rio mau jalan dulu ya Bareng teman ” emak menoleh sambil tangannya memilih bulir bulir padi yang masih tersisa “kemana rio, kan udah sore ” tanya emak heran “iya mak, erwan sama rian yang ngajak Rio sih cuma ikut aja Belum tau juga sih mau kemana, paling juga cari angin sambil cuci mata mak ” aku menjawab “tapi pulangnya sebelum magrib ya nak Hati hati di jalan Banyak motor yang ugal ugalan Jangan sampai nanti kalian bertiga keserempet motor ” nasehat emak “iya mak Makasih ya mak ” aku kegirangan Setelah mendapat izin dari emak, bergegas aku menemui rian dan erwan Keduanya sudah siap dengan sepeda masing masing “rio aku aja yang boncengin ya ” tawar erwan sambil membebaskan standar sepedanya “sama aku aja rio ” rian ikut ikutan menawari aku Aku jadi bingung Sebenarnya aku pengen banget bisa berdekatan dengan rian, tapi aku kan sahabat erwan, aku tak enak sama erwan kalau aku memilih boncengan dengan rian yang baru sehari ini berteman denganku Sepuluh menit kemudian aku sudah berada di jalan, di bonceng oleh erwan Ia mengayuh sepeda dengan santai menyusuri jalan kecil yang sepi, sepanjang jalan kami tertawa dan bercanda Kadang erwan mengayuh sepeda kencang kencang membuat jantungku terasa mau jatuh Rian tak mau kalah, ia mempercepat kayuhannya hingga erwan dan aku dapat ia susul Tentu saja karena ia tak membonceng siapa siapa Sampai di jembatan daerah pintu air, erwan berhenti Kemudian turun Aku ikut turun Setelah mendapat tempat yang agak teduh, kami duduk sambil memandangi sungai Ada beberapa orang yang sedang mandi Diantaranya ada yang memancing Rian mengambil botol air minum yang ada di sepedanya Kemudian meminum isinya Setelah itu ia berikan padaku Aku ambil kemudian meminumnya juga beberapa teguk Ternyata isinya bukan air putih tapi sirup jeruk “makasih ya ” aku mengembalikan botol itu ke rian “bagus juga ya sungainya Ada buayanya nggak?” tanya rian ingin tahu “katanya sih ada Setiap tahun ada satu korban yang dimakan oleh buaya ” aku menjawab pertanyaan rian “apa Setiap tahun sungai ini memakan korban, Tapi kenapa masih banyak yang mandi disini Apa mereka tak takut kalau sewaktu waktu buaya itu datang dan memakan mereka?” rian bergidik ngeri mendengar ceritaku itu “nggak tau juga sih Soalnya kan udah kebiasaan orang orang disini suka mandi di sungai ini Lagipula buayanya itu datang tak setiap hari kok Aku juga belum pernah melihat buaya itu seumur hidup ” tambahku sambil mengambil batu seukuran kepalan tangan lalu melemparkan ke sungai “kata mamaku sih bukan cuma buaya Tapi ada hantu yang suka menarik orang yang sedang mandi hingga tenggelam Katanya ada beberapa orang yang hilang dan ditemukan dalam keadaan yang sudah tak bernyawa disungai ini Setelah hilang biasanya baru beberapa hari kemudian ketemu di rawa rawa Itupun harus memanggil paranormal dulu baru bisa ditemukan ” tambah erwan makin membuat rian ternganga “gila Ngeri banget ya Kenapa paranormalnya nggak sekalian mengusir hantu itu dari sungai ini ?” cecar rian makin penasaran “entah lah Aku juga cuma mendengar cerita ini dari orang orang Tapi memang betul kok Walaupun sungai ini ramai, tapi tetap saja setiap tahun rutin meminta korban Kalau yang aku dengar sih katanya buaya yang ada disungai ini adalah buaya siluman Atau siluman buaya putih ” jelasku makin seru, karena melihat ekspresi rian yang kelihatan tertarik dengan cerita kami “makanya meminta korban, siluman kan suka nyulik manusia Mamaku melarang aku mandi disungai ini Katanya ia tak mau kalau aku jadi korban buaya itu ” “dulu waktu aku masih kecil, pernah akrab dengan temanku Dan sering mandi di sungai ini, tapi temanku itu meninggal saat kami kelas 5, waktu sore hari ia mandi di sekitar sini, ibunya tak tau kalau ia mandi, saat di temukan Mayatnya terapung di sebelah sana ” aku menunjuk ke suatu arah Serempak erwan dan rian berpaling melihat tempat yang aku tunjuk tadi Memang tempatnya agak agak seram Banyak pohon rumbia yang tumbuh Airnya juga tertutup tanaman air yang terapung Sehingga seluas mata memandang yang terlihat hijau bagaikan hamparan karpet tebal Erwan dan rian bergidik ngeri “aku rasa buaya buaya itu sembunyi di balik tanaman air itu ” ujar erwan “bisa jadi, soalnya kan tempat seperti itu, sangat bagus sebagai tempat sembunyi Siapa sih yang bisa melihat apa yang berenang di balik tanaman itu ” timpal rian sambil berkacak pinggang, matanya menatap lurus ke sungai “kapan kapan kita mandi disini ya Mau nggak ?” aku mengajak erwan dan rian ++++ “takut ah Ada buayanya ” jawab rian “iya rio, bahaya Emangnya kamu berani?” tanya erwan “ya nggak masalah Kan kita mandi hari minggu aja Rame kok yang mandi disini ” jawabku santai Rian dan erwan diam seperti sedang menimbang nimbang “bagaimana?” aku kembali bertanya “hari minggu ini ya ?” rian balik bertanya “iya hari minggu ini Biasanya kan rame yang mandi disini ” “baiklah Nanti aku jemput kamu dirumahmu ya Kira kira jam berapa?” erwan menyetujui Namun kulihat rian masih ragu ragu “gimana rian Kamu mau ikut nggak?” aku meyakinkan rian “gimana ya Aku sih pengen Cuma Mendengar cerita kamu tadi bikin aku jadi takut ” “nggak apa apa kok rian Kamu ikut aja Nggak mandi juga gak masalah kok Yang penting kita bertiga pergi sama sama Gimana?” desakku penuh harap Aku benar benar ingin berjalan bersama lagi dengan rian, andai ia nggak mau ikut, rasanya aku jadi kurang semangat “baiklah Jam berapa nanti minggu?” akhirnya rian mau juga “sekitar jam sepuluh aja Sekalian nanti bawa bekal dari rumah Kita jalan jalan ke hutan, kebetulan sekarang lagi musim manggis, pulang mandi kita metik manggis ” aku memberi usul Rian dan erwan terlihat begitu antusias “wah boleh tuh Pasti asik banget, soalnya aku nggak pernah masuk hutan Wah jadi nggak sabar lagi nih nunggu minggu ” seloroh rian senang “sudah mulai gelap nih Hampir magrib, pulang yuk ” ajakku saat melihat ke langit, aku teringat pesan emak “ayo Gak kerasa ya udah magrib ” rian berdiri “antar aku pulang dulu ya ” ujarku pada mereka “ya pasti lah diantar Masa sih ditinggalin disini ” erwan tertawa kemudian berdiri Akupun ikut berdiri Bertiga kami berjalan menuju ke sepeda yang tadi kami parkir “biar aku aja yang ngantar rio pulang, rumah kami kan searah ” usul rian Hatiku melonjak gembira mendengarnya Cepat cepat aku menyetujui kata katanya itu “iya wan Biar aku dengan rian aja Udah sore banget nih Kalau kamu ngantarin aku dulu, bisa bisa kamu magrib di jalan ” kataku pada erwan Ia terdiam sebentar kemudian mengangguk “Nggak masalah kok rio Aku kan bisa ngebut ” erwan bersikeras tetap ingin ikut mengantarku pulang “bahaya loh wan kalo magrib magrib ngebut biar aku aja lah yang antar rio Nggak apa apa kok ” rian memperingatkan erwan akhirnya erwan cuma bisa mengangkat bahu menyetujui kata kata rian Aku naik ke boncengan sepeda rian Senang sekali rasanya dibonceng oleh rian Aku tak tahu kenapa aku bisa senang begini Sepanjang jalan kami bernyanyi keras keras Di tikungan aku dan rian berpisah dengan erwan “sampai ketemu besok di sekolah ya sobat ” teriak erwan sambil membelokan setang sepedanya ke kiri “iya wan Sampai ketemu besok ” jawabku dan rian nyaris bersamaan Rian mengayuh sepedanya lebih cepat, sebenarnya aku ingin sekali lebih lama dibonceng rian, tapi jarak sungai dan rumahku tak terlalu jauh Sekitar sepuluh menit aku sudah sampai dirumah Aku turun dari sepeda rian “rio aku langsung pulang ya ” rian pamit padaku “ya Nggak mampir dulu ya?” “kapan kapan aja lah Besok kan masih bisa Aku takut mamaku ntar kuatir, soalnya sekarang udah mau magrib ” rian memberikan alasan “iya deh Sampai ketemu besok di sekolah ya ” rian mengangguk dan mengayuh sepedanya kembali ke jalan “makasih ya rian ” setengah berteriak aku melambai pada rian Ia mengangguk dan tertawa “sama sama sobat Aku pulang dulu ” “hati hati ya ” idih aku kok segitunya Udah kayak melepas pacar aja “Iya rio Tenang aja Bye ” jawab rian Kok jadi lama gini sih acara pisahnya Udah kayak rian mau kemana aja ! Setelah rian pulang, aku masuk ke dalam rumah Emak, yuk yanti dan yuk tina sedang duduk diruang tamu, tak biasanya mereka berkumpul diruang tamu jam jam segini Saat melihatku wajah mereka tiba tiba jadi tegang Serempak mereka diam sambil memandangku Aku melangkah menghampiri mereka dengan bertanya tanya, wajah emak merah seperti orang yang habis menangis Demikian juga dengan yuk yanti Apa sih yang barusan terjadi disini Kenapa mereka bertiga bersikap aneh begini “darimana aja dek?” yuk tina memecah keheningan diantara kami “dari sungai sama teman Ada apa yuk Kenapa kalian melihatku seperti ini?” tanyaku tanpa dapat menutupi keherananku “nggak apa apa dik mandi gih buruan Ntar keburu malam ” ujar yuk yanti sambil berdiri “iya dek Mandi sana Habis itu kita makan sama sama ” timpal yuk tina sambil tersenyum padaku Aku jadi bingung, tak biasanya yuk tina bersikap sebaik ini padaku Aku pandangi emak, namun emak terlihat seperti melamun Pandangannya terarah ke atas meja “mak kenapa?” aku menghampiri emak “tidak kenapa napa nak buruan mandi sana !” emak tak melihat ke aku sedikitpun Seolah olah menghindari tatapanku Aku masuk kamar dan mengambil handuk lalu ke kamar mandi Selama mandi aku memikirkan sikap emak dan ayuk ayukku tadi Kenapa sih dengan mereka Sepertinya ada sesuatu yang mereka sembunyikan dariku, entah apa itu Kenapa emak dan yuk yanti menangis Walaupun mereka tak menangis didepanku, tapi aku yakin kalau mereka habis menangis Aku betul betul bingung dengan semua ini Semakin lama semakin aneh saja Aku juga heran, biasanya emak selalu menyapaku kalau aku datang Tapi tadi emak tak mengatakan apa apa Emak cuma terdiam murung, seperti berusaha untuk tak melihatku Baru sekali ini aku merasa betul betul asing dengan emak Buru buru aku menyelesaikan mandi kemudian wudhu dengan fikiran yang masih berkecamuk ++++ selesai sholat, aku makan malam bersama dengan emak dan yuk yanti dan yuk tina selama makan tak ada satupun yang bersuara, tak seperti biasanya yuk tina selalu heboh bercerita hari ini yuk tina pun ikut ikutan diam aku mengunyah dengan hambar aku pandangi emak, namun emak seperti sibuk mengunyah tak sekalipun menoleh kepadaku demikian juga dengan yuk yanti sempat kupandangi yuk tina tersennyum sekilas padaku aku balas tersenyum pada yuk tina aku kehilangan selera makan tanpa tahu apa sebabnya aku berdiri dari meja makan lalu kekamar sambil berbaring, aku berpikir kembali akan sikap aneh keluargaku apakah emak punya masalah yang sangat besar? ++++ TOK TOK TOK Pintu kamarku diketuk dari luar, buru buru aku beranjak dari tempat tidur Yuk tina berdiri didepan pintu kamarku begitu aku membuka pintu “dek Lagi ngapain?” tanya yuk tina dengan suara yang tak seperti biasanya, terdengar agak lesu “nggak ngapa ngapain yuk, ada apa?” aku agak heran, tak biasanya yuk tina selembut ini padaku “boleh ayuk masuk dek ” yuk tina tersenyum sumbang “ada apa yuk Masuk aja?” aku jadi makin heran dengan sikap yuk tina Aku membuka pintu lebar lebar, yuk tina masuk ke dalam kamarku kemudian duduk di kursi belajarku “dek Ayuk tau selama ini ayuk sering kasar sama adek Mungkin adek juga nggak begitu suka dengan ayuk ” ujar yuk tina pelan “nggak kok yuk Aku nggak pernah membenci ayuk, aku sayang sama ayuk !” entah kenapa jantungku jadi berdebar debar Yuk tina menghampiriku, kemudian ia meraih tanganku “ayuk memang selalu jahat sama adek Maafkan ayuk ya dek ” “yuk kenapa sih, ayuk ini aneh banget Aku bingung yuk ” “nanti adek akan tau sendiri Dek, emak menunggu di ruang tamu, emak mau ngomong sama adek ” ujar yuk tina penuh misteri, aku berdiri dengan jantung berdebar keras “kenapa yuk Kok kayaknya ada sesuatu yang tak aku ketahui, ada masalah apa yuk?” “kita menemui emak dulu ya dek Nanti adek akan tau sendiri yuk dek ” yuk tina menarik tanganku Aku mengikuti yuk tina keluar kamar untuk menemui emak Hatiku bertanya tanya gerangan apa yang ingin dibicarakan emak, belum pernah emak serius seperti ini Kulihat emak sedang duduk dengan gelisah, tangan emak memegang tasbih dengan gemetaran Aku hampiri emak dan duduk dikursi depan emak Yuk yanti juga sudah duduk dekat emak Yuk tina duduk di kursi sampingku ++++ suasana mendadak jadi hening, yuk yanti memainkan ujung taplak meja dengan jari jarinya Emak nampak gelisah berkali kali menggeser posisi duduknya seolah olah sedang duduk diatas batu kerikil, aku diam menunggu dengan tak sabar ikut ikutan merubah posisi duduk sementara yuk tina yang entah digerakan oleh apa sibuk sendiri mengurut bahuku seolah olah aku lagi pegal Aku tak tahan lagi menunggu apa yang mau disampaikan emak padaku “mak, ada apa sih ?” aku menatap emak lurus tanpa mengedipkan mata Emak masih saja tertunduk seolah olah apa yang ingin ia katakan itu terlalu berat “dek, sabar ya Mungkin apa yang akan adek dengar ini membuat adek kaget ” tutur yuk yanti dengan suara bergetar Aku menoleh pada yuk yanti, namun yuk yanti malah semakin aneh, ia tiba tiba menangis sesungukan Jantungku makin berdebar debar tak karuan Demikian juga dengan yuk tina, entah ada angin apa ia juga ikut ikutan menangis Apa yang mereka tangiskan, kenapa mereka membuat aku bingung seperti ini, apa sih sesuatu yang aku tak tahu yang membuat mereka menjadi bertingkah seganjil ini “mak tolong mak, bilang apa yang terjadi, kenapa mak Rio bingung kalo kalian begini Bilang saja mak Apapun itu rio siap mendengarnya ” ujarku tak sabar lagi Emak mendongak dan memandangku, wajah emak kusut sekali, wajah teduh yang selama ini begitu mengasihku Wajah yang mencintaiku sebagaiman seorang ibu yang sangat menyayangi anaknya Wajah yang mulai keriput dan penuh guratan penderitaan akibat kerja keras Namun wajah itu mampu memberi keteduhan dalam hatiku dan anak anaknya yang lain Mata emak terlihat layu, bagaikan menanggung suatu penderitaan “rio Anakku Mungkin setelah mendengar cerita emak ini, rio akan sedikit terkejut ” emak berkata dengan tersendat sendat ” aku diam menyimak kata kata emak “semua dimulai pada belasan tahun yang lalu dimana saat itu emak baru punya dua orang anak perempuan yang masih kecil kecil Pada saat itu almarhum ayahmu masih ada, kehidupan kita saat itu masih lumayan ” emak memulai ceritanya itu Yuk yanti dan yuk tina ikut diam mendengar, hingga hanya suara emak yang terdengar diruang tamu kecil ini Aku menarik nafas pelan, tak mau menyela cerita emak Aku penasaran emak akan menyampaikan apa ++++ “emak sudah lama sekali mengimpikan untuk punya anak lelaki, hingga pada suatu hari teman emak datang dalam keadaan hamil, ia menjalani hubungan dengan seorang lelaki yang tak disetujui oleh keluarganya karena alasan perbedaan agama Teman emak takut untuk pulang ke rumah, ia takut menghadapi keluarganya Karena dari awal mereka sudah tak menyetujui hubungan itu Saat teman emak ingin meminta pertanggung jawaban pada lelaki yang ia cintai, ibu lelaki itu menyiram teman emak dengan air panas dan mengusirnya Teman emak benar benar sudah putus asa, hingga ia memutuskan untuk bunuh diri Namun saat ia mau meminum racun serangga, tiba tiba pacarnya datang dan mencegah agar teman emak tak sampai melakukan tindakan bodoh itu Diam diam mereka menikah Namun lambat laun keluarga suaminya itu tahu, mereka mencari anak lelakinya yang hilang itu, setelah bertemu, mereka pun menerima teman emak sebagai bagian keluarga mereka Tapi hal itu cuma berlangsung sementara, berbagai macam cara mereka lakukan agar bisa memisahkan anak mereka dengan teman emak Di depan anaknya mereka sangat baik pada teman emak, tapi begitu di belakang anaknya, mereka selalu mengintimidasi teman emak Lama kelamaan teman emak benar benar tak sanggup lagi dan akhirnya memutuskan untuk lari dari rumah itu Waktu itu malam hari emak menemukan dia sedang berjalan sendirian dalam keadaan hamil tua, ia tak menyangka kalau akan bertemu dengan emak Ia menceritakan semua masalahnya Emak sudah mencoba untuk menasihatinya agar kembali pada suaminya, namun ia bersikeras tak mau, akhirnya emak cuma bisa membiarkan saja ia dengan keputusannya itu, emak pun menyuruh ia tinggal di rumah kita Emak kasihan padanya Sebulan setelah ia tinggal dirumah kita, anaknya lahir, ayahmu yang menanggung semua biaya melahirkannya Saat melihat bayinya yang begitu tampan dan montok, emak langsung jatuh hati Emak langsung merasa sayang dengan bayi itu Emak membantunya merawat bayi mungil yang tak berdosa itu Rasanya bayi itu memang benar benar anak kandung emak, yang sudah lama emak inginkan ” emak diam menyusut air matanya dengan baju daster yang emak pakai Aku menahan air mata yang terasa sudah mengambang di pelupuk mataku Rasanya aku sudah bisa menebak akan kemana arah cerita emak itu Kecurigaanku beberapa hari yang lalu bukan tanpa alasan Ingin rasanya aku berteriak sekeras kerasnya Aku tak sanggup mendengarnya, aku benar benar tak mampu lagi untuk mendengar cerita emak selanjutnya Sementara itu yuk tina dan yuk yanti cuma menunduk menatap lantai Mereka tak berani menatapku Aku betul betul merasa begitu asing sekarang Apa saja boleh mereka ceritakan Hal apapun, seburuk apapun aku masih sanggup untuk mendengarnya Namun cerita ini betul betul telah membuat hatiku hancur Emak ku Yang selama ini begini aku kasihi, yang aku cintai melebihi apapun yang ada didunia ini Ternyata bukanlah emak kandungku Hatiku benar benar telah remuk sekarang Aku betul betul tak menyangka sama sekali Lemas seluruh tubuhku, tulang tulangku seolah olah hilang, aku tertunduk dan airmataku mengalir tanpa dapat di bendung lagi Aku rela cacat, aku rela buta, aku rela bila esok aku harus mati, asalkan aku mati sebagai anak kandung emak Ini benar benar telak memukulku Tak terkira tetesan airmataku jatuh ke lantai tepat dibawah kakiku hingga menimbulkan bercak bercak air di lantai semen kasar rumahku Aku dengar yuk yanti mulai terisak begitupun yuk tina Tangisan mereka malah menambah aku merasa makin sakit, jiwaku menjadi lemah dan tak berdaya Hilang sudah kekuatanku selama ini Kebanggaanku menjadi anak emak ternyata harus terengut begitu saja Ya allah kenapa engkau membuat lelucon yang menyakitkan seperti ini Mengapa harus aku yang mengalami hal ini, mengapa kamu timpakan padaku cobaan yang tak mampu aku tanggung Tubuhku bergetar keras, ku gigit bibirku agar tak terlepas teriakan dari mulutku “maafkan emak rio Kamu bukan anak kandung emak Kamu lah bayi itu Teman emak itu adalah ibu kandungmu yang sesungguhnya Namanya mega Ibu yang kamu lihat beberapa hari yang lalu, yang malam itu datang ke rumah kita ” jelas emak melanjutkan ceritanya itu Namun aku sudah tak konsentrasi lagi Aku sudah tak perduli lagi Mau siapapun ibu kandungku itu tak penting, aku tak mau tahu Aku hanya ingin emak yang jadi ibuku Aku benar benar kecewa pada tuhan Kenapa ia tak menciptakan aku terlahir dari rahim emak Aku tak mau siapa siapa selain emak Cuma emak yang aku mau sebagai ibuku Mau semiskin dan sesusah apapun kehidupan yang aku jalani ini, aku tak perduli Aku ikhlas tak mempunyai apa apa Aku rela tak punya apa apa, aku rela misalkan yuk tina tetap membenciku seperti biasanya Tak sebaik ini ketika ia tahu kalau aku bukan adik kandungnya asalkan emak ku tetap menjadi emak kandungku seumur hidupku Namun kenyataan ini tak mungkin lagi dapat di ubah, tuhan telah menggariskan kalau aku bukan lah anak emak Aku hanyalah anak perempuan lain, anak haram diluar nikah, anak yang sebetulnya tak diinginkan kehadirannya dibumi ini Anak hasil dari hubungan terlarang Yang membuat orang susah Menambah beban dalam kehidupan keluarga ini “pada suatu hari, mega menghilang dari rumah kita, ia pergi pagi pagi sekali dengan hanya meninggalkan selembar surat yang isinya ia meminta emak merawat kamu, ia pergi mencari pekerjaan dan ingin menata kembali kehidupannya Ia berjanji akan kembali lagi untuk menjemput kamu Ia minta maaf karena telah membebani emak selama ini, +++ berhari hari almarhum ayahmu dan emak mencari mega, namun nihil, tak membawa hasil, seorang teman ayahmu mengatakan kalau pernah melihatnya naik keatas kapal menuju palembang ” tambah emak dengan murung Aku mendongak menatap emak, wajah emak yang terlihat sedih penuh dengan linangan air mata Kalau dalam situasi biasa kalau melihat emak menangis aku pasti langsung memeluk emak, namun entah kenapa kali ini terasa begitu berat, aku merasa seakan tak punya lagi hak untuk memeluk emak Ku pandangi yuk yanti dan yuk tina, aku merasa iri sekali dengan mereka, kenapa bukan salah satu diantara mereka berdua saja yang bukan anak kandung emak, atau tak satupun yang bukan anak kandung emak diantara kami bertiga, aku ingin seperti kemarin kemarin, aku ingin selalu bernafas dan hidup dengan fikiran dan kesadaran sebagai anak kandung emak seperti biasanya Aku benar benar kecewa dengan keadaan ini Betul betul tak adil bagiku “sebetulnya dalam lubuk hati emak yang paling dalam emak senang mega pergi meninggalkan kamu untuk emak, doa emak setiap hari hanyalah agar mega tak pernah kembali lagi untuk mengambilmu emak tak mau kamu tahu kalau sebenarnya kamu bukan anak kandung emak, perasaan sayang dan cinta emak padamu bukan sekedar main main rio, bagi emak kamu adalah anak kandung emak, sama seperti yanti dan tina, emak menganggap kamu anak yang lahir dari rahim emak juga Hingga setahun yang lalu tepatnya emak bertemu kembali dengan mega, ia mencari emak kemana mana, karena kita sudah pindah rumah, semenjak ayahmu meninggal waktu kamu masih berumur dua tahun, keuangan kita semakin krisis hingga emak terpaksa pindah dan menjual rumah kita yang dulu Emak pindah ke pangkalpinang, dirumah kita sekarang ini Segala kesusahan tak pernah menyurutkan segala langkah emak, semua masih mampu emak lewati selama masih ada anak anak emak Dan kamu adalah semangat emak, emak ingin melihat kamu tumbuh dewasa dan menjadi orang yang berhasil, emak minta maaf rio, tak bisa membuat kamu senang, tak bisa memanjakanmu dengan mainan serta kemewahan seperti teman teman kamu Kadang emak sedih kalau melihat kamu harus berkeliling kampung menjual kue untuk membantu emak ” isak emak sambil bercerita Aku hanya diam dan menangis, tak mampu untuk berbicara apa apa lagi rasanya Rasa kaget dan kecewa yang melanda dalam hatiku membuat jiwaku terasa kosong Yuk tina meraih tanganku dan meremas jari jariku sambil ikut menangis bersamaku “mega meminta kembali kamu nak Namun emak meminta agar diberi waktu untuk merawatmu lagi Mega setuju, ia kasih emak waktu setahun Hingga tak terasa waktu berlalu dan emak menyadari kalau mega akan kembali untuk menagih janjinya Dua bulan yang lalu ia kembali, waktu itu kamu sedang bersekolah, mega mendesak emak untuk segera bercerita padamu, namun berat rasanya bagi emak untuk bercerita sebenarnya Emak menunda nunda sambil berdoa agar mega merubah pikirannya Namun doa emak tak dijawab oleh tuhan Mega sering datang untuk menagih janji emak Dan sempat mengancam akan membawa masalah ini ke pengadilan andaikan emak tak menyerahkan kamu padanya , ditengah kebingungan ini emak meminta pendapat yanti ayukmu Karena cuma dialah yang tahu kalau kamu adalah anak angkat emak, waktu kamu lahir, yuk yanti sudah berumur empat tahun lebih, sedang tina baru berumur dua tahun jadi tak mengerti apa apa Yanti tahu kalau dibawa ke pengadilan, emak tak akan pernah memang, karena sekarang mega sudah menikah lagi dengan seorang pengusaha, mega juga punya bisnis sendiri dan cukup sukses hingga mereka hidup berkecukupan Namun mega tak punya anak dari suaminya itu, saat suaminya tahu kalau mega punya anak kandung, ia menyuruh mega untuk mengambil kembali anak yang dulu pernah ia tinggalkan Makanya mega datang kembali malam itu, emak tak mau kamu dan tina mendengar pembicaraan kami, emak menyuruh tina pergi dengan alasan emak punya hutang dan tak mau sampai kamu dan tina melihat emak dimarahi orang itu Makanya tina cepat cepat menyuruh kamu pergi menemaninya Namun pada saat kamu sedang berjalan dengan teman kamu kemarin, tiba tiba mega datang lagi Bersama suaminya dan seorang pengacara Mereka menghina emak Dan saat itulah tina tahu tentang persoalan ini Mereka mengatakan kalau emak egois, menyeret kamu dalam kesusahan, seharusnya kamu bisa mendapat kehidupan yang lebih baik, pendidikan yang lebih baik Emak sadar Mereka memang benar Akhirnya emak putuskan akan menyerahkan kamu kembali pada mereka, karena bagaimanapun mereka lebih berhak atas kamu Karena kamu anak kandung mega Dialah ibumu sesungguhnya ” emak menutup ceritanya sambil menangkupkan kedua tangannya ke wajah, dan menangis terisak dengan tubuh berguncang Yuk yanti langsung berdiri memeluk emak Demikian juga dengan yuk tina Aku diam tak bergeming, aku merasa aku tak lagi punya hak untuk memeluk emak Aku adalah orang asing di tengah tengah mereka Aku tak pantas untuk memeluk emak, aku bukan anak emak Aku hanya hidup dari belas kasihan emak selama ini padaku Dengan dada yang semakin sesak dan airmata yang membanjiri mukaku, aku menghambur berlari keluar dari rumah, terakhir ku dengar suara jeritan emak dan ayuk ayukku memanggilku namun tak kuindahkan sama sekali Aku terus berlari tanpa tahu harus kemana Aku berlari sekencang kencangnya melewati jalan setapak dan pekuburan yang gelap Takut tak lagi aku rasakan, yang terpikir olehku hanyalah ingin berlari sejauh mungkin +++++ “jadi kamu betul betul akan pergi rio?” tanya erwan dengan sedih, saat kami bertiga, aku, erwan dan rio, duduk di bawah pohon akasia pada saat jam istirahat Setelah tadi aku menceritakan kalau aku akan pindah dari pangkalpinang, ikut mama kandungku Sementara itu rian cuma diam sambil menyobek daun akasia yang ada di tangannya Entah apa yang ia pikirkan “rio pamit mak Doakan rio berhasil ya ” aku memeluk emak erat erat dengan keharuan yang menyesak didadaku Yuk tina dan yuk yanti berdiri disamping emak sambil terpaku memandangku Sambil tersenyum aku hampiri yuk yanti Aku cium tangannya dan berpamitan Yuk yanti cuma mengangguk Air mata mengalir dari sudut matanya Kemudian yuk yanti memelukku, kuat sekali pelukannya seolah yuk yanti tak rela aku pergi Hampir satu menit sebelum akhirnya yuk yanti melepaskannya Kemudian ku hampiri yuk tina Ia tersenyum Senyuman yang aneh Badannya tiba tiba berguncang, saat aku mencium tangannya, meledak tangisan yuk tina Lututku jadi gemetaran “perkenalkan ini teman baru kalian, namanya rio khrisna julian ” ujar pak ridwan memperkenalkan aku pada seisi kelas, aku mengitari pandanganku ke seisi kelas sambil tersenyum tipis Aku seolah olah merasakan deja vu dengan kejadian ini, saat dulu ketika di sekolahku yang lama, waktu rian baru masuk menjadi murid baru “jangan om Rio tak bisa !!” aku mencoba mendorong tubuh adik bungsu papa yang hanya mengenakan secarik celana dalam tipis Namun tenaganya begitu kuat Bagaimanapun aku meronta hanya membuat tenagaku makin hilang “aku betul betul tergila gila sama kamu rio !” ia berbisik di telingaku, sambil menjilat bagian bawah telingaku dengan buas membuka seragam smu yang masih menempel dibadanku aku pandangi dari balik jendela mobil jalan di pangkalpinang yang telah delapan tahun tak aku lihat, begitu banyak perubahan, beberapa gedung baru yang dulu belum ada sekarang berdiri dengan megahnya Aku sudah tak sabar lagi ingin bertemu dengan emak, yuk tina dan yuk yanti, entah bagaimana kabar mereka sekarang Aku ingin memberi kejutan pada mereka Berkotak kotak oleh oleh aku siapkan untuk mereka Kain sutera untuk emak, baju dan bermacam macam lagi yang mahal mahal, aku akan merenovasi rumah emak, seperti cita citaku dulu Tak sabar lagi aku membayangkan akan melihat ekspresi wajah emak ketika melihatku datang “masih jauh rio rumahmu?” tanya pemuda tampan bertubuh atletis yang duduk di sampingku, sudah setahun ini menjadi kekasihku “rio Benarkah ini rio Astaga rioo !!” teriak erwan dengan terkejut saat melihatku berdiri di depannya Erwan langsung memelukku dengan kuat, aku balas memeluknya untuk melepaskan rasa rindu yang bertahun tahun ini telah mengisi hari hariku “iya wan ini aku rio Apa kabar bro ?” aku berbisik di telinga erwan, banyak sekali perubahan erwan semenjak lama aku tak melihatnya Semakin tampan saja erwan sekarang, tubuhnya jangkung, berbentuk dan padat, aku yakin erwan rajin fitness “siapa pacar kamu sekarang rio Kamu begitu tampan, mustahil tak ada pacar ” kata erwan sambil menatap mataku ku peluk tubuh kekar yang berbaring tanpa mengenakan apa apa di sampingku, kulit putih mulus yang semalam bercinta tak lelah lelah denganku, di kamarku yang mewah, yang dulu tak pernah terpikir akan aku miliki, semua peralatan canggih memenuhi kamarku yang ditata oleh seorang desain interior cukup terkenal Tubuh yang telanjang dan kekar disampingku bergerak terbangun, membuka matanya tersenyum menatapku “kok belum tidur sayang ” ujar rian sambil mencium keningku dengan lembut “aku mencintaimu rian, tolong jangan siksa aku seperti ini Kasihanilah aku ” aku beringsut di lantai merendahkan diri di kaki rian, namun tak sedikitpun rasa kasihan terpancar dari sinar matanya Rian menendangku hingga aku tersungkur diantara serpihan dan pecahan pecahan porselen yang berhamburan diatas lantai granit ruang tamuku Tubuh rian yang menjulang tinggi berdiri terkangkang sambil berkacak pinggang menatapku penuh kemarahan Aku tak berani menatapnya Kalau sudah mengamuk seperti ini, rian bagaikan hewan buas yang siap untuk mencabik cabik mangsamya +++ PERENUNGAN aku terus berlari tanpa menghiraukan apapun lagi, perasaan sakit membuat tubuhku terasa kebas, gelapnya malam dan rasa dingin yang menusuk tak menyurutkan aku untuk berbalik ke rumah, hanya suara rumput dan ranting berderak terinjak oleh kakiku, serta suara nyanyian jangkrik dan kodok sebagai pertanda kalau malam ini akan turun hujan Aku tak bisa menerima ternyata aku bukanlah anak emak, tuhan begitu jahat, mempermainkan aku seperti ini Segala perasaan bahagia dalam hatiku tinggalah puing puing, tak mampu aku mencerna semua ini, aku ikhlas apapun yang akan di timpakan padaku, segetir dan sesakit apapun itu Tapi ini lebih menyakitkan dari segala apapun yang pernah aku lewati Aku tahu pasti emak dan ayuk ayukku sangat cemas sekarang, aku tak perduli, aku marah sekarang, aku marah kenapa mereka tak dari dulu berterus terang agar aku tak merasa sesakit ini Aku yakin pasti sekarang mereka sangat sibuk mencariku Aku sengaja sembunyi di tengah hutan dan pekuburan Karena aku tahu kalau mereka tak mungkin akan mencariku disini, aku meringkuk dibawah pohon besar menjulang dan rimbun tanpa rasa takut sedikitpun Angin bertiup membawa uap air hingga membuat tubuhku menggigil kedinginan Air mataku tak berhenti mengalir, mengutuk kemalangan nasib yang selalu menimpaku tanpa belas kasih sedikitpun Mengasihani diri sendiri Tak ada lagi yang bisa aku banggakan lagi sekarang, satu satunya harta yang aku miliki selama ini hanya keluargaku Sekarang semua pun harus direngut dariku Sungguh hidup ini tak adil, tak memihak padaku Segala hinaan dan cercaan yang aku dapatkan sejak aku masih kecil, karena kemiskinan yang melilit masih bisa aku abaikan dengan tersenyum getir, tak mendapatkan banyak teman serta mainan bisa aku terima dengan lapang dada, setiap hari berkeliling kampung membawa kue untuk dijual, walau harus menebalkan muka setiap bertemu dengan teman teman sekolah yang memandangku dengan tatapan iba, atau menghina, ataupun pandangan salut, semua itu tak penting bagiku asalkan aku bisa melihat emakku tersenyum, asalkan bisa membantu meringankan beban emak apapun akan aku jalani Kenapa perempuan yang mengaku ngaku sebagai ibu kandungku itu harus datang, setelah ia meninggalkan aku bertahun tahun, setelah ia membuangku, seenaknya sekarang ia ingin mengambilku kembali, apakah ia pikir aku ini patung yang tak punya hati, seenaknya ia bisa memindah mindahkan aku dimanapun ia suka, apakah ia pikir aku akan begitu saja menuruti keinginannya untuk tinggal bersamanya Aku sangat membenci perempuan itu, dari awal aku melihatnya aku sudah tidak menyukainya Aku tak akan mau mengikutinya, aku tak akan mau Bagiku tak ada emak yang lain, sampai matipun aku hanya punya satu emak Yang telah membesarkan aku selama ini, yang aku sayangi Walaupun aku tak mempunyai satu titik pun darah emak yang mengalir dalam tubuhku, walau kenyataan ini tak dapat diubah meski aku menukarnya dengan nyawa sekalipun Memikirkan hal ini membuat aku menangis terisak isak, sungguh serasi sekali aku saat ini dengan keadaan tempat aku bersembunyi Pekuburan yang sunyi, menguarkan aroma suram, sesuram hatiku Pekuburan yang begitu sunyi dan tenang, tak membuat aku merasa takut lagi, ada yang lebih membuat aku takut saat ini ketimbang hantu Aku takut menghadapi kehidupan yang menantiku ke depan nanti, aku takut aku tak mampu mempertahankan hidup, aku takut goncangan jiwa membuat aku melakukan hal hal yang buruk Aku lebih takut jika aku akhirnya berbuat nekat karena aku sudah tak sanggup lagi menjalani hidup Lelah pikiran serta perasaanku membuat sekujur tubuhku terasa lemas Kekuatan seolah olah sudah menguap dan hilang dari diriku Yang terpikir saat ini hanyalah pergi sejauh jauhnya dari dunia, meninggalkan semua kesakitan yang selalu setia menemaniku Meninggalkan nasib buruk yang seolah olah telah lekat dan menjadi bagian dalam hidupku Tiba tiba aku jadi kangen dengan ayah Sosok yang cuma sebentar aku kenal, yang telah pergi sebelum aku sempat mengenalnya lebih dalam Ayah yang mungkin andai saat ini masih hidup pasti akan menyayangiku, sebagaimana seorang bapak yang menyayangi putranya Aku memang tak mengenal ayah Wajah ayah hanya aku ingat sekilas, wajahnya hanya aku kenal dari foto foto kenangan yang disimpan emak dengan rapi, seolah olah itu adalah harta yang tak ternilai harganya Andai beliau masih ada, tak mungkin keluarga kami akan hidup dalam belitan kemiskinan seperti sekarang Mungkin ia akan mempertahankan aku, tak akan mengizinkan siapapun yang mencoba coba untuk mengambil aku dari keluarganya Entah mengapa aku merasa begitu rindu akan sosok ayah Walaupun sekarang aku tahu kalau ayah yang aku kenal selama ini Meskipun cuma dalam hati serta memori indah di celah terdalam hatiku, bukanlah ayah kandung seperti yang selama ini aku pikirkan Aku hapal posisi kuburan ayah Setiap lebaran biasanya emak dan ayuk ayukku mengajak aku nyekar di kuburan ayah Aku merangkak perlahan menggeser posisiku yang tadi meringkuk bertopang lutut kemudian aku berdiri, daun kering menempel pada celana pendek yang kupakai aku tak perdulikan, rasa gatal terkena perdu dan semak tak ku indahkan lagi Pelan pelan aku berdiri dan berjalan menuju ke kubur ayahku Kuburan yang tak disemen, hanya sebuah nisan usang dari kayu bertuliskan nama ayah Rumput liar tumbuh menyemaki seluruh permukaan kuburnya Batang kamboja setinggi puncak kepalaku sedang berbunga Melati menguarkan aroma harum menusuk hidung ++++ kembang rose yang berbunga jarang yang dulu aku ingat waktu aku masih kelas tiga sekolah dasar, aku tanam bersama yuk yanti Sekarang sudah tumbuh dengan liar, nyaris menyamarkan kubur ayah Kuburan yang tak terawat serta terbengkalai Emak dan ayuk ayukku terlalu sibuk berusaha agar dapur tetap berasap, bukan sengaja mengabaikan kuburan ayah Aku berlutut dan menangis lagi dikubur ayah, ku tumpahkan semua rasa sesak dalam hati, aku ceritakan segala gundah seolah olah ayah bisa mendengar segala keluhanku Kubiarkan air mata tumpah menetes diatas tanah berumput yang basah karena embun Entah berapa lama aku membiarkan posisiku duduk tengkurap dengan pipi menempel pada gundukan tanah kuburan ayah Entah berapa banyak airmata yang tumpah seiring curahan perasaanku pada ayah hingga aku akhirnya tak sadar lagi telah tertidur Suara sayup sayup memanggilku dari kejauhan membuat aku terbangun, dengan kepala yang terasa sakit, aku menegakkan badan Terdengar suara langkah kaki orang ramai yang semakin dekat sambil berteriak memanggilku, sorotan lampu senter simpang siur menimpa pepohonan, lalang dan rumput, aku cepat cepat beringsut sembunyi dibalik semak semak, agar mereka tak bisa menemukanku “RIO !!!” “RIO ” “RIOOO !!!” bersahut sahutan suara teriakan memanggilku, memecah keheningan di malam yang gelap, titik air hujan mulai jatuh rintik rintik, mengenai wajah dan tubuhku, bajuku sudah mulai basah, gemetaran antara takut dan dingin Sementara itu orang orang yang mencariku sudah semakin dekat dengan tanah pekuburan Aku mendengar suara emak dan ayuk yanti, sempat hatiku luluh saat mendengar teriakan emak yang terdengar parau, namun ego serta kemarahan membuat aku mengurungkan niat untuk keluar dari tempat aku sembunyi “rio Kemana kamu nak ?” betapa memilukan suara emakku “dek Pulang lah dek Kasian emak Dek Dimana adek Hujan sekarang dek ?” teriak yuk yanti Aku tahu pasti sekarang ia lagi menangis dari suaranya yang kudengar Semakin mereka dekat, aku makin merapatkan tubuhku tak berani bergerak, seolah olah maling yang takut dikejar massa Tak lama setelah langkah mereka menjauh dan suara mereka tak lagi terdengar, baru aku berani keluar dari persembunyianku Terus terang hari ini aku tak mau mendengar apa apa lagi, aku belum siap pulang ke rumah, penjelasan emak hanya akan membuat aku makin hancur, ini saja aku sudah kehilangan semangat hidup Bukan aku tak kasihan dengan emak, walaupun aku tahu aku bukan anak kandung emak, bagiku emak lah ibuku tak akan tergantikan dengan siapapun Itulah yang membuat aku begitu kecewa, aku benar benar sayang dengan emak, aku begitu menghormati beliau, tak dapat aku katakan betapa besar rasa sayangku, namun ternyata emak bukanlah emak kandungku sendiri, aku hanyalah seorang anak yang tak diinginkan oleh ibu kandungku sendiri, anak yang dibuang Aku merasa begitu kecil sekarang Dari kecil aku tak memiliki banyak teman, anak anak seumuranku, jarang ada yang mau bergaul denganku Karena aku orang susah yang setiap hari berjualan keliling kampung Aku cuma punya keluargaku, yang selama ini sebagai harta yang aku miliki, namun sekarang aku tak memiliki apa apa lagi Bagaimana aku tidak shock seperti ini Tetes air hujan semakin membesar, dan lebat, bajuku basah kuyup menambah lengkap penderitaanku Bibirku menggeletar kedinginan Baru sekali ini aku mengalami penderitaan seperti ini, dengan tubuh gemetaran aku berjalan meninggalkan tanah pekuburan, mencari tempat berteduh Tanah becek tergenang air yang berkecipak tersiram air hujan bak panah memedihkan mata Untung saja aku bisa menemukan sebuah pondok tempat orang biasa ronda, walaupun minim tapi cukup untuk tempat sekedar berteduh menhindari air hujan Aku jadi kangen dengan kehangatan kamarku, tempat tidur walaupun kasur tipis namun nyaman, emak pasti kuatir sekali memikirkan aku, bisa kubayangkan emak gelisah sama seperti yang ku rasakan saat ini Beliau pasti tak bisa tidur, memikirkan aku tak pulang ke rumah Sudah cukup kesusahan emak tanpa perlu aku tambah tambah lagi, aku jadi menyesal telah pergi dari rumah Aku membuat emak jadi sedih, aku tak boleh begini, kasihan emak Bukan salah emak semua ini, tentu saja emak tak menghendaki aku tahu, bahkan selama ini emak menyayangiku lebih dari kedua ayukku Aku sering berantem dengan yuk tina karena masalah itu juga Yuk tina sering marah justru karena ia merasa emak timpang Yang bikin aku jadi heran sekarang, kenapa emak begitu menyayangiku sedangkan beliau tahu kalau aku bukan anak kandungnya Tentu sulit bagi emak menjaga rahasia ini Memikirkan ini membuat aku menangis lagi Aku telah menyusahkan emak yang menyayangiku Emak sudah banyak berkorban untukku, apakah ini balasanku pada beliau yang telah membesarkan aku dengan tiap tetesan serta cucuran keringat hingga lelah tak pernah ia rasakan, aku tak boleh memikirkan diri sendiri Aku harus pulang sekarang juga Emak pasti menungguku sekarang Bergegas aku berdiri dan berlari menembus hujan deras, pulang ke rumah Sampai didepan rumah, ruang tamu masih terang, lampu belum dimatikan, aku mendengar suara emak dan ayuk ayukku disela sela bunyi hujan yang bergemerisik Kuketuk pintu perlahan lahan, seakan akan emak sedang menunggu di pintu, langsung saja terbuka “riooo !!! ” jerit emak saat melihatku berdiri mematung di depan pintu, dalam waktu sekian detik Emak dan ayuk ayukku langsung menghambur memelukku, tangisan mereka langsung pecah, kami bertangis tangisan bersama “masuk rio Anakku Mengapa kamu jadi basah kuyup seperti ini sayang ” isak emak sambil menarikku masuk ke dalam rumah “tina Cepat ambil handuk untuk adikmu !” perintah emak pada yuk tina “iya mak ” buru buru yuk tina ke dapur mengambil handuk untukku “yanti, ambil baju bersih rio di lemari kamarnya ” emak menoleh pada yuk yanti, segera yuk yanti mengangguk dan bergegas mengambil baju untukku Emak menuntunku duduk dikursi ruang tamu Sambil membelai pipi dan rambutku dengan lembut, emak memelukku, aku menangis dibahu emak, aku tak berkata apa apa, demikian juga emak Segala perasaan sedih dan putus asa perlahan lahan menguap seiring kehangatan pelukan emak ++++ PERTENGKARAN EMAK DAN MAMA “keringkan dulu badanmu nak, kasian kamu nak kehujanan subuh subuh begini kemana sih tina, kok ngambil handuk aja lama ” emak mendesah prihatin melihat aku yang gemetaran dan menggigil “makasih mak Maafkan rio ya mak Rio udah bikin emak susah ” aku memenangkan emak, aku berusaha meredakan menggigil yang menggigit, namun sulit “sudahlah nak, jangan dipikirkan lagi, yang penting sekarang kamu tak apa apa -emak kuatir banget mikirin kamu ” “rio nggak bermaksud menyusahkan emak, rio sayang sama emak, tapi rio tak mau pergi dari rumah ini Rio mau tinggal sama emak Tolong mak Jangan suruh rio pergi dari sini, rio sayang sama emak, rio tak akan menyusahkan emak, rio janji mak Biarlah rio makan sekali sehari, tolong mak Jangan berikan rio sama ibu itu Rio akan bantu emak jualan kue Biarlah rio tak usah sekolah, rio tahu kalau itu hanya menambah beban emak Rio ikhlas tak emak kasih jajan, yang penting emak izinkan rio tinggal sama emak ” aku terisak isak dibahu emak Emak tak menjawab apa apa, hanya air mata yang melinangi wajahnya, emak menatapku dengan sendu, terbayang penderitaan yang sama dengan yang aku rasakan “mak kenapa diam jawab mak, rio tak mau kehilangan emak ” aku meratap mengharapkan emak menjawab walau hanya sepatah kata “iya” atau “tidak” namun emak hanya diam saja sambil terus mengusap usap punggungku Sementara itu yuk yanti kembali sambil membawa baju gantiku “nih mak bajunya ” yuk yanti mengulurkan baju kaus dan celana pendekku yang terlipat rapi di tangannya “tina mana yanti? Kok ngambil handuk gini lamanya, kasihan adikmu udah menggigil kedinginan dari tadi, tiap kali disuruh selalu lama !!” kata emak sedikit kesal “loh Dari tadi ia belum balik juga, emangnya dimana ia ngambilnya, di jakarta ya? Yuk yanti keheranan “coba kamu aja yang ambil !!” perintah emak, aku menegakan badan sambil menggeletar kedinginan Yuk yanti langsung menyusul yuk tina kedapur Tiba tiba aku merasa sesuatu yang hangat sedang menjilati kakiku, aku merunduk ke bawah, rupanya si merah yang menjilatinya, aku angkat si merah ke pangkuanku, kuelus elus bulunya yang tebal dan lembut, seolah olah mengerti dengan kesedihan dalam hatiku, si merah tak meronta, dengan jinak ia menyelusupkan kepalanya di sela sela tanganku, menjilati tanganku yang berkerut karena dingin Tak lama kemudian yuk yanti dan yuk tina keluar dari dapur menghampiri aku dan emak sambil membawa handuk biruku “nih dek, keringin badannya Ntar keburu sakit !” perintah yuk yanti sambil memberikan handukku Segera aku ambil, karena memang aku sudah tak tahan lagi kedinginan, ku buka bajuku yang basah lalu ku lap dengan handuk seluruh tubuhku hingga kering Setelah berganti dengan baju dan celana kering, rasanya lebih nyaman, tak lagi menggigil, sementara itu yuk tina, yanti dan emak cuma mengamati aku seolah olah aku orang asing dirumah ini “sekarang tidurlah dulu nak Istirahat dulu, sudah jam empat subuh !” emak berangkat dari duduknya, tersenyum padaku dengan senyum lemah, seolah dipaksakan “mak Boleh rio tidur sama emak nggak?” tanyaku ragu ragu Emak menatapku seolah olah barusan yang kukatakan tadi itu kata kata terlarang “kenapa mak Rio nggak boleh tidur bareng emak malam ini mak?” aku mengulangi pertanyaanku pada emak untuk meyakinkannya lagi Seolah baru tersadar, emak tersentak, kemudian buru buru tersenyum padaku “tumben rio mau tidur bareng emak ” “boleh ya mak?” tanyaku agak ragu karena melihat ekspresi wajah emak yang bimbang “boleh nak, kamu tidurlah dulu nanti emak nyusul Mendengar kata kata emak, aku senang sekali “aku juga tidur sama emak ya ” tiba tiba yuk tina membuka suara “aku juga ya mak !” yuk yanti ikut ikutan Emak memandangi kami semua, kemudian tersenyum dan menganggukan kepala “baiklah, kita tidur bersama sama hari ini ” ujar emak, lalu bertiga aku dan kedua ayukku ke kamar emak Saat berbaring aku merasa ada yang lain dalam hatiku, suatu perasaan yang tak bisa aku ungkapkan dengan kata kata, aku merasa seolah olah ini adalah kali terakhir aku bisa menikmati saat saat seperti ini Yuk yanti dan yuk tina sudah tertidur, emak masuk dan langsung berbaring di sampingku, aku pura pura tidur, ku rasakan keningku dicium oleh emak Setetes cairan hangat jatuh diatas keningku Emak menangis Tapi tangisan tanpa suara Entah karena memang aku sudah terlalu mengantuk, atau aku terlalu lelah, tak lama kemudian aku tertidur +++ aku terbangun kesiangan, saat aku melirik jam dinding, ternyata sudah pukul sebelas siang, tubuhku menggigil tak karuan, kepalaku berdenyut denyut, kerongkonganku kering, pokoknya benar benar tak nyaman Saat mau beranjak dari tempat tidur, tubuhku terasa begitu lemah, seolah olah kekuatanku menguap entah kemana, kupanggil emak, namun suaraku seperti tertahan dikerongkongan, hanya seperti bisikan parau yang keluar “mak Emak !” aku terus memanggil emak, mau pingsan rasanya saking haus yang ku rasakan, mau berdiri tak bisa, pandanganku makin kabur Untung saja emak mendengar, bergegas ia masuk ke kamar dan menghampiriku “ada apa nak ?” tanya emak dengan kuatir saat melihatku Emak mendekatiku, kemudian meraba keningku, mata emak terbelalak “mak Haus ” ujarku dengan susah payah “astaga rio Tubuhmu panas sekali Kamu demam nak ” emak terlihat begitu panik, buru buru ia menyelimutiku hingga sebatas leher Kemudian emak keluar kamar, kembali lagi dengan membawa segelas besar air putih “minum dulu nak ” emak membantuku duduk, kemudian menempelkan bibir gelas ke mulutku, segera aku minum, namun air yang mengalir lewat tenggorokanku, seolah olah bagaikan duri yang menyakitkan Langsung ku dorong kembali gelas itu, emak menatapku penuh tanda tanya Aku cuma menggelengkan kepala dengan berat, seperti mengerti, emak langsung meletakkan gelas di atas sandaran dipan tempatku tidur Lalu membaringkan aku lagi “tunggu sebentar nak, emak mau beli obat dulu ke toko Kamu jangan banyak bergerak dulu ” kata emak dengan cemas Aku cuma mengangguk pelan Emak meninggalkanku sendirian, sekitar sepuluh menit, emak kembali masuk sambil membawa mangkuk plastik berisi air dan saputangan handuk Kembali emak membantuku duduk, memberikan sebutir obat padaku, aku menelan obat itu dengan bantuan emak serta segelas air Kemudian aku baring lagi Emak mengompres keningku Aku memejamkan mata, rasanya otakku bagaikan tertusuk jarum, menarik nafaspun susah, bagaikan ada yang menekan dadaku serta menutup hidungku Lama sekali emak terus mengompresku, hingga aku tertidur lagi Aku terbangun karena mendengar suara ribut ribut yang berasal dari luar kamar, mungkin diruang tamu, suara yang sangat asing bagiku, selain suara emak dan ayuk ayukku ++ Seperti ada beberapa orang yang sedang memarahi emak, dengan susah payah aku berangkat dari dipan emak, aku berjalan walau terasa pusing dan pandanganku kabur, walau sulit, akhirnya aku bisa berjalan hingga pintu kamar Dari balik tabir, ku melihat emak sedang menangis, sementara kedua ayukku memeluk emak, ibu yang waktu malam itu datang, ada disitu Bersama dua orang lelaki dewasa “ayuk tak bisa menjaga anakku, kenapa sampai ia sakit seperti itu Kenapa dibiarkan saja ia berhujan hujanan di tengah malam !” teriak ibu itu dengan nada tinggi “kami juga sudah berusaha mencegahnya, tapi rio berlari sangat kencang, tina dan yanti sudah mengejarnya, namun mereka berdua tak bisa menyusulnya Tolong jangan salahkan kami seperti itu mega !” emak membela diri, sementara itu yuk tina tanpa rasa takut sedikitpun langsung berdiri dan berkacak pinggang, dengan emosi, yuk tina balik memarahi ibu itu Ibu yang aku tahu adalah ibu kandungku “bu Tolong sopan sedikit ya ! Ibu mana tahu dengan keadaan kami, ibu hanya tahu bersenang senang Sementara kami disini sedang ada masalah, gara gara kedatangan ibu Setelah ibu meninggalkan rio begitu saja tanpa kabar, sekarang seenaknya saja ibu mau mengambilnya Apa ibu tak punya hati ?” tantang yuk tina berapi api dengan penuh emosi Yuk tina memang agak temperamental, ia tak kenal takut, walaupun ia tahu orang itu lebih dewasa dan kuat, selama ia merasa benar, maka yuk tina tak akan gentar sedikitpun Melihat perlawanan dari yuk tina, wajah ibu itu langsung berubah merah padam “hei ! Jaga mulutmu ya Pernah diajari nggak sama emakmu itu ? Kamu itu perempuan, apa kamu pikir bagus kelakuanmu itu?” balas ibu itu tak kalah sengit Kedua pria yang bersamanya cuma duduk melihat tanpa bersuara sedikitpun Kepalaku makin pusing, aku kasihan melihat emak yang cuma bisa diam, aku ingin membela emak, tapi aku tak bisa, karena entah mengapa aku merasa pandanganku makin kabur, dan tubuhku seolah melayang layang “emak selalu mengajari kami yang baik baik Tapi kami juga tak akan tinggal diam kalau ada yang menghina kami Jangan ibu pikir mentang mentang ibu banyak duit, ibu pikir bisa seenaknya saja memperlakukan kami Justru ibu itu yang tak sopan, datang ke rumah orang marah marah Kayak orang tak berpendidikan !” maki yuk tina makin meradang “tina cukup !!, jangan tak sopan sama orang tua ” sela emak diantara isakannya “nah Betul kan Kamu memang anak tak tahu adat Emak kamu sendiri juga bilang kamu tak sopan Dasar anak kurang ajar ” balas ibu itu dengan melecehkan Yuk tina menatap emak dengan pandangan terluka, seolah olah kata kata emak tadi telah membuat ia sakit hati Emak sepertinya sadar akan hal itu, buru buru emak membela yuk tina “mega Kamu yang harusnya sadar diri, jangan mentang mentang kamu merasa berada diatas angin, kamu jadi bisa memperlakukan kami seenaknya Ingat dulu, siapa yang datang ke kami, siapa yang meminta tolong dalam keadaan susah dulu, saat kamu tak punya apa apa Saat mertua kamu tak menerima kamu, kamu mengemis meminta belas kasihan pada kami, ingat mega !!! Ternyata kami sudah menolong macan terluka, yang akhirnya menggigit kami Kamu kira kamu sudah baik, kamu itu benar, kamu memang tak tahu terima kasih Jangan kamu pikir mentang mentang kamu sudah punya banyak uang, sudah sukses, kamu bisa begitu saja memperlakukan kami dengan hina !” semprot emak dengan emosi, membuat ibu itu terkejut, mungkin ia tak mengira kalau emak juga bisa berkata kasar “eh Yuk Berapa sih kerugian ayuk dulu Bilang saja berapa Aku bayar sekarang Aku juga terpaksa minta tolong sama kalian itu Kalian pikir aku suka ya kalian tolong, kan dulu kamu juga yang memaksa aku tinggal dengan kalian Sebelum pergi aku sudah bilang kalau aku akan kembali lagi untuk menjemput anakku Kenapa sekarang kalian malah marah marah Seharusnya kalian senang, kalian itu sudah susah Aku cuma mau membantu meringankan kesusahan kalian Aku cuma mau mengambil rio kembali Dia itu anak kandungku, coba kalau ayuk yang berada pada posisiku sekarang Apa yang ayuk rasakan Berpisah bertahun tahun dari anak kandungnya sendiri Merasa bersalah karena telah meninggalkan anak sendiri, setiap hari cuma memikirkan apa nasibnya, apakah ia baik baik saja Sudah cukup makan belum Apa ayuk begitu egoisnya Menyeret rio dalam kesusahan Padahal ayuk tahu kalau aku bisa memberikan kehidupan yang lebih baik pada rio Memberikan pendidikan yang lebih baik untuknya Apa ayuk tega melihat rio berjualan setiap hari Memakai pakaian jelek Tak mendapatkan uang jajan cukup, tak mempunyai apa apa Ayuk jangan kuatir Setiap sen yang ayuk keluarkan untuk rio akan aku ganti semua Bahkan dua kali lipat dari itupun akan aku berikan Aku tak mau bertengkar seperti ini, aku meminta rio baik baik, tapi kenapa kalian malah bersikap seperti ini ?” tantang ibu itu tak mau kalah Aku muak sekali mendengarnya Kata kata ibu itu membuat aku merasa semakin tak menyukainya , malah aku menjadi bertambah benci kepadanya “ibu itu sadar apa pingsan sih Ngomong itu dipikir dulu bu Jangan mencari cari kesalahan orang lain dong !” timpal yuk yanti yang sedari tadi cuma diam +++ aku tahu yuk yanti pasti sangat kesal sekali, biasanya yuk yanti tak pernah seperti itu, yuk yanti sangat menghormati orang yang lebih tua Mungkin yuk yanti sudah tak bisa lagi menahan rasa kesalnya saat mendengar kata kata ibu itu, yang tak bermutu sama sekali “eh Ini lagi mau ikut ikutan Memang kalian itu tak sopan semua Aku tak mau rio berada disini, bisa bisa nanti ia tumbuh menjadi anak yang tak sopan juga seperti kalian ” balas ibu itu makin meradang karena merasa di keroyok “kalau kamu tak memulainya mega, tak mungkin anak anakku tak sopan padamu, aku sangat mengenal anak anakku, biasanya mereka menaruh hormat pada orang yang lebih tua, tapi kelakuanmu sendiri tak bisa dikatakan sopan, padahal kamu itu sudah tua !” emak membela yuk yanti, sambil memberi penekanan pada kata katanya itu Kenapa sih hari ini bisa seperti ini, biasanya emak tak pernah seperti itu, aku sangat mengenal emak, beliau begitu baik, tak pernah aku melihat emak bertengkar dengan siapapun sebelumnya, emak sangat menjaga hubungannya dengan siapapun, bahkan tetangga tetangga disini mengenal emak begitu baik, emak tak pernah bergosip, daripada emak membuang buang waktu untuk mengurusi orang lain, emak lebih memilih membereskan rumah, ketimbang emak sibuk menceritakan kejelekan orang lain, emak lebih memilih sibuk membuat kue untuk dijual, emak juga tak pernah berlama lama belanja di toko, kalau cuma untuk bergosip dengan ibu ibu disini Orang orang sudah tahu dengan karakter emak, justru mereka menaruh hormat pada emak Mereka segan, walaupun kami tak punya banyak uang, tetangga disini sangat menghargai emak “yuk Saya malas bertengkar, saya cuma mau meminta anakku kembali dengan baik baik Saya rasa ayuk sudah cukup puas bisa merawatnya selama ini, sekarang giliran saya yang ingin merawatnya Saya ingin anak saya menjadi orang yang berhasil, apa ayuk bisa menjamin bisa memberikan yang terbaik untuk anak saya, sementara keadaan ayuk seperti ini, untuk makan saja ayuk mesti kerja mati matian membanting tulang, ku mohon ayuk pikirkan lagi, jangan egois, ini semata mata demi masa depan rio Kalau ayuk berpikir, pasti ayuk tahu kalau kata kataku ini benar Aku ingin kita baik baik Percuma bertengkar yuk Tak akan menyelesaikan masalah Aku toh bisa aja menempuh jalur hukum, dan aku bisa jamin kalau ayuk tak akan menang, jadi daripada urusan semakin merembet kemana mana, aku minta ayuk ikhlaskan saja aku mengambil kembali anakku Apa ayuk tega dalam keadaan sakit begini, untuk membawanya ke dokter pun ayuk tak punya uang Masa depan seperti apa yang akan ayuk janjikan pada rio Kalau memang ayuk menyayanginya, ayuk pasti tahu apa yang terbaik untuk rio ” tandas ibu itu sambil mengambil tas tangan yang ia letakkan diatas meja, kemudian ia memberi isyarat pada kedua orang pria yang mengikutinya agar berdiri +++ Ibu itu membuka tas nya lalu mengeluarkan setumpuk uang pecahan sepuluh ribu rupiah dan memberikan pada emak “bawa rio ke rumah sakit, secepatnya Tolong jangan tolak uang ini Carikan perawatan yang terbaik, aku mau anakku segera sembuh ” ujar ibu itu sambil meletakkan setumpuk uang ke atas meja Tanpa berkata apa apa lagi, ibu itu berjalan diiringi kedua pria yang bersamanya, keluar dari rumahku, emak bengong demikian juga kedua ayukku, mereka seolah olah kehilangan kata kata untuk menjawab Setelah deruman mobil terdengar meninggalkan rumah, baru emak seperti tersadar dan menangis, yuk tina langsung menghibur emak “dasar orang sombong, dia pikir dengan uangnya ia bisa melakukan apa saja ” kata yuk tina dengan kesal “sudahlah tin, kita bisa ngomong apa lagi Ibu rio benar, kita ini orang susah, harus tau diri, ini bukan menyangkut tentang kita, tapi anaknya rio Adikmu Emak juga tak mau kalau sampai terjadi apa apa sama adikmu, kita cuma bisa pasrah sekarang, apapun yang terjadi Mungkin memang sudah saatnya kita melepaskan rio dengan ikhlas walaupun itu sangat menyakitkan !” emak berkata sambil melamun Seolah olah emak sedang terkena stress “coba kita punya uang banyak ya mak, kita bisa membayar pengacara, jadi kita tak dihina seperti ini, kita bisa mempertahankan rio ” ujar yuk yanti murung Mendengar semua itu, tanpa terasa airmataku mengalir, aku kasihan sama emak, aku telah membuat emak kesulitan Aku hanya menambah beban saja bagi emak Aku anak yang tak berguna, tak bisa membantu emak Semua masalah berawal dariku Kalau saja tak ada aku dirumah ini, pasti emak tak akan mendapat hinaaan seperti ini Emak mengambil uang yang ada diatas meja, lalu memberikan pada yuk yanti “kamu pegang uang ini yanti, untuk membawa rio ke dokter Emak terpaksa menerimanya, karena memang emang tak punya uang untuk membawa adikmu berobat Emak ingin sekali bisa membayar sendiri biaya adikmu, tapi kalian juga tahu bagaimana keadaan kita Maafkan emak ya tina, yanti Emak tak bisa membuat kalian bahagia ” ucap emak murung nyaris berbisik, pada yuk tina dan yuk yanti “mak jangan ngomong begitu Yanti bahagia kok mak Walaupun tak berlimpah uang, tapi aku senang menjadi anaknya emak Kebahagiaan kan tak bisa digantikan dengan uang mak ” yuk yanti menghibur emak, sambil mengurut bahu emak dengan lembut “iya mak Tina juga begitu, tina minta maaf selama ini sering bikin emak susah Tina bahagia bersama emak, tina janji akan lebih mendengarkan kata kata emak Yang penting kita bisa berkumpul bersama sama mak ” timpal yuk tina dengan wajah berlinang air mata Emak tersenyum walau saat ini beliau sedih, emak merangkul kedua ayukku Bertiga mereka berpelukan dengan penuh kasih sayang Aku mundur perlahan, dadaku terasa sesak, kembali perasaan asing menyergap Dingin menjalar keseluruh tubuhku Hingga membuat ku menggigil Aku merasa asing ditengah tengah keluarga ini Lututku lemas, tak bisa menopang lagi tubuhku hingga ambruk terjatuh menggelosor ke lantai, aku memanggil emak, namun suaraku tak keluar Sementara kepalaku makin sakit, terasa ditusuk tusuk jarum, aku mengerang kesakitan Hingga akhirnya aku tak sadar apa apa lagi Sempat aku mendengar yuk yanti menjerit sambil mengoyang goyang tubuhku Setelah itu tubuhku menjadi ringan seolah melayang dalam kegelapan yang pekat +++ aku membuka mata perlahan, terasa silau, hingga aku harus memicing untuk menghindari perih Tanganku sedang di genggam oleh emak, yuk tina berdiri disisi tempat tidur sambil tersenyum padaku “udah agak mendingan dek ?” tanya yuk tina memastikan keadaanku Aku menggelengkan kepala, memaksakan senyum pada yuk tina dan emak “sakit nak ? Tanya emak sambil memegang tanganku yang terkena infus “nggak mak Cuma tubuhku agak kedinginan ” jawabku dengan susah payah, aku tak mau membuat emak semakin kuatir memikirkan keadaanku “mak Aku tak mau ikut ibu itu ” ucapku dengan lirih Namun emak langsung menyentuh bibirku dengan ujung jari telunjuknya “sst Jangan berpikir yang berat berat dulu nak Yang penting kamu harus sembuh dulu, hal itu bisa kita bahas nanti ” jawab emak pelan, emak menatapku dengan murung, seolah olah beliau merasakan kegundahan yang saat ini melilit hatiku “rio tak apa apa mak Rio takut, kalau emak emang sayang sama rio, jangan biarkan ibu itu membawa rio ” aku bersikeras mempertahankan keinginanku pada emak “iya nak, emak pun mau rio tetap bersama emak, kita menjalani hari hari seperti biasa, selalu bersama sama, makan tak makan selama kita tak terpisah, itulah yang membuat emak bahagia ” “iya dek Betul kata emak, kita pasti akan tetap bersama sama, adek tidak usah kuatir, ayuk akan berusaha keras mempertahankan adek, ayuk juga tak rela kalo adek sampai pergi dari rumah, kita selama ini selalu bersama dan akan tetap begitu ” tambah yuk tina sambil mendekat padaku dan membungkuk hingga posisi kepalanya lebih dekat denganku “ayuk janji ya Yuk, maafkan selama ini rio sering berantem sama ayuk Rio sebenarnya sangat sayang sama ayuk Bagi rio, yuk tina dan yuk yanti adalah kakak paling hebat, yuk tina cantik Rio bangga punya ayuk kayak yuk tina ” “ayuk juga bangga punya adek kayak rio, adek baik sama ayuk, justru selama ini, ayuk lah yang sering marah marah tanpa alasan sama adek, ayuk udah sering nyakitin perasaan adek ” balas yuk tina sambil memegang tanganku yang tak terinfus Aku tersenyum sama yuk tina TOK -TOK TOK suara pintu di ketuk dari luar, serempak kami menoleh kepintu, sesosok kepala menyembul dari balik pintu melongok ke dalam kamar rupanya si erwan “masuk nak erwan ” kata emak sambil membuka pintu lebar lebar, mempersilahkan erwan masuk Rupanya erwan tak sendirian, ada mamanya juga ikut bersamanya masuk ke dalam, ia membawa bungkusan di tangannya Mama erwan menyalami emak, lalu ia menyuruh erwan meletakkan bungkusan itu ke atas meja di samping ranjangku “gimana sobat, udah mendingan Tadi aku bingung kamu nggak masuk, mana nggak ada kabar, pulang sekolah aku ke rumahmu, nggak ada siapa siapa, tetanggamu yang bilang kalau kamu dibawa kerumah sakit ” jelas erwan lalu duduk disisi ranjang “makasih ya wan Kamu memang baik ” “tuh aku bawa roti, cokelat dan buah Dimakan ya sobat, biar cepat sembuh ” “iya sobat Terimakasih banyak Kamu datang aja aku udah seneng banget, tapi dibawa buah buahan juga aku nggak nolak, seneng banget ” aku bercanda biar erwan tak terlalu kuatir “gimana sih kok bisa sakit kayak gini Padahal baru aja kemarin kita sama sama ke kantin, kamu sehat sehat aja Muka kamu juga pucat banget, kayak lagi ada masalah besar aja ” selidik erwan memandang wajahku dengan tajam “nggak kok wan, kemarin aku berhujan hujanan Jadi aku kena demam ” “loh Seingatku, kemaring nggak hujan, cuma tadi subuh memang hujan Emangnya kamu hujan hujanan subuh subuh Ngapain bro ?” selidik erwan agak keheranan Aku terdiam, tak mungkin saat ini aku bercerita pada erwan, karena masalah ini saja sudah membuat kondisiku turun drastis hingga sampai opname dirumah sakit “nanti aku ceritakan, tapi jangan sekarang ya wan Aku belum siap ” aku berbisik lirih pada erwan, jangan sampai emak dan yuk tina mendengar “jangan di paksa kalau kamu belum siap Andai kamu nggak mau cerita juga nggak apa apa kok ” balas erwan penuh perhatian “makasih ya wan ” ucapanku terpotong karena mama erwan menghampiriku Emak berjalan disampingnya “rio Kok bisa sampai sakit gini sayang ” mama erwan berdiri disamping erwan di tepi ranjang, aku memaksakan tersenyum, walaupun agak berat karena kepalaku sakit “nggak tau tante Tiba tiba bangun kesiangan langsung badanku menggigil,” aku menjawab pertanyaan mama erwan “lain kali lebih teliti kalau jajan, soalnya jaman sekarang banyak makanan yang berbahaya, mengandung zat pewarna yang tak seharusnya ditambahkan dalam makanan, belum lagi musim seperti ini, terkadang panas terkadang hujan tak menentu, itu juga membuat kekebalan tubuh menurun ” nasehat mama erwan keibuan “iya tante makasih ya tante, rio perhatikan kata kata tante ” aku tersenyum walau susah payah Mama erwan mengangguk puas mendengar jawabanku Setelah sekitar limabelas menit, mama erwan mengajak erwan pulang, mereka berpamitan Erwan masih sempat menghiburku “besok aku kesini lagi ngajak rian ya ” mendengar nama rian, aku jadi teringat kami baru saja mulai akrab, dan mungkin kami akan jarang bertemu lagi nantinya Ada perasaan sedih, nasibku sekarang ditentukan oleh ibu itu Kalau ia berkeras membawaku kembali, aku cuma bisa pasrah, karena aku masih usia baru beranjak remaja, belum bisa menentukan nasibku sendiri, sedangkan emak tak punya daya untuk mempertahankan aku +++ “iya wan Jangan lupa ya Aku tunggu loh ” jawabku lugas “Sampai ketemu besok sobat ” “iya wan Sampai besok ya ” erwan dan namanya keluar dari ruanganku Aku melihat mama erwan sempat menyelipkan amplop sama emak, walaupun emak berusaha menolak, tapi mama erwan tetap memaksa, malah langsung menaruh amplop itu di kantong emak Dengan perasaan tak enak hati, emak mengucapkan terimakasih pada mereka Aku terharu sekali karena keluarga erwan baik sekali sama aku, aku beruntung punya teman seperti erwan, yang selalu ringan tangan membantu orang orang, hanya tuhan lah yang bisa membalas kebaikan mereka Sedikit dari sekian banyak orang kaya yang masih mau perduli dengan orang susah, mau berbagi Setelah pintu di tutup, emak kembali menghampiriku “lapar nak?” tanya emak dengan perhatian “nggak mak Lidah rio rasanya agak pahit, nggak pengen makan ” “walau cuma sedikit makan lah nak Emak kupasin apel ya ” tawar emak sambil membuka bungkusan yang tadi dibawa erwan “terserah emak, tapi temani rio makannya ya mak ” “iya, nanti emak temani” emak mengambil sebuah apel, lalu mengupasnya pakai pisau lipat, memotongnya dan menaruh ke dalam piring “yuk tina Kok diam aja Tuh ambil aja buah apa yang ayuk suka, mau makan roti atau cokelat itu juga ada yuk ” aku menawari yuk tina yang wajahnya terlihat sekali sudah begitu capek Yuk tina cuma tersenyum sambil berdiri menghampiriku “makasih dek, adek ini sakit kok masih sempat sempatnya mikirin orang lain Nanti kalo ayuk lagi pengen, bisa ngambil sendiri ” jawab yuk tina sambil mengusap usap rambutku Aku senang sekali yuk tina seperti ini, karena biasanya mana mau ia melakukan hal seperti ini, yang ada juga dia mengatakan kalau aku penyakitan Tapi kenapa saat saat seperti ini terjadi justru ketika aku sedang mengalami kejadian ini, mungkin semua ada hikmahnya juga, kalau yuk tina tak tahu aku bukan anak kandung emak, mungkin ia tetap tak perduli denganku, walaupun aku menyayanginya Emak sudah selesai mengupas apel dan buah pir, yuk tina mengambil piring dari tangan emak, lalu menyuapiku Aku membuka mulut dengan enggan, tapi aku juga tak mau menyia nyiakan kesempatan ini, seumur hidupku baru kali ini yuk tina mau menyuapiku makan Yuk tina menungguku mengunyah dengan sabar, setelah ia lihat aku berhenti mengunyah, yuk tina menyodorkan lagi sepotong buah Demikian terus sampai aku merasa mual, aku menggelengkan kepala waktu yuk tina mau memberikan lagi potongan buah padaku “udah yuk Ayuk aja yang ngabisin, aku udah kenyang, perutku mual ” “ya udah jangan dipaksa kalau memang udah nggak pengen ” jawab yuk tina penuh perhatian Aku bergeser agak duduk, jadi aku tak pegal lagi, karena sudah dari tadi berbaring Yuk tina duduk dikursi dekat samping televisi, makan buah bersama emak Sampai suster datang menyuntikku, dan memberikan obat yang membuat mataku mengantuk Aku tertidur dan terbangun subuh subuh, emak tidur di lantai bersama yuk yanti, beralaskan tikar pandan Aku duduk di ranjang memperhatikan emak Yuk tina mungkin pulang waktu aku lagi tidur tadi malam Aku sudah merasa lebih segar, kepalaku tak terasa berat dan tubuhku pun tak menggigil lagi Aku mau pulang saja hari ini, semakin lama aku dirumah sakit, akan semakin banyak biaya yang harus dikeluarkan, padahal emak bisa memakai uang yang diberikan oleh ibu itu untuk hal lain yang lebih penting Suster masuk, menyeka tubuhku dengan handuk hangat basah, aku berdiri sementara suster menggantikan seprei tempat tidurku dengan yang baru Emak dan yuk yanti terbangun dan membereskan tikar serta bantal tempat tadi mereka tidur Emak masuk kamar mandi mencuci muka Setelah emak keluar, yuk yanti masuk Aku hampiri emak, melihatku terlihat sehat, emak agak heran “kok udah berjalan nak Hati hati nanti keserimpet tiang infus ” ujar emak sambil mengambil tiang infus yang aku pegang di tanganku “mak, rio mau pulang aja ” kataku langsung ke intinya “mau pulang? Memangnya kamu udah tak apa apa lagi ?” tanya emak keheranan “rio udah sehat mak, justru lama lama disini bikin rio tambah sakit ” “ya udah kalau memang mau kamu gitu, nanti kita tanya sama dokter aja, kamu udah boleh belum pulang hari ini ” jawab emak Aku mengangguk setuju dengan kata kata emak Setelah suster keluar, aku sarapan pagi dengan nasi putih, dan lauk yang semua rasanya hambar Sekitar jam sepuluh, dokter yang menanganiku datang, setelah ia memeriksaku, emak mengutarakan maksudku untuk pulang hari ini Dokter mengizinkan aku pulang, menurut dokter, aku sudah lebih baik Dan boleh pulang Emak berkemas kemas dibantu oleh yuk yanti, suster melepaskan infus di pergelangan tanganku Erwan datang bersama rian dan sopirnya, waktu yuk yanti menyelesaikan urusan administrasiku dirumah sakit Mereka mengantarku pulang Rian duduk disampingku dalam mobil dibangku belakang Rasanya aku jadi sembuh sampai tak tersisa sedikitpun sakit kepalaku Rian menghiburku dengan cerita cerita lucu membuat aku tertawa terpingkal pingkal hingga terlupa semua masalah yang membebani pikiranku dari kemarin Sampai dirumah aku turun dengan dipapah oleh rian dan erwan Sebetulnya aku bisa berjalan sendiri, tapi aku tak mau melewatkan kesempatan dirangkul oleh rian Aku langsung dibawa ke kamar, rian dan erwan ikut ke kamar, membantuku berbaring, setelah itu mereka ikut duduk diatas ranjang kamarku yang cuma pas untuk satu orang saja tidur diatasnya Kami berbincang bincang dan bercanda Yuk tina membuatkan teh hangat dan kue untuk rian dan erwan +++ Aku belum boleh Hingga sore hari jam tiga, ketika erwan dan rian mau pamit, tiba tiba ibu yang kemarin itu datang kembali, turun dari mobilnya yang mewah, memakai baju yang sangat bagus dari bahan sutera warna salem, sepatunya begitu tinggi, rambutnya pun disasak menunjukkan kalau ia baru pulang dari salon Saat melihatku berdiri di halaman bersama rian dan rio, ibu itu menghampiriku dan langsung memelukku seolah olah kami sudah begitu akrab Aku mencoba melepaskan diri namun tak bisa, pelukannya terlalu ketat “rio anakku, sudah sehat kamu nak Mama sampai nggak bisa tidur memikirkanmu semalaman nak Syukurlah Mama sayang sekali sama kamu ” aku tak tahu harus menjawab apa, merasa risih dan rikuh, bisa ku lihat erwan dan rian ternganga melihatku dipeluk perempuan ini Yang dari penampilannya saja sudah begitu beda dengan ibu ibu yang ada disini Lebih mirip dengan style ibu pejabat dalam sinetron dan film Aku mematung bengong tak bisa mengatakan apa apa Rasanya begitu ganjil Sementara itu rian sedang sibuk mengagumi mobil berwarna hitam metalik yang dipakai ibu kandungku SAAT PERPISAHAN “rio, betulkah itu Ibu ibu cantik itu mama kandungmu?” erwan menatapku menuntut penjelasan Aku jadi bingung harus mengatakan apa, terlalu dini mereka harus sudah tau semuanya, sedangkan aku saja masih belum bisa meredakan keterkejutan yang kurasakan “iya rio Tadi aku dengar sendiri Rio Kamu Anak ibu itu, gila rio ! Ibu itu punya mobil semewah itu Dia pasti luar biasa kaya !” teriak rian setengah histeris, seolah olah tak percaya dengan ini semua, aku tak perduli seberapa kaya ibu kandungku, ia bukan ibu yang baik untukku, meninggalkan aku selama ini, demi mengejar kekayaan Bukan seperti itu ibu yang aku inginkan! Aku cuma ingin bersama emak, karena emak dengan segala keterbatasan yang ia miliki, namun mampu membuat aku bahagia, bisa menjadi sosok ibu panutan Salah besar kalau rian pikir aku silau harta “maaf rian, aku tak perduli berapa harga mobil dan sebanyak apa kekayaan ibu itu Memang betul ia yang melahirkan aku, tapi emak lah satu satunya ibu bagiku ” aku menjawab sedikit ketus sambil menendang kerikil merah yang tergeletak diatas tanah dibawah kakiku Rian dan erwan saling berpandangan dengan heran, sepertinya mereka berdua agak kaget mendengar kata kataku barusan Erwan mendekatiku dengan hati hati bertanya “rio, sepertinya kamu tak bisa menerimanya Aku mengerti kalau kamu nggak mau membahas ini, aku hanya ingin kamu baik baik saja sobat ” “makasih wan, terus terang aku malas membahasnya, mendingan kita jalan jalan aja, malas aku ketemu ibu itu !” “jalan kemana rio, ini sudah sore ” tanya rian agak heran “terserahlah, aku cuma tak nyaman kalau ada ibu itu ” “ya sudahlah, kita jalan sekarang !” erwan memandangku dengan penuh pengertian Rian mengambil sepedanya dibawah pohon, aku mengikuti erwan yang mengambil sepedanya juga Tak sampai lima menit kami bertiga sudah berada dijalan, tanpa tau mau kemana Erwan mengayuh sepedanya menyusuri jalan kecil belum diaspal, melewati pinggiran sungai tempat kami bertiga duduk beberapa hari yang lalu, aku lebih banyak diam, seperti mengerti, erwan dan rian pun ikut ikutan diam Hari sudah semakin sore, cahaya matahari sudah mulai meredup karena matahari sudah mulai turun Menurut perkiraanku, ibu kandungku sudah pulang sekarang, jadi aku mengajak rian dan erwan pulang, sebenarnya aku tak enak juga sama mereka Mau bagaimana lagi, saat ini aku sangat butuh teman untuk melupakan sejenak masalahku Sampai dirumah tepat seperti perkiraanku, tak ada lagi mobil ibuku Aku turun dari boncengan erwan, menawari kedua temanku ini untuk mampir dulu, namun mereka menolak karena sudah hampir maghrib Mereka langsung pulang Setelah mereka berdua pergi, aku masuk kedalam rumah Yuk tina sedang mencuci piring didapur, emak sedang mandi, sementara yuk yanti kulihat sedang mengangkat baju dari jemuran “adek darimana aja, tadi emak nyari nyari ” tanya yuk tina saat melihatku “rio malas yuk ketemu ibu itu, risih rio ia peluk peluk ” aku duduk disamping yuk tina “mungkin adek belum terbiasa aja Nanti juga pasti adek bisa menyayanginya ” yuk tina menepuk bahuku, tersenyum dengan aneh “ayuk kok ngomong gitu, emangnya rio mau tinggal sama ibu itu, nggak lah yuk Rio kan tetap tinggal sama emak dan ayuk disini Protesku sedikit heran juga, kenapa yuk tina bicara seolah olah begitu yakin kalau aku mau tinggal dengan ibu kandungku Pintu kamar mandi terbuka, emak keluar dengan handuk terlilit dikepala Begitu melihatku, emak langsung bertanya “rio ini darimana saja, dicari cari sama yuk yanti tadi Kok keluar nggak bilang bilang sama emak ?” “malas mak ketemu sama ibu itu ” jawabku singkat sambil mengambil potongan daun pisang yang tergeletak diatas meja, kemudian aku menyobek daun itu seakan akan daun itu bersalah kepadaku Emak menggelengkan kepala melihat kelakuanku, kemudian emak menghampiriku, menarik kursi lalu duduk disampingku “rio nggak boleh begitu, dia itu ibu kandungmu, yang sudah melahirkanmu, tadi dia sedih sekali waktu kamu mendorongnya Ia bilang ia kangen sekali sama kamu nak, emak jadi tak tega waktu ia tadi menangis ” aku mendongak menatap emak Ibu itu menangis Perasaan tadi ia biasa biasa saja waktu aku menolak ia peluk “rio belum bisa menerimanya mak, rio masih canggung, bagi rio cuma emak lah ibu rio !” kataku dengan keras kepala Sekilas aku seperti melihat emak tersenyum senang, tapi cuma sebentar, emak langsung mengubah ekspresi wajahnya “sebentar lagi kamu ujian, setelah lulus kamu harus melanjutkan ke smu, ibumu sudah mempersiapkan semuanya, ia berencana untuk memasukanmu ke smu favorit di palembang Katanya ia akan membawamu pindah ke palembang nak ” “mak rio nggak mau ikut ibu itu, rio cuma mau tinggal sama emak disini, boleh kan mak?” aku berharap emak mengiyakan namun jawaban emak sungguh membuat aku terkejut “sebetulnya emak tak keberatan, tapi rio tau sendiri bagaimana keadaan kita, emak ini orang susah, tak mampu lagi emak untuk menyekolahkan kamu, beban kita sudah semakin berat, emak tak bisa memasukkan kamu ke smu, hanya ibu kandungmu yang bisa mengatasi masalah itu Emak tak mau kamu jadi pengangguran nantinya ” kata emak dengan lembut, namun entah mengapa aku merasa seperti di tolak, emak mengatakan itu berarti emak mengisyaratkan kalau keberadaanku dirumah ini telah menambah beban bagi emak Batinku menjerit, tak kusangka aku akan mendengar juga hal ini dari mulut emak Tubuhku gemetaran, dengan gontai aku berdiri, meninggalkan emak dan ayuk ayukku di dapur Aku masuk kekamarku, kemudian mengunci pintu Suara adzan di masjid tak aku hiraukan lagi Ranjang yang sempit cuma cukup untuk aku sendiri, tempat aku berbaring merenungi semua kejadian yang aku alami, mengenang hari hari aku melewati masa kecil hingga sekarang, bersama emak dan ayuk ayukku Dalam susah dan senang, suka duka, apakah tak lama lagi semua ini harus aku tinggalkan Sementara hatiku begitu berat untuk melakukannya Namun aku juga tak mau menjadi benalu yang hanya menambah beban bagi emak Aku tak ada jalan lain, terpaksa aku pergi dari sini Meninggalkan emak, yuk tina, yuk yanti dan semua yang aku sayangi Mengawali hidup baru entah dimana, aku akan berusaha untuk menerima, mungkin sudah saatnya aku memutuskannya Aku akan mencoba untuk mengenali ibu kandungku, walaupun aku tak mengenalnya, namun aku tahu seorang ibu tak akan tega untuk melukai darah dagingnya sendiri Tak terasa airmataku jatuh Kenapa aku tak punya pilihan, aku hanya bisa menerima nasib Terdengar suara ketukan di pintu kamarku, yuk yanti memanggilku untuk mengajak makan malam, tapi aku pura pura tak mendengar, hingga tak lagi terdengar suara yuk yanti Aku bisa mendengar langkah kakinya menjauh dari kamarku Aku tertidur hingga pagi Saat aku bangun rumah dalam keadaan sepi, kucari emak didapur tapi tak ada Kenapa aku bisa tidur seperti orang pingsan Perutku lapar, untung saja ada makanan diatas meja Hari ini aku tak jualan, entah kenapa emak tak membangunkan aku Tak biasanya emak tak berada dirumah sepagi ini, kemana emak? Hatiku jadi bertanya Apakah mungkin emak yang berjualan sekarang? Membayangkan emak berjualan membuat aku jadi merasa bersalah, emak sudah tua, kasihan kalau harus berkeliling kampung menjajakan kue Biasanya itu tugas aku dan kedua ayuk ayukku Ku letakkan kembali kue yang baru aku gigit sedikit tanpa nafsu, laparku mendadak hilang Jam didinding menunjukan pukul enam lewat sepuluh menit, aku harus mandi dan bersiap siap ke sekolah Setelah mandi dan berpakaian, aku duduk diruang tengah menunggu emak Tak lama kulihat yuk yanti pulang sambil membawa dulang yang telah kosong Aku langsung bertanya pada yuk yanti Ternyata betul dugaanku, emak menjual kue keliling kampung, menggantikan aku Aku tak mengatakan apa apa lagi, sekitar lima menit kemudian yuk tina pulang, kue yang ia bawa masih ada tapi tak banyak, saat melihatku sudah memakai baju sekolah, yuk tina tersenyum “dek, tunggu ayuk ya, kita berangkat sama sama ” kata yuk tina sambil menaruh dulang diatas meja “iya yuk, tapi jangan lama lama, sudah siang, takutnya nanti kita telat ke sekolah ” aku menjawab sambil duduk lagi di kursi tamu Yuk tina langsung kekamar mandi mencuci muka dan gosok gigi Aku duduk menunggu sambil melihat lihat ke jalan, namun emak belum juga pulang Yuk tina menghampiriku setelah ia telah siap “berangkat yuk dek ” ajaknya sambil merapikan rambutnya “emak kok belum pulang juga yuk ?” aku berdiri kemudian mengambil tas diatas meja, memakainya ke punggung “mungkin emak agak siang udahlah nggak usah nungguin emak, pesan emak tadi kita nggak usah nunggu emak ” jawab yuk tina sambil berjalan ke pintu Aku mengikutinya “dek nih uang jajan adek, emak nyuruh ayuk yang ngasih ke adek, takut emak lupa ” yuk tina memberikan selembar uang seratus rupiah padaku Aku mengambil uang itu dengan tangan sedikit gemetar Entah kenapa rasanya aku tak pantas lagi menerima uang dari emak “ayo dek, nanti kita terlambat !” yuk tina mempercepat langkahnya Aku mengikuti yuk tina, kami berpisah di perempatan jalan Sampai disekolah pun hatiku tak bisa tenang Erwan yang duduk disampingku seperti mengerti dan tak banyak tanya saat melihat aku sedikit murung +++ Ibu itu menangis Perasaan tadi ia biasa biasa saja waktu aku menolak ia peluk “rio belum bisa menerimanya mak, rio masih canggung, bagi rio cuma emak lah ibu rio !” kataku dengan keras kepala Sekilas aku seperti melihat emak tersenyum senang, tapi cuma sebentar, emak langsung mengubah ekspresi wajahnya “sebentar lagi kamu ujian, setelah lulus kamu harus melanjutkan ke smu, ibumu sudah mempersiapkan semuanya, ia berencana untuk memasukanmu ke smu favorit di palembang Katanya ia akan membawamu pindah ke palembang nak ” “mak rio nggak mau ikut ibu itu, rio cuma mau tinggal sama emak disini, boleh kan mak?” aku berharap emak mengiyakan namun jawaban emak sungguh membuat aku terkejut “sebetulnya emak tak keberatan, tapi rio tau sendiri bagaimana keadaan kita, emak ini orang susah, tak mampu lagi emak untuk menyekolahkan kamu, beban kita sudah semakin berat, emak tak bisa memasukkan kamu ke smu, hanya ibu kandungmu yang bisa mengatasi masalah itu Emak tak mau kamu jadi pengangguran nantinya ” kata emak dengan lembut, namun entah mengapa aku merasa seperti di tolak, emak mengatakan itu berarti emak mengisyaratkan kalau keberadaanku dirumah ini telah menambah beban bagi emak Batinku menjerit, tak kusangka aku akan mendengar juga hal ini dari mulut emak Tubuhku gemetaran, dengan gontai aku berdiri, meninggalkan emak dan ayuk ayukku di dapur Aku masuk kekamarku, kemudian mengunci pintu Suara adzan di masjid tak aku hiraukan lagi Ranjang yang sempit cuma cukup untuk aku sendiri, tempat aku berbaring merenungi semua kejadian yang aku alami, mengenang hari hari aku melewati masa kecil hingga sekarang, bersama emak dan ayuk ayukku Dalam susah dan senang, suka duka, apakah tak lama lagi semua ini harus aku tinggalkan Sementara hatiku begitu berat untuk melakukannya Namun aku juga tak mau menjadi benalu yang hanya menambah beban bagi emak Aku tak ada jalan lain, terpaksa aku pergi dari sini Meninggalkan emak, yuk tina, yuk yanti dan semua yang aku sayangi Mengawali hidup baru entah dimana, aku akan berusaha untuk menerima, mungkin sudah saatnya aku memutuskannya Aku akan mencoba untuk mengenali ibu kandungku, walaupun aku tak mengenalnya, namun aku tahu seorang ibu tak akan tega untuk melukai darah dagingnya sendiri Tak terasa airmataku jatuh Kenapa aku tak punya pilihan, aku hanya bisa menerima nasib Terdengar suara ketukan di pintu kamarku, yuk yanti memanggilku untuk mengajak makan malam, tapi aku pura pura tak mendengar, hingga tak lagi terdengar suara yuk yanti Aku bisa mendengar langkah kakinya menjauh dari kamarku Aku tertidur hingga pagi Saat aku bangun rumah dalam keadaan sepi, kucari emak didapur tapi tak ada Kenapa aku bisa tidur seperti orang pingsan Perutku lapar, untung saja ada makanan diatas meja Hari ini aku tak jualan, entah kenapa emak tak membangunkan aku Tak biasanya emak tak berada dirumah sepagi ini, kemana emak? Hatiku jadi bertanya Apakah mungkin emak yang berjualan sekarang? Membayangkan emak berjualan membuat aku jadi merasa bersalah, emak sudah tua, kasihan kalau harus berkeliling kampung menjajakan kue Biasanya itu tugas aku dan kedua ayuk ayukku Ku letakkan kembali kue yang baru aku gigit sedikit tanpa nafsu, laparku mendadak hilang Jam didinding menunjukan pukul enam lewat sepuluh menit, aku harus mandi dan bersiap siap ke sekolah Setelah mandi dan berpakaian, aku duduk diruang tengah menunggu emak Tak lama kulihat yuk yanti pulang sambil membawa dulang yang telah kosong Aku langsung bertanya pada yuk yanti Ternyata betul dugaanku, emak menjual kue keliling kampung, menggantikan aku Aku tak mengatakan apa apa lagi, sekitar lima menit kemudian yuk tina pulang, kue yang ia bawa masih ada tapi tak banyak, saat melihatku sudah memakai baju sekolah, yuk tina tersenyum “dek, tunggu ayuk ya, kita berangkat sama sama ” kata yuk tina sambil menaruh dulang diatas meja “iya yuk, tapi jangan lama lama, sudah siang, takutnya nanti kita telat ke sekolah ” aku menjawab sambil duduk lagi di kursi tamu Yuk tina langsung kekamar mandi mencuci muka dan gosok gigi Aku duduk menunggu sambil melihat lihat ke jalan, namun emak belum juga pulang Yuk tina menghampiriku setelah ia telah siap “berangkat yuk dek ” ajaknya sambil merapikan rambutnya “emak kok belum pulang juga yuk ?” aku berdiri kemudian mengambil tas diatas meja, memakainya ke punggung “mungkin emak agak siang udahlah nggak usah nungguin emak, pesan emak tadi kita nggak usah nunggu emak ” jawab yuk tina sambil berjalan ke pintu Aku mengikutinya “dek nih uang jajan adek, emak nyuruh ayuk yang ngasih ke adek, takut emak lupa ” yuk tina memberikan selembar uang seratus rupiah padaku Aku mengambil uang itu dengan tangan sedikit gemetar Entah kenapa rasanya aku tak pantas lagi menerima uang dari emak “ayo dek, nanti kita terlambat !” yuk tina mempercepat langkahnya Aku mengikuti yuk tina, kami berpisah di perempatan jalan Sampai disekolah pun hatiku tak bisa tenang Erwan yang duduk disampingku seperti mengerti dan tak banyak tanya saat melihat aku sedikit murung Aku jadi kebingungan, pak rahmat guru yang killer, ia suka ringan tangan terhadap murid, sudah beberapa orang temanku yang pernah merasakan di tampar wajahnya oleh pak rahmat Aku tak mau kalau sampai kena tampar juga olehnya “rio kurang enak badan pak ” erwan yang menjawab “betul rio?” tanya pak rahmat meyakinkan kalau aku memang sakit “iya pak ” jawabku pelan, aku tak bohong karena jujur saja kepalaku rasanya masih pusing “kalau sakit kamu istirahat saja di UKS, percuma saja kamu disini, tak bisa mengikuti pelajaran, malah mengganggu teman yang mau belajar ” ujar pak rahmat penuh perhatian, memang teman teman tahu kalau aku sempat menginap dirumah sakit “biar aku yang ngantar rio ke UKS pak !” erwan menawarkan diri Pak rahmat cuma mengangguk kemudian berdiri menulis di depan papan tulis “ayo rio ” erwan membantuku berdiri, seolah olah aku tak bisa berjalan kalau tak ia bantu Sebenarnya aku risih juga, tapi karena didepan kelas, aku tak mungkin menolaknya Kami berdua keluar dari kelas, berjalan menuju ke ruang UKS “makasih erwan Tadi aku udah gemetaran ” aku berkata sejujurnya “tak apa apa rio Aku mengerti kamu lagi ada masalah, paling tidak kamu ceritalah, aku kan sahabatmu, tak perlu kamu merasa sungkan atau malu ” “maaf ya wan Bukan maksudku bertingkah Tapi aku memang lagi ada masalah Aku butuh ketenangan ” aku meminta pengertian dari erwan “masalah kemarin itu ya ?” “iya ” “mamamu mau membawa kamu bersamanya?” “iya ” “kamu mau ?” “entahlah” “kok entah?” “aku bingung ” “kenapa bingung ?” “aku tak bisa memilih ” “kamu bisa memilih ” “emak menyuruhku ikut ibu kandungku ” “terus ?” “aku ragu ” “jadi kamu akan pergi ?” “kemungkinan ” “kamu pindah dari bangka?” “bisa jadi ” “kenapa kamu nggak minta sama emak kamu agar diizinkan tinggal bersamanya?” “emak tak sanggup lagi untuk menghidupiku ” erwan terdiam mendengar jawabanku barusan, langkahnya langsung terhenti Aku memandang erwan dengan heran “kenapa wan?” “jadi kamu akan betul betul pergi?” erwan mengulangi lagi pertanyaanya tadi Aku terdiam sejenak sebelum menjawab Aku tahu erwan adalah sahabatku yang terbaik yang aku punya Aku pasti akan sangat kehilangan erwan nanti “rio Kita ke kantin aja yuk Kita bicara disana ” “sekarang sedang jam pelajaran wan Tadi kita izin mau ke UKS, nanti kamu kena hukum sama pak rahmat !” tolakku dengan halus “tak masalah Aku tak ingin melihat kamu kalut seperti ini rio Tentang pak rahmat nanti aku bisa hadapi ” erwan membantah dengan keras kepala “terserah kamu kalau gitu ” aku mengikuti erwan berjalan menuju ke kantin belakang sekolah Sampai di kantin, erwan mengajakku duduk di kursi bagian dalam kantin, jadi tak terlihat kalau dari luar “kamu mau makan apa rio?” tanya erwan sambil menarik kursi Aku baru teringat kalau dari semalam perutku belum diisi apa apa Masalah yang aku hadapi ini membuat selera makanku jadi hilang “kamu pesan aja untuk kamu sendiri Aku lagi gak pengen makan ” “muka kamu pucat, pasti kamu tak sarapan tadi pagi Nanti kamu sakit lagi rio Kan yang repot emak kamu juga ” nasehat erwan dengan sabar +++ Aku merenung, kata kata erwan itu ada benarnya Akhirnya aku mengalah dan memesan mie goreng pada ibu kantin “kok kalian nggak belajar Bolos ya?” tanya bu kantin sok tau “rio sakit bu, tadi udah diizinkan sama guru ke UKS, tapi karena ia belum makan, aku ajak kesini dulu ” jelas erwan sabar Aku menyender dikursi Melihat suasana sekolah yang sepi Pohon akasia bergoyang ditiup angin, menjatuhkan bunga berwarna kuning tua ke tanah Cuaca hari ini sedikit panas, keringat mengalir terus dari dahiku Ibu kantin berbalik untuk mengambil pesanan kami Sementara menunggu, erwan kembali bertanya padaku “aku berharap kita bisa kembali bersama di smu nanti rio Tapi sepertinya itu cuma angan angan saja ” cetus erwan dengan pandangan menerawang “aku juga berharap begitu Tapi keadaan tak memungkinkan wan Emak tak mampu membiayai aku Walaupun aku terus memaksa untuk tetap disini, yang ada aku tak sekolah ” hampir aku menangis saat mengatakan itu “kalau soal itu, aku bisa ngomong sama mama Kamu kan bisa masuk program anak asuh Atau, kamu kan pintar Siapa tau kamu bisa dapat beasiswa ” erwan mencoba memberi jalan keluar, tapi aku ragu Aku tak mau selalu merepotkan orang, selama ini aku selalu diajarkan emak untuk selalu berusaha Jangan menggantungkan hidup dari kebaikan orang lain “aku tahu niat kamu baik wan Tapi tak segampang itu Beasiswa itu tak pasti Iya kalau aku dapat, Kalau nggak gimana?” aku balik bertanya Erwan langsung terdiam “nah kamu sendiri juga bingung kan Aku tak mau terlalu tinggi bermimpi Aku takut terjatuh lagi Mungkin ini sudah garis hidupku Aku harus kembali pada ibu kandungku ” aku menghentikan bicara karena ibu kantin menghampiri kami sambil membawa dua piring berisi mie goreng dengan telur “makasih bu ” kataku pada bu kantin saat ia meletakkan piring diatas mejaku “bu, es jeruk dua gelas ” ujar erwan sambil menarik piringnya lebih dekat “jadi kamu sudah bulat benar benar ingin meninggalkan bangka ?” tanya erwan dengan sedih “aku bisa apa wan Aku tak mau menambah beban bagi emak Kalau dituruti, sedih hati ini wan Meninggalkan orang orang yang aku cintai ” aku mengaduk aduk mie goreng dengan tidak berselera “dimakan rio ” “iya wan ” aku menjawab sambil menyuap sesendok mie goreng, lalu mengunyahnya dengan malas Aku tak enak hati sama erwan kalau tak memakan mie yang telah ia pesan “kalau kamu jadi pergi Jangan pernah lupa padaku ya rio ” suara erwan terdengar agak parau Wajahnya agak menunduk seolah olah sedang mengamati isi piringnya “mana mungkin aku bisa melupakan kamu sobat Selama ini kamu telah baik padaku Bagiku kamu saudaraku wan Sahabat terbaik yang pernah aku punya ” aku mencoba menghibur erwan, sekaligus menghibur diriku sendiri yang tak yakin apakah nantinya aku mampu menghadapi semua ini Apakah aku mampu berjauhan dengan emak Sementara selama ini tak pernah satu haripun emak pergi dari rumah Aku paling tak bisa ditinggal emak Aku juga tak yakin nanti bisa bertemu teman sebaik erwan ditempat lain Sahabat sejati tak mudah di cari Aku belum bisa membalas kebaikan erwan padaku, walaupun aku begitu berniat Selama ini aku tak pernah punya rejeki lebih untuk mentraktir ataupun membelikan sesuatu untuk erwan Aku menghabiskan mie gorengku Lalu minum es jeruk lewat sedotan Kenyang rasanya perutku “nah gitu dong Baru namanya anak pintar ” erwan menggodaku saat melihat piring di depanku telah kosong Aku tersenyum lebar melihat wajah erwan yang lucu, aku tahu ia berusaha menghiburku Erwan menghabiskan minuman dalam gelasnya “sekarang kita ke UKS Aja Nanti ketahuan sama pak rahmat ” erwan berdiri kemudian menghampiri bu kantin untuk membayar makanan kami tadi “iya wan, ntar dikira sama pak rahmat, kita berdua sekongkol berpura pura sakit biar bisa menghindari pelajarannya ” aku mengingatkan erwan Jangan sampai ia mendapat masalah gara gara aku Aku membuka pintu UKS, penjaganya kebetulan temanku juga anak kelas 3c Namanya dewi, begitu melihat aku dan erwan datang Ia langsung berdiri menghampiri kami dan bertanya “kenapa rio, kamu sakit lagi ya?” aku mengangguk, dewi menyuruhku masuk kedalam “aku cuma sedikit nggak enak badan aja kok wi Cuma mau baring sebentar ” cepat cepat aku menjelaskan, begitu melihat dewi membuka lemari untuk mengambil peralatan P3K “ini ada obat sakit kepala, kamu minum aja dulu agar lebih mendingan, setelah itu kamu tiduran aja Sebentar aku ambilin segelas air putih ” ujar dewi penuh perhatian Anak satu ini memang pantas sekali menjadi perawat Aku menelan sebutir obat sakit kepala yang diberi oleh dewi dengan bantuan segelas air Sebenarnya aku paling malas minum obat, tapi sepertinya beberapa hari ini aku harus selalu berhadapan dengan yang namanya obat Cuma gara gara tadi aku tak bisa menahan suara didalam kelas, aku harus terdampar di UKS “makasih ya dewi ” aku mengulurkan gelas kosong padanya Dewi tersenyum dan mengangguk “sama sama rio Sekarang istirahatlah Aku mau duduk di depan dulu Tirainya perlu aku tutup nggak?” “tutup aja wi Agak silau sih ” aku melihat ke jendela dari kaca yang sinar matahari bisa menerobos melaluinya Dewi menarik tirai hingga tempat tidur tak bisa terlihat dari pintu Erwan berdiri disampingku, meraba keningku seolah olah aku memang betul betul kena penyakit yang parah “sedikit panas Kamu tidur aja, aku mau kembali ke kelas Nanti aku kesini lagi ” ujar erwan sambil tersenyum lebar Aku ikut tersenyum sambil mengedipkan mata Setelah erwan pergi aku memejamkan mata, disaat sendiri seperti ini, pikiran yang tadi sempat sirna kembali datang Aku akan meninggalkan erwan, dia adalah teman yang sangat baik, aku tak mampu membayangkan berjauhan darinya nanti Erwan sudah banyak membantuku, ia begitu perhatian Sahabat sejati yang pernah aku miliki Mana mungkin aku bisa melupakan erwan Ia akan selalu ada dihatiku Walaupun nanti kami tak bertemu lagi Aku akan selalu mengenang erwan Aku tertidur sebentar dan terbangun karena sebuah tangan hangat sedang meraba leherku Begitu aku membuka mata, ada rian dan erwan sedang berdiri sambil memandangku Aku jadi salah tingkah “eh sejak kapan kalian berdiri disini Maaf ya aku ketiduran ” aku bangun lalu duduk diatas ranjang “belum lama kok, kami datang kamu langsung bangun, gimana udah mendingan?” tanya rian sambil duduk diatas ranjang Rupanya tadi yang meraba leherku itu rian “makasih rian, nanti aku pinjam catatan kalian ya Aku tak mau ketinggalan, soalnya kita udah mau ujian Kalau NEM ku kecil, bisa bisa aku nggak lulus ” “santai aja rio Kamu kan pintar, mana mungkin bisa ketinggalan ” hibur erwan Aku tertawa mendengarnya “biasa aja kok Aku kan nggak terlalu pintar pintar amat ” “tapi kalau dibandingkan denganku, kamu jauh lebih pintar Justru aku yang takut nggak lulus nanti Soalnya kalau ujian kamu nggak mungkin bantu aku kan ” seloroh erwan ikut tertawa “gimana nanti kita belajar sama sama Soalnya aku juga ingin lulus ” timpal rian tak mau kalah “loh Kamu kan biasa ngumpul sama rombongan vendi, kalian kan biasanya belajar sama sama ” aku menggoda rian sambil melirik pada erwan, sembunyi sembunyi mengedipkan mata Karena satu kelas juga sudah tahu, kalau dulu, vendi pernah nggak naik kelas, seharusnya sekarang ia sudah duduk di kelas satu smu Anak itu selalu mengandalkan harta orangtuanya untuk menutupi kelemahannya dalam belajar “gila apa Mau belajar gimana sama mereka Tiap hari yang selalu di bahas mobil tamiya, kalau nggak, membahas cewek, motor, mobil, film Bisa bisa isi ujianku nantinya Dash yankuro, saint seiya Mario bross dan mobil mobil keluaran jepang Ingat gak waktu ditanya sama bu irma siapa nama pemain tenis perempuan di indonesia, masak ia jawab yayuk suseno !” ujar rian sedikit sebal Aku dan erwan tertawa terbahak bahak mengingat kejadian lucu itu Waktu itu seisi kelas tertawa mendengar jawaban vendi, termasuk bu irma juga “eh Kok ribut ribut di UKS sih Ayo keluar Mengganggu aja !” serempak kami bertiga menoleh ke belakang, rupanya dewi sudah berdiri di belakang kami “sudah agak baikan rio?” tanya dewi sambil berjalan menghampiriku “sudah wi, makasih banyak ya Maaf tadi udah bikin ribut ” jawabku sedikit tak enak hati “oh nggak apa apa Aku kira tadi rian sama erwan mengganggu kamu yang lagi istirahat ” rian turun dari ranjang saat melihat tatapan mata dewi yang agak berkerut saat melihat ia duduk diatas ranjang “kenapa, Kamu sakit juga?” sindir dewi agak mengejek Rian cengengesan tak jelas sambil buru buru berdiri disamping erwan “wi aku udah sehat, makasih ya untuk tumpangan tidurnya Sekarang aku mau kembali ke kelas ” aku turun dari ranjang dan berdiri “ya nggak apa apa Aku juga mau ke kelas sebentar lagi Habis ini giliran rosita yang jaga disini ” ujar dewi sambil membereskan tempat tidur UKS “perlu dibantu nggak ?” goda rian sambil memasang senyum mautnya pada dewi “kalau nggak keberatan sih Aku minta tolong keluar dari sini, soalnya aku mau nyapu !” balas dewi tak acuh Aku dan erwan tertawa melihat wajah rian yang langsung berubah dari senyum menggoda menjadi ternganga “dasar cewek sok !” gumam rian kesal, untung saja tak terdengar oleh dewi, kalau nggak Bisa bisa sapu yang ia pegang mendarat dipunggung rian Aku mengajak erwan dan rian keluar dari UKS, kemudian kami bertiga mencari tempat yang teduh dan tenang untuk mengobrol Rian menunjuk ke pohon akasia didepan lab kimia, kami langsung berjalan dan mengambil tempat dibawah pohon itu Aku duduk diatas bangku yang terbuat dari sebilah papan tebal Sambil memandangi murid murid dari kelas satu hingga kelas tiga yang sedang menggunakan waktu istirahatnya Ada yang bergerombol didepan kelas, ada yang berjalan hilir mudik sambil makan es, ada juga yang sedang latihan berbaris “rio Kata erwan kamu mau pindah ya?” tanya rian tanpa aku sangka sangka Aku menoleh pada rian dan mengangguk “kemungkinan Aku juga belum tau ” jawabku pelan “padahal kita baru mau akrab ya rio ” “kita kan bisa tetap menjadi teman Tenang aja, walaupun jauh nantinya, aku tak akan pernah lupa sama kalian berdua ” aku berpura pura tenang, padahal dalam hatiku bergemuruh tak menentu Aku sangat sedih membayangkan akan meninggalkan mereka berdua “aku harap juga begitu Aku jadi menyesal kenapa baru kenal kamu sekarang Dulu aku pernah kasar sama kamu Aku minta maaf rio ” kata kata rian membuat aku jadi makin sedih, aku juga menyayangkan kenapa baru mengenal rian, padahal setelah aku akrab dengannya ternyata rian sangat baik, kalaupun dulu ia pernah kasar, aku tak marah, aku sudah memaafkannya “tak masalah rian Sudahlah kenapa sih jadi pada sedih sedih begini Aku kan bukan mau mati ” selorohku sedikit garing Rian dan erwan diam “loh kok malah melamun sih ” aku mengibaskan kedua tangan didepan wajah mereka “apa apaan sih rio Aku nggak melamun tau !” sungut erwan sebal Rian cengengesan tak jelas “rio, kapan kamu pindah?” rian bertanya sambil mengambil bunga akasia yang terjatuh tepat dibawah tempatnya duduk “kemungkinan setelah pengumuman kelulusan, soalnya ibuku pasti tau kalau nggak memungkinkan kalau aku pindah sekarang Jadi beliau hanya bisa membawaku setelah aku lulus ” aku menjawab seadanya “berarti masih satu bulan lebih kita bisa bersama sama ” timpal erwan yang sedari tadi sibuk menggaruk kakinya yang terkena gigit semut yang penuh dipohon akasia ini “iya Pokoknya tenang aja Aku pasti bilang kok kalau udah mau pergi nanti !” “kamu pasti lebih senang nanti, soalnya ibu kandungmu itu kaya sekali ” lagi lagi rian membahas tentang kekayaan ibu kandungku “rian aku udah bilang, tak perduli mau sekaya apapun ibuku, aku tak perduli, coba kamu yang jadi aku Selama ini menganggap ibu yang ada dirumahmu itu adalah ibu kandungmu, ternyata bukan Sedangkan kamu sudah terlanjur mencintainya dan menganggap kalau dialah ibu yang melahirkanmu Kamu tak merasakan betapa sakitnya harus pergi dan meninggalkan orang yang kamu sayangi Apa arti kekayaan kalau kita harus kehilangan orang yang kita sayangi ” “maaf kalau aku membuatmu tersinggung, tapi aku hanya ingin kamu tak merasa apa yang kamu jalani terlalu berat, pasti ada sisi baiknya juga Mungkin saat ini belum kelihatan ” rian masih tetap mempertahankan pendapatnya Aku tahu kata katanya itu ada benarnya juga, cuma aku yang tak bisa menerima hingga saat ini, aku belum merasakan sesuatu yang membuat hatiku bergetar saat bertemu dengan ibu kandungku Sampai saat ini aku masih merasa ini seperti satu mimpi buruk Rian berdiri lalu meloncat menggapai daun akasia, aku hanya duduk memperhatikan apa yang ia lakukan Sementara erwan cuma diam tak mengatakan apa apa, mungkin ia memang sudah tak tahu harus mengatakan apa lagi Hingga bell masuk berbunyi, kami tak membicarakan apa apa lagi ******** pulang sekolah, aku langsung kerumah, tak kemana mana lagi, yuk tina sedang makan, ia mengajak aku makan sama sama Emak sedang di beranda menyerut daun kelapa untuk diambil lidinya Saat aku sapa emak hanya tersenyum tak seperti biasa kalau melihat aku pulang sekolah, ia langsung menyuruhku makan sekaligus menemani aku makan siang, tapi kali ini emak cuma memberitahuku kalau ia telah memasak lauk kesukaanku Sebetulnya aku ingin sekali bermanja dengan emak, tapi aku malu, aku takut kalau emak nanti menolak Rasanya tersiksa sekali dengan keadaan ini Hingga berhari hari setelah ini, tak ada perubahan, malah aku semakin merasa jauh dengan emak, hanya yuk tina yang semakin akrab denganku Ibu kandungku sering datang kerumah, membawakan aku makanan yang enak enak, serta pakaian yang bagus bagus Perlahan lahan aku sudah mulai bisa akrab dengan ibu kandungku Aku mulai memanggilnya mama Karena memang ia yang memintanya Walaupun semula aku merasa agak janggal, tapi lama kelamaan aku terbiasa Kadang kadang ia mengajak aku berkeliling ke tempat tempat rekreasi yang selama ini hanya bisa aku kunjungi dalam mimpi +++ Beberapa kali mama mengantarkan aku ke sekolah, beberapa teman yang dulunya selalu memandang rendah aku menjadi kaget, mereka tak menyangka kalau sebenarnya aku ini tak jauh beda dengan mereka, tapi aku tak mau terlalu mempersoalkan itu Biarlah orang menilaiku dengan pendapat mereka masing masing, karena tak mungkin untuk membuat semua orang bisa menyenangi kita Cuma yang pasti sekarang tak ada lagi yang memandangku dengan tatapan menghina lagi Cuma itu yang bisa aku ambil sisi postifnya Mamaku kembali ke palembang karena ia ada urusan bisnis yang sudah terlalu lama ia tinggalkan Namun mama berjanji akan kembali untuk menjemputku setelah aku selesai ujian Dirumah, Aku tak dikasih emak untuk berjualan lagi Entah mengapa setiap melihat emak berkeliling kampung setiap pagi, hatiku terasa teriris iris, aku tak tega melihat emak yang sudah capek membuat kue, harus berjualan lagi pagi hari Seberapa keras aku memaksa emak untuk tak berjualan, namun emak selalu menjawab kalau ia sudah terbiasa membuat kue Dan ia tak mau hidup dari rasa kasihan orang lain Mamaku bukan tak mau membantu, tapi emak selalu bisa menolaknya walau dengan berbagai alasan, hingga aku dan mama menyerah Tak terasa saat ujian telah tiba, aku, rian dan erwan menghadapi ujian akhir dengan belajar bersama Kadang dirumah rian, kadang juga dirumah erwan Setelah satu minggu ujian, kami tinggal menunggu pengumuman hasil ujian dengan jantung berdebar debar Aku tahu, dengan diterimanya hasil ujianku nanti, itu artinya aku akan segera meninggalkan emak Meninggalkan rumah ini beserta kenangan kenangan indah yang pernah aku lalui Erwan dan rian sering main kerumahku, karena kami tidak perlu ke sekolah lagi Satu hari menjelang pengumuman kelulusan akan tiba Jantungku semakin berdebar debar, aku takut sekali kalau nilai yang aku peroleh tak sesuai dengan harapanku selama ini Aku tak mau membuat emak kecewa, walaupun saat ini aku tak seakrab dulu dengan emak, tapi aku masih menganggap emakku adalah emak yang dulu, yang selalu menyayangiku Yang perduli andai aku sakit, dan ikut risau kalau aku risau Saat pengumuman kelulusan tiba Aku bertiga dengan rian dan erwan ke sekolah bersama, untuk mengambil hasil ujian Begitu hasil di umumkan, ternyata aku memperoleh nilai yang cukup bagus, malah NEM ku urutan kedua terbesar di sekolah Aku benar benar gembira Tak sabar aku pulang kerumah untuk mengabarkan pada emak Saat melihat nilai nilaiku, emak tersenyum, namun airmatanya mengalir Sesaat aku seperti menemukan kembali emak yang aku kenal dulu Aku mau memeluk emak, namun baru saja aku mau memeluknya, emak langsung meletakkan ijazahku, pura pura tak tahu kalau aku mau memeluknya Ingin rasanya aku teriak karena kesal Mengapa emak harus begini, apakah tak ada lagi rasa sayang untukku Kenapa secepat itu semua berubah, padahal aku tak ingin ada yang berubah +++ Pesta perpisahan kelulusan sekolah, kelas kami merayakannya dengan berdarmawisata ke pantai, ada tiga mobil bus besar yang cukup untuk menampung dari kelas 3a hingga 3d Aku memilih bangku disamping erwan dan rian, beberapa teman teman yang lain ada yang membawa gitar Sepanjang perjalanan kami bernyanyi Bahagia sekali perasaanku saat ini, namun ada juga perasaan sedih karena akan berpisah dengan semua teman temanku Perpisahan yang benar benar perpisahan bagiku Mungkin teman temanku yang lain masih akan saling bertemu lagi di smu, rasanya aku iri dengan mereka “rio Aku bawa tustel, nanti kita foto foto untuk kenang kenangan ya !” ujar erwan diantara suara berisik teman teman yang bersenda gurau “iya wan Aku mau berfoto diatas batu karang, pasti bagus banget, dengan latar air laut serta langit ” jawabku dengan antusias “kita berfoto bertiga Soalnya aku juga kan sahabat kalian berdua !” rian nimbrung nggak mau kalah “tentu saja rian Kita bertiga tak akan pernah terpisahkan, akan selalu menjadi sahabat selamanya Bahkan nanti sampai tua renta ” timpal erwan bersemangat “tapi aku kan minggu depan mau berangkat ke palembang ” aku mengingatkan mereka berdua Aku sedih mendengar kata kata erwan tadi “aku tahu rio Tapi kita tetap sahabat, bertiga kita selalu bersatu, walaupun kamu jauh nantinya Tapi akan tetap ada dihati dan ingatan kami berdua ” ujar rian sambil tersenyum, bagaikan dialiri air yang sejuk hatiku mendengarnya “eh kita udah sampai !” teriak erwan yang menjulurkan kepalanya keluar jendela Memang benar kata erwan, kami sudah sampai di pantai matras, mobil bus yang membawa kami berbelok, meninggalkan jalan yang beraspal, menuju ke jalan berpasir putih, suara hempasan ombak terdengar merdu ditelingaku Pohon pohon kelapa yang menjulang tinggi berbaris ditepi pantai, diselingi dengan pohon cemara pantai yang rimbun Aku berdiri dari bangku duduk, menunggu barisan teman teman yang turun dari mobil, saling dorong seolah tak sabar lagi bermain dengan air pantai Erwan dan rio menarik tanganku agar bergegas turun Sambil tertawa kami meloncat turun dari mobil dan langsung berlari menghampiri air pantai “erwan Aku dapat kulit kerang Lihat nih bagus sekali !” rian berseru sambil mengacungkan tangannya keatas menunjukkan kulit kerang yang ia pegang “sini Coba aku lihat !” erwan berlari kecil menghampiri rian dengan penasaran “ini masih banyak Wow siput, Bagus sekali, kerucut dan panjang Siput apa sih ini?” rian merunduk memungut siput berukuran sebesar jempol kaki Aku menghampiri rian ingin tahu, aku jarang main ke pantai, jadi kurang tau dengan jenis jenis kerang dan siput laut “mana coba aku lihat ?” aku mengulurkan tangan, meminta siput itu pada rian Rian menaruh siput di telapak tanganku Siput itu rupanya masih hidup, tapi kok mirip udang, malah lengkap dengan capitnya “rian Siput apa ini Kok nggak kayak yang ada di buku Biologi, nggak lendir, malah mirip udang Padahal cangkangnya betul betul cangkang siput !” aku tak bisa menyembunyikan kekagumanku, melihat hewan laut yang merangkak diatas tanganku “kata mama, itu sejenis kepiting, namanya umang umang Ia tak punya rumah sendiri, makanya ia mengambil rumah bekas siput mati ” erwan menjelaskan padaku sambil mengamati siput itu “oh jadi ini yang namanya umang umang ya? Pantas saja emak pernah bilang pada yuk tina kalau ia mirip umang umang, waktu yuk tina sering menginap dirumah susi temannya ” rian dan erwan tertawa terbahak bahak mendengar penjelasanku +++ “ada ada saja kamu ini Eh kamu ada bawa kantong plastik nggak? Mendingan kita mencari kerang dan siput yang unik unik !” ajak rian sambil mengambil kembali umang umang dari tanganku “ada, tapi aku taruh didalam tas, tunggu sebentar ya aku ke mobil dulu ngambil tasku ” aku berlari menuju ke mobil, mengambil tas Setelah itu aku kembali menghampiri mereka berdua Kami berjalan di bibir pantai sambil memunguti kulit kerang dan siput, aku menemukan bintang laut yang langsung aku masukkan kedalam kantong plastik Tak terasa hari sudah semakin siang, guru guru yang ikut serta dalam darmawisata memanggil kami, menyuruh semua murid murid berkumpul untuk makan Kami diberikan masing masing sebungkus nasi dan air minum Setelah makan, bu irma mengeluarkan tempat es berukuran besar yang berisi rujak buah Teman temanku saling berebutan mengambil rujak, sampai sampai teriakan bu irma tak ada satupun yang mendengarkan Semua teman temanku diliputi kegembiraan, termasuk aku, rian dan erwan Sungguh kenangan yang tak mungkin bisa aku lupakan seumur hidupku Baru sekali ini aku merasa benar benar gembira dan bisa tertawa lepas Seakan akan aku tak ingin ini cepat berakhir, berkumpul dalam suasana suka cita bersama semua teman teman sekolah, yang semula di sekolah tak akrab, tapi hari ini seakan akan kami sahabat Berbagai macam permainan dibuat oleh guru guru untuk menambah meriah pesta perpisahan ini Saat mentari sudah agak teduh, guru guru mengizinkan kami untuk mandi air pantai Karena ombak tak terlalu besar Aku menanggalkan baju dan celana panjangku, hanya dengan memakai celana hawai, demikian juga teman teman yang lain Aku beradu lari dengan teman teman siapa yang lebih cepat menyentuh air pantai Bermain main dengan air dan ombak, berkejar kejaran dalam air, aku berteriak saat erwan kena bagian untuk menangkap kami, ia mengejarku, aku berlari, namun air pantai yang sebatas pinggang, membuat aku harus bersusah payah menghindari dari kejaran erwan Aku menjerit antara panik dan senang, rian tertawa terbahak bahak sambil mengolok olok erwan Erwan nampaknya makin kesal karena belum berhasil menangkap siapapun Tanpa disangka sangka ia menyelam, menghilang dari permukaan air pantai Aku menoleh ke segala penjuru, berjaga jaga jangan sampai ia menangkapku, namun karena air laut yang tercampur dengan pasir didasarnya, membuat air terlihat agak keruh, membatasi jarak pandang, hingga sulit sekali untuk menebak dimana posisi erwan sekarang Aku mundur menuju ke tengah laut, demikian juga teman teman yang lain Tiba tiba kakiku ditarik dari bawah air Aku menjerit kaget, secepat kilat kepala erwan muncul dari permukaan air pantai tepat didepanku sambil berteriak teriak kegirangan Aku kalah Giliran aku yang harus menangkap teman teman yang lain, untung saja tak butuh waktu terlalu lama, aku sudah berhasil menangkap deni, anak 3c yang juga ikut dalam permainan Kami mandi dan bermain main dengan air pantai hingga puas Mata kami semua menjadi merah, dan kulitku juga jadi berkerut karena terlalu lama bermain main dengan air Guru guru berdiri dipinggir bibir pantai memperhatikan kami, mereka ikut tertawa melihat tingkah kami Hingga menjelang sore, guru guru memanggil kami, memberi isyarat agar kami naik ke darat Setelah membilas tubuh dengan air tawar, di sungai yang terletak tak jauh dari pantai, kami kembali mengenakan baju dan berkumpul Sudah jam setengah lima sore kami bersiap siap untuk pulang, namun sebelumnya kami mengakhiri dengan berdoa bersama sama +++ Saat pak hidayat memberikan pidato singkatnya tentang perpisahan, banyak teman temanku yang terharu, terutama yang perempuan Banyak diantara mereka yang menangis Bahkan guru guru yang perempuan juga ikut menangis Aku tak menangis, cuma ikut terlarut dalam keharuan Apalagi saat kami semua berbaris untuk bersalaman dengan guru, barulah air mataku jatuh Berpisah dengan guru guru yang selama tiga tahun telah mendidik dan mengajari ilmu yang sangat bermanfaat untuk hari kami ke depan nantinya Membuat aku tak kuasa menahan kesedihan Suasana menjadi mengharu biru Ada perjumpaan pasti ada perpisahan Setelah mengabsen dan mendata kami satu persatu, kami disuruh naik ke dalam mobil, itu untuk menjaga agar tak ada satupun teman kami yang ketinggalan Dalam perjalanan pulang, kami semua kembali bernyanyi nyanyi dengan riang, seolah olah ingin betul betul mmenikmati setiap detik detik perpisahan ini Aku tak ikut bernyanyi Hanya memandang keluar jendela dengan air mata yang mengalir tanpa bisa aku tahan Mobil mengantarkan kami kembali ke sekolah yang sudah ramai dengan orangtua murid murid yang mau menjemput anak anaknya pulang Mama rian dan mama rio juga nampak di kerumunan orangtua yang mau menjemput anak anaknya Aku mengitari pandangan mencari ayukku Siapa tahu ayuk tina atau ayuk yanti datang membawa sepeda menjemputku Namun jantungku nyaris copot waktu aku melihat emak sedang duduk di bangku depan kelasku Emak sendirian tak ada teman bicara, aku betul betul tak menyangka sama sekali kalau emak yang akan menjemputku Emak pasti berjalan kaki kesini Aku turun dari bus dan menghampiri emak Saat melihatku emak langsung berdiri, ia tersenyum seperti dulu dulu, senyum gelisah seorang ibu yang mengkhawatir kan anaknya yang sedang bepergian Entah apa yang menggerakanku, langsung saja aku memeluk emak Ia memakai bajunya yang paling bagus, baju yang bagus menurut ukuran kami Emak balas memeluk aku dengan erat, aku tak perduli dengan puluhan pasang mata yang melihat aku dan emak dengan heran “bagaimana tadi wisatanya nak Kamu senang kan?” tanya emak padaku dengan lembut “iya mak, rio gembira, tapi juga sedih karena akan berpisah dengan teman teman “sukurlah, emak senang kamu gembira Sekarang kita pulang ya ” ajak emak sambil mengelus rambutku dengan penuh kasih Aku menganggukan kepala Aku dan emak berjalan keluar dari gerbang sekolah menuju ke rumah Tepat didepan sekolah, kami bertemu dengan rian dan orangtuanya yang sedang masuk ke mobil Rian menawarkan mengantar kami pulang, namun aku menolak, aku ingin berjalan dengan emak, berjalan berdua saja Aku ingin menghabiskan waktu bersama emak Seperti saat dulu, setiap bulan ramadhan, aku selalu berjalan pagi dengan emak, saat menjelang lebaran, subuh subuh setelah sahur, aku, emak dan kedua ayukku, berjalan kaki pagi pagi buta, ke pasar pagi, membeli bahan bahan kue, aku biasanya selalu menenteng kantong plastik berisi bahan bahan kue Mungkin ini adalah jalan kaki terakhir aku bersama emak Tak akan ada lagi ramadhan dan lebaran bersama emak, tak ada lagi kebiasaan berbelanja perlengkapan lebaran bersama emak Walaupun cuma dengan berjalan kaki, namun rasa bahagia yang aku rasakan melebihi apapun juga yang ada didunia ini Emak berjalan sambil memegang tanganku Berdua kami menyusuri sisi jalan pulang Aku mengajak emak ngobrol seperti biasanya Menceritakan pengalaman waktu dipantai tadi dengan semangat Emak mendengarkan dan sesekali menimpali, kadang kami tertawa Hingga tak terasa kami telah sampai dirumah Hari sudah gelap, hampir jam tujuh malam Lampu rumah sudah dinyalakan Emak mengajak aku masuk, saat melihat yuk tina, emak menyuruh yuk tina membuatkan teh hangat untukku Malam itu aku bersama emak dan kedua ayukku berkumpul bersama dan bercerita Aku benar benar merasa bahagia Aku berdoa dalam hati pada Allah, agar masa masa seperti ini selalu aku rasakan Aku berharap bisa terus bersama emak Aku ingin tinggal dengan emak hingga nanti aku dewasa Namun sepertinya itu semua cumalah impian yang terlalu mewah +++angkan akan secepat ini, aku memang sudah menabung agar bisa membeli sepatu dan baju, tapi jumlahnya masih terlalu jauh untuk cukup membelinya saat sekarang

Erwan memang sahabat yang baik, tak kukira ternyata mamanya juga baik, tak seperti orang kaya yang ada di film film selalu jahat

Aku masukan kembali tas, baju, celana dan ikat pinggang ke dalam plastik, kemudian aku jadikan satu dengan bungkusan kotak sepatu

Berkali kali aku mengucapkan terimakasih pada erwan dan mamanya

“tante cuma berharap, kamu lebih tekun lagi belajar, dan tak bosan bosan membantu erwan, karena tante percaya dengan kamu Semenjak akrab denganmu, erwan jadi bagus nilai nya di pelajaran “

Ujar mama erwan lembut sambil memegang bahuku

Aku menganggukan kepala perlahan, aku tak tahu harus ngomong apalagi

“silahkan kalau mau ke kamar lagi, tante juga mau mandi dulu Sering sering lah main kesini temani erwan, dirumah ia kesepian, kalian berdua bisa belajar bersama sama disini pokoknya tak usah sungkan sungkan Tante senang kalau erwan mendapatkan teman yang bisa mengarahkannya menjadi lebih baik “

Mama erwan menutup pembicaraan lalu berdiri dan berjalan menuju ke kamarnya

Erwan mengajak aku kembali ke kamarnya, sekarang sudah jam setengah lima sore, aku tak bisa terlalu lama pulang, soalnya belum mandi

Didalam kamar erwan, aku bertanya kenapa sampai mama erwan memberikan padaku alat alat itu, erwan menjelaskan kalau mamanya memang sering ikut program orang tua asuh, jadi sudah terbiasa membagi bagikan pada orang orang kurang mampu perlengkapan sekolah Tapi biasanya yang ia bantu adalah anak anak yang masih di sekolah dasar

Erwan yang meminta pada mamanya untuk memberikan padaku baju sekolah ini Kembali aku mengucapkan terimakasih pada erwan

Sampai jam lima aku bersama erwan mengobrol dikamarnya, kemudian aku pamit pulang, erwan menyuruh aku menunggu sebentar, ia keluar kamar dan kembali lagi tak lama kemudian sambil membawa bungkusan berisi sosis yang tadi ia suruh pembantunya membungkusnya untuk aku bawa pulang Lalu ia mengantarku keluar kamarnya, tak lupa aku pamitan juga pada mama erwan menyalaminya dan mencium tangannya

Mama erwan menyuruh sopirnya mengantarku pulang, sebenarnya aku sudah menolak dan memilih untuk pulang berjalan kaki, tapi erwan dan mamanya tetap memaksa Akhirnya aku pulang dengan diantarkan oleh sopirnya keluarga erwan

Sampai dirumah aku turun, kemudian mengucapkan terimakasih pada sopir erwan, sopirnya mengangguk sambil tersenyum kemudian pulang kembali kerumah erwan

Aku masuk kerumah sambil mengucap salam

Emak yang sedang duduk menjahit rok yuk yanti, menjawab salamku

“apa itu nak ?”

tanya emak saat melihat bungkusan yang aku bawa

“ini mak, aku dikasih

peralatan sekolah sama mama erwan “

jawabku sambil meletakkan bungkusan diatas meja

Emak menatapku agak heran kemudian ia membuka bungkusan itu

Mengeluarkan kotak sepatu dan baju baju yang aku bawa

“wah banyak sekali nak Subhanallah, beruntungnya kamu Kok mereka sampai bisa memberikan kamu semua ini gimana ceritanya ?”

tanya emak sedikit penasaran Kemudian aku menceritakan semua kepada emak Emak mendengarkan dengan penuh perhatian

“kamu bilang terimakasih nggak sama mereka nak?”

“tentu saja mak Nggak mungkinlah rio nggak berterimakasih “

“baik sekali ya mereka, semoga kebaikannya diberi pahala yang setimpal oleh allah “

gumam emak sambil memegang sepatu baruku itu

“oh ya mak, rio juga bawa sosis goreng untuk emak, emak loh mak, tadi erwan kasih untuk aku bawa pulang “

aku memberikan bungkusan yang lebih kecil kepada emak

“kamu udah mandi belum, mandi dulu sana Bawa perlengkapan sekolah mu ini ke kamarmu, nanti setelah itu kita makan sama sama !”

ujar emak sambil mengambil bungkusan yang aku berikan

“iya mak Rio memang belum mandi, rio mandi dulu ya mak “

kataku sambil memasukan peralatan sekolahku ke dalam kantong plastik lalu membawanya kekamar

Setelah itu aku mengambil handuk, kemudian aku mandi

Selesai mandi aku sholat magrib, setelah itu makan malam bersama emak, yuk yanti dan yuk tina

Kami makan dengan lauk telur dadar, sayur asem serta sosis goreng

“sering sering aja kamu main kerumah temanmu itu dek Biar kita sering makan sosis “

kata yuk yanti sambil bercanda

“hus Nggak boleh begitu Kita tak boleh memanfaatkan kebaikan orang lain “

emak menasehati kami

“tapi rio kan nggak minta, mereka yang ngasihnya Lagipula aku tahu kalau mereka itu orang kaya Kakaknya erwan kan sekolah di smu yang sama denganku, cuma dia udah kelas tiga “

kata yuk tina sambil menggigit sosisnya dengan lahap

“emak tahu, tapi kita juga tak baik kalau bertujuan mengemis, rio kan berteman akrab dengan erwan, ia tak pernah meminta, tapi sebagai teman yang baik, erwan mengerti akan keadaan rio, dia membantunya, itu lah yang dinamakan sahabat sejati Rio juga harus bisa membalas kebaikan erwan Kalau erwan ada kesulitan dalam pelajaran mesti rio bantu juga “

jelas emak panjang lebar

“iya mak, itu pasti kok Walaupun nggak dikasih semua ini, rio tetap akan membantu erwan kok mak “

jawabku sambil menuang sayur asem ke dalam piringku

“besok kamu pake seragam baru pasti lebih ganteng ya dek “

ujar yuk yanti Aku tersenyum mendengar kata kata kakak sulungku itu

+++

selesai makan, yuk yanti membereskan meja dibantu oleh yuk tina Aku kembali ke kamar, mengambil bungkusan berisi seragam sekolahku yang baru yang aku taruh diatas tempat tidur

Aku buka plastik pembungkus baju, sebuah kemeja putih berbahan halus, dengan hati hati aku lepas kancingnya satu persatu, kemudian aku pakai Begitu pas ditubuhku, kemudian aku buka plastik pembungkus celana biru tua dari bahan dril yang bagus dan tebal Ku lepaskan celana hawaiku kemudian aku memakai celana sekolah baruku Bagus sekali, seperti celana yang dipesan di tukang jahit Pintar sekali erwan memilihnya Seragam sekolah ini membuat aku jadi terlihat tak lusuh lagi, rasanya tak sabar menunggu pagi datang Ke sekolah dengan seragam yang baru Kurang puas, aku pakai sepatu dan kaus kaki serta ikat pinggang pelengkapnya Aku pandangi penampilanku didepan cermin Terlihat bagai anak gedongan, ternyata baju bisa sangat membuat seseorang itu terlihat begitu beda Aku benar benar pangling seolah tak percaya bayangan yang ada didepanku itu aku

Aku berputar putar didepan cermin, mematut diri

“ceileee yang seragamnya baru Udah nggak sabar lagi makenya nih !!”

terdengar suara yuk yanti di belakangku, aku menoleh dengan malu, seolah maling tertangkap basah, mukaku jadi memerah, entah sejak kapan emak, yuk yanti dan yuk tina melihatku bergaya didepan cermin seperti ini Kenapa aku bisa lupa menutup pintu

Mereka menghampiriku, emak mengusap rambutku dengan sayang

“gagah sekali kamu nak Baju itu pantas sekali kamu pakai “

kata emak dengan terharu

“apa ayuk bilang, adek pasti ganteng pakai baju barunya Beneran dek, kalau pakai seragam itu, adek kelihatan seperti anak orang berada “

puji yuk yanti sambil tersenyum lebar

“coba aku juga bisa pake baju kayak kamu rio Beruntung sekali kamu Bisa dikasih seragam selengkap itu “

tambah yuk tina sambil menatapku dari atas hingga ke bawah

Aku jadi makin tersipu

“eh sudah isya Emak mau sholat dulu Kalian juga jangan lupa sholat, jangan menunda nunda waktu sholat, nggak baik “

ujar emak saat mendengar azan berkumandang di masjid

Yuk yanti dan yuk tina keluar dari kamarku bersama emak, aku mengganti kembali seragam ku dengan baju rumahan

Saat keluar kamar, aku menabrak yuk yanti yang baru saja dan wudhu sedang berjalan tepat di depan pintu kamarku Ia terkejut

“eh adek Jalan itu hati hati dong dek “

nasehatnya sedikit kesal karena aku tabrak tadi Aku buru buru minta maaf

“maaf yuk nggak sengaja soalnya tadi aku nggak tau kalau ada ayuk “

“ya sudah lain kali hati hati “

Gerutu yuk yanti sambil kembali ke belakang

Aku mengikutinya, ternyata yuk yanti kembali ke kamar mandi dan mengambil wudhu lagi, aku jadi bingung, aku kan adiknya, kenapa yuk yanti ngambil wudhu lagi Dalam keluarga itu, saudara laki laki tak membatalkan wudhu, demikian juga saudara perempuan tak membatalkan wudhu saudara laki lakinya Itu dinamakan muhrim

Aku cuma diam saja berdiri disamping pintu kamar mandi menunggu yuk tina selesai

Yuk tina keluar dari kamar mandi, aku tak bertanya kenapa dia mengambil wudhu lagi Apakah yuk tina tidak tahu tentang hukum muhrim itu

Aku masuk ke kamar mandi mengambil wudhu dengan hati yang masih bertanya tanya

Selesai sholat, aku ke dapur bergabung dengan emak, dan kedua kakak perempuanku Aku membantu mereka membungkus ketan dengan daun pisang Emak menaruh abon ikan ke dalam ketan, sedang yuk tina dan yuk yanti membungkusnya Aku membantu menusukan lidi ke ujung ujungnya agar daun pisangnya nggak terbuka

“kamu nggak ada PR rio Kalau ada mendingan kamu kerjakan dulu “

emak bertanya sambil menyusun ketan yang sudah selesai di bungkus ke dalam kukusan

“nggak mak Nggak ada Habis ini aja aku belajar “

“dek, kaus kaki adek kan ada dua Untuk ayuk ya satu “

kata yuk tina sambil tersenyum manis padaku

Dasar ayuk ku satu ini, kalau ada maunya aja pasti senyum senyum gitu Tapi nggak apa lah Aku kasih kaus kakiku satu untuk yuk tina, soalnya kalau nggak aku kasih, pasti emak yang akan kena imbasnya, yuk tina pasti akan meminta beli sama emak

“boleh yuk Tapi yang agak panjang aja ya “

“makasih ya Adek ku ini memang adek paling baik diseluruh dunia “

yuk tina memeluk aku erat erat karena kesenangan

“eh ayuk Udah dong yuk Norak ah “

aku gelagapan karena jengah, jarang jarang yuk tina memeluk aku seperti ini, kami berdua memang lebih sering berantem, yuk tina yang keras kepala sering marah marah kalau perhatian emak kepadaku agak lebih Aku senang bisa membuat yuk tina gembira

“kamu ini tin, Selalu aja nggak mau ngalah sama adek “

tegur emak menggeleng gelengkan kepala melihat yuk tina

“ih emak cerewet amat sih, rio aja nggak kenapa napa aku pinta kaus kakinya, lagian sesama saudara itu kan harus saling membantu Tul nggak dek ?”

canda yuk tina sambil mengedip mata padaku

“iya Mak gak apa apa mak Lagian rio kan masih punya kaus kaki baru mak, kalau mau ganti kan masih ada yang lama “

“kalau memang begitu ya terserah kamu nak, yang penting kalian akur itu yang bikin emak bahagia “

tambah emak sambil tersenyum pada kami Aku berdiri karena telah selesai

Yuk yanti membawa wadah kue ke atas meja

Baru saja aku mau ke kamar, tiba tiba pintu depan ada yang mengetuk, terdengar suara seorang perempuan memberi salam Emak membuka pintu, seorang perempuan sebaya emak berdiri didepan pintu tersenyum lebar, tiba tiba wajah emak langsung berubah pucat pasi

+++

“mega !”

desis emak seolah olah sedang melihat hantu “

“apa kabar yuk leni Maaf ganggu malam malam !”

sapa ibu itu dengan tenang, entah kenapa aku seperti kurang suka melihatnya Dari dandanannya yang agak menor bagai baru pulang main lenong

“ma m masuk ke dalam dik Sama s siapa kesini ?”

“sendirian yuk Suami aku lagi sibuk “

jawab ibu itu sambil melangkah masuk kedalam rumah, emak minggir sedikit memberi ruang pada ibu itu untuk masuk

“silahkan duduk dik Mega maaf rumah ini berantakan Belum sempat beres beres “

masih dengan suara yang terbata bata emak mempersilahkan ibu itu duduk

“maaf ya datang tanpa memberi kabar Soalnya aku benar benar tidak bisa menahan lagi “

ujar ibu itu sambil duduk dikursi tamu Matanya mengitari isi ruangan tamu rumah kami yang standard Aku mengintip dari balik tirai kamarku dengan penasaran, kenapa emak sepertinya kurang suka melihat ibu itu

“maaf aku tinggal ke dalam sebentar ya dik “

kata emak, ibu itu menganggukan kepalanya, tapi ekspresi wajahnya seperti orang yang sudah tak sabar untuk mengutarakan sesuatu

Emak berjalan ke dapur, sekilas emak memandangku yang sedang mengintip, lalu emak menemui yuk tina Entah apa yang mereka bicarakan, tapi setelah itu yuk tina masuk ke kamarku

“dek Temani ayuk sebentar, kita kerumah teman ayuk, mau pinjam buku pelajaran untuk bikin PR Ayuk takut sendirian malam malam gini “

ajak yuk tina, aku menatap yuk tina dengan heran, aneh sekali, kenapa tiba tiba yuk tina minta di temani kerumah temannya, padahal biasanya ia paling malas kalau harus berjalan bersama sama denganku

“ayuk aja pergi sendiri Aku lagi malas keluar nih ,”

aku menolak, karena aku mau tau apa maksud ibu yang asing itu datang kemari hingga membuat emak jadi ketakutan begitu

“nggak usah banyak alasan Ayo temani ayuk !”

paksa yuk tina sambil menyeret tanganku keluar dari kamar Terpaksa aku mengikutinya walaupun agak sebal Aku keluar dari kamar sambil memandangi ibu itu, saat melihatku ia berdiri dan agak tercengang Yuk tina mempercepat langkahnya sambil terus menyeret tanganku membuat aku nyaris menabrak meja pendek disamping pintu menuju ke dapur

“yuk Katanya mau ketempat teman Kok lewat dapur sih “

protesku kesal, yuk tina bertingkah aneh seperti ini

Di dapur aku melihat emak sedang berbisik dengan yuk yanti yang sedang mencelup teh kedalam cangkir Mereka berdua langsung diam waktu melihatku Ini membuat aku jadi semakin curiga Pasti ada apa apanya

Yuk tina menarik tanganku lewat pintu dapur, kemudian keluar rumah Setelah di jalan baru ia melepaskan pegangannya

“kenapa sih yuk Kayak orang gila Siapa ibu itu yuk ?”

aku bertanya sambil mengikuti yuk tina yang berjalan seperti orang mau mengambil gaji

“teman lama emak dek Ayuk juga nggak tau Tadi emak yang bilang Ayo buruan ntar teman ayuk keburu tidur “

jawab yuk tina Kami berjalan melewati jalan gelap yang banyak ditumbuhi pepohonan, tak jauh dari situ ada pekuburan

Karena sudah sering lewat disini aku dan yuk tina sudah terbiasa Walaupun gelap kami sudah hapal dengan jalan Rumah teman yuk tina sudah terlihat, pintunya masih terbuka Aku dan yuk tina berjalan mendekat kemudian yuk tina mengetuk pintu sambil mengucap salam

Rini teman yuk tina sedang duduk diatas lantai, sepertinya sedang membuat pekerjaan rumah, buku buku berserakan dilantai, rini menoleh melihat kami, kemudian ia berdiri menyuruh kami masuk

Aku dan yuk tina masuk ke dalam rumah rini

“ada apa tin, tumben malam malam kesini ?”

tanya rini kembali duduk di lantai Yuk tina berjongkok disamping rini

“pinjam buku akutansi dong, aku lupa soal soal yang harus dikumpulkan besok, catatanku tertinggal di mejaku “

kata yuk tina Rini meletakkan penanya diatas buku tulis

“loh Bukannya udah kamu masukkan ke dalam tas, aku lihat sendiri “

jawab rini dengan heran

“kamu itu salah lihat Yang aku masukkan itu buku lain Ayo lah rin, pinjam dong bukunya Mampus aku kalo sampai lupa ngumpulnya besok “

kilah yuk tina ngotot

“tunggu sebentar aku ambilin dulu bukunya di kamar Kamu itu ceroboh banget tin Buku sampe ketinggalan di sekolah “

gerutu rini sambil berdiri lalu berjalan masuk ke kamarnya Yuk tina menoleh melihatku, aku cemberut Yuk tina langsung melengos pura pura membalik balik buku pelajaran punya rini Aku duduk di kursi tamu, tak lama rini keluar dari kamarnya sambil memegang sebuah buku yang berukuran agak besar dan tebal

“ini tin, jangan sampai lupa ya dibawa ke sekolah besok “

rini memberikan buku itu pada yuk tina

Aku berdiri menunggu yuk tina, aku tak sabar ingin pulang, soalnya aku mau tau siapa sebenarnya ibu yang datang kerumah kami itu

“tugas kita itu di halaman berapa rin, aku lupa “

yuk tina bertanya dengan santai sambil membalik balik buku akuntansi itu

“halaman 37 bab 12, menghitung hari buku Ada soal yang diakhir bab itu, semuanya ada 15 soal “

jawab rini sambil terus menulis

Entah kenapa aku merasa yuk tina sengaja mengulur ulur waktu agar bisa lebih lama disini

Aku duduk lagi dengan sebal Memandangi mereka yang asik membahas soal soal Hingga jam setengah sepuluh baru yuk tina pamit untuk pulang

“makasih ya rin, aku tadi sempat kebingungan dirumah Untung kamu ada buku ini Aku pinjam dulu ya Makasih ya rin, kami pulang dulu “

kata yuk tina sambil berdiri Rini mengantar kami hingga ke pintu

+++

“adek tunggu dong !”

jerit yuk tina saat kami melewati pekuburan yang gelap dan banyak pohon besar Cahaya bulan sabit yang redup membuat suasana terasa sunyi

“buruan jalannnya Jangan kayak pengantin !”

gerutuku sedikit kesal, aku ingin cepat cepat sampai dirumah, aku masih penasaran kenapa sepertinya emak bertingkah agak aneh tadi

Yuk tina mempercepat jalannya menyusulku Dingin sekali udara malam ini, sepertinya akan turun hujan, karena aku lihat langit ditutupi awan, mana angin bertiup agak kencang Keheningan malam ini cuma terisi suara nyanyian kodok serta gemerisik langkah kakiku dan yuk tina

Setelah beberapa menit akhirnya kami sampai dirumah, emak dan yuk yanti sedang duduk didepan teras Sepertinya mereka sedang menunggu kami

“emak kok diluar sih Kan banyak angin mak Nanti masuk angin “

ujarku sambil menghampiri emak mengajaknya masuk ke dalam rumah

“emak baru aja mau menyusul kamu dan tina, kok lama sekali sih “

“itu yuk tina tuh Sibuk ngobrol sama temannya Gak tau temannya lagi sibuk belajar “

aduku dengan sebal pada emak Yuk tina melotot melihatku, aku pura pura tak melihatnya Biarin aja ia mau melotot sampai keluar kedua biji matanya

Kami masuk ke dalam rumah, yuk yanti mengunci pintu setelah kami semua berada di dalam aku duduk dikursi ruang tamu, kursi yang sudah ada sebelum yuk yanti lahir Busanya sudah memadat dan kainnya pun sudah kusam

“siapa ibu ibu tadi itu mak ?” aku bertanya cepat cepat karena kulihat emak mau masuk ke dalam kamarnya Emak yang sedang berjalan langsung berhenti kemudian menoleh padaku

“bukan siapa siapa rio, cuma teman lama emak waktu masih sekolah dulu Kenapa memangnya nak ?

Jawab emak agak heran, namun aku bisa melihat kalau emak agak gugup dan suaranya terdengar sedikit bergetar

“nggak apa apa mak Cuma nanya aja Soalnya rio lihat emak kayak nggak suka sama ibu itu “

aku mengatakan apa yang aku pikirkan Emak tersenyum dengan sabar, lalu menghampiriku dan duduk disampingku

“rio Emak tak pernah membenci atau tak menyukai orang lain tanpa sebab Mungkin itu cuma perasaanmu saja nak Perempuan itu memang benar benar teman lama emak yang sudah lama tidak bertemu, datang dengan wajar sebagai teman yang kangen sudah lama tak bertemu “

emak menjelaskan dengan sabar, sebenarnya aku belum puas dengan jawaban emak, tapi aku tak mau membuat emak jadi sedih, aku tahu ada yang emak sembunyikan Tapi aku tak boleh memaksa, biarlah nanti waktu yang akan menjelaskan apa yang jadi pertanyaan dalam hatiku

“sudah larut nak Tidur sana Besok sekolah Kamu mau pakai baju baru kan “

aku melihat ke jam dinding, sudah hampir jam sebelas Aku mengangguk angguk dan berdiri, kemudian ke kamar mandi, cuci muka dan gosok gigi Setelah itu aku kekamar dan tidur

Sambil berbaring aku merenungkan kembali kejadian tadi, perempuan itu datang dengan memasang wajah angkuh, aku tak suka melihatnya, tapi aku seperti merasa telah mengenalnya Entah kenapa aku seakan akan tak bisa melupakan wajah perempuan itu Apakah emak punya hutang yang belum bisa dibayar, hutang lama pada perempuan itu Kalau memang benar begitu, kasihan emak, pasti begitu kebingungan sekarang, aku tahu emak tak punya uang banyak apalagi tabungan Aku juga tak tau harus membantu bagaimana

========================

Pulang jualan, setelah memberi makan kucingku dengan nasi putih yang diaduk rata campur ikan goreng, aku cuci tangan, lalu mengganti baju sekolah Rasanya semangat sekali hari ini, baju baru, sepatu dan tas baru Dengan percaya diri aku keluar dari kamar, emak tersenyum melihatku

“gagah sekali kamu nak ?”

ujar emak dengan senang Hatiku jadi berbunga bunga

“ah emak bisa aja Rio berangkat dulu ya mak Assalamualaikum ” aku mencium tangan emak, kemudian keluar rumah, baru saja aku menginjakan kaki ditanah, mobil yang biasa membawa erwan berhenti tepat didepan pekarangan rumahku Emak menoleh sedikit heran melihatku

“itu mobil erwan teman sekelasku mak !”

aku menjelaskan pada emak Emak mengangguk angguk

Pintu mobil terbuka, Erwan turun dan menghampiriku Ia tersenyum padaku dan emak

“assalamualaikum pagi bu Pagi rio “

ia menyapa aku dan emak

“waalaikumsalam pagi juga nak “

emak menjawab salam erwan

“tumben mampir kesini Ada apa wan?”

tanyaku sedikit heran

“nggak, aku tadi baru mau berangkat, tiba tiba ingat kamu, jadi aku minta pak amat lewat sini Sekalian sama aku aja ya ke sekolah “

tawar erwan padaku

“wah Kirain kamu udah disekolah makasih ya udah mau jemput aku “

“santai aja, lagian rumah kita kan tak terlalu jauh, ayo masuk ke mobil “

kata erwan membuka pintu mobil, kemudian masuk kedalam, aku mengikutinya masuk lalu duduk disampingnya Erwan membuka kaca mobil

“bu kami berangkat dulu ya assalamualaikum “

erwan pamit pada emak, dari dalam mobil sedikit berteriak

Emak memandangi kami dari tengah pintu rumah sambil tersenyum lebar Aku melambaikan tangan pada emak

“rio pergi mak “

“waalaikum salam Hati hati dijalan ” nasehat emak sambil mengangguk kemudian masuk ke dalam rumah

“wow keren sekali kamu rio Sumpah kamu ganteng banget “

puji erwan membuat muka ku mekar karena malu, aku jadi salah tingkah

“ini semua kan berkat kamu, telah memberikan seragam baru yang bagus ini Makasih banyak ya sobat “

jawabku sambil tak lupa mengucapkan terimakasih lagi

“aku senang banget melihat kamu memakai seragam itu Beneran rio kamu jadi makin cakep”

kata erwan dengan antusias

+++++

muka ku jadi mekar mendengar pujian erwan yang terlalu berlebihan itu sepanjang jalan menuju sekolah, kami berdua bercanda erwan mengeluarkan beberapa bungkus wafer dan memberikan padaku, bersama sama kami makan wafer Hingga tak terasa mobil yang membawa kami telah berhenti di depan gerbang sekolah aku dan erwan turun, tak lupa aku berterimakasih pada supir erwan Setelah supir erwan pergi, kemudian aku dan erwan bersama sama memasuki gerbang dan berjalan menuju kelas Aku bersyukur pagi ini Karena pakai mobil, aku bisa lebih banyak waktu sebelum bell bunyi Saat melihat Didalam kelas, beberapa murid yang bertugas piket membersihkan kelas sedang menyapu Beberapa kursi masih berdiri diatas meja Teman cowok yang piket membantu menurunkan kursi kursi itu sebelum bell bunyi Aku dan erwan duduk didepan kelas Menunggu hingga kelas selesai dibersihkan

Saat aku menoleh ke koridor, rian sedang berjalan dengan gayanya yang santai, tubuhnya yang jangkung dan tegap membuat langkahnya yang tenang itu jadi mempesona Berpuluh puluh pasang mata dari teman teman perempuanku menatap rian dengan kekaguman yang tak disembunyikan Jujur aku akui kharisma rian memang begitu kuat Atmosfir kehadirannya langsung terasa disekeliling kami Namun rian bagai tak menyadari itu Dengan cuek ia menghempaskan pantatnya duduk disamping erwan Dadaku langsung berdetak kencang Ingin rasanya aku menggeser duduk lebih dekat ke rian, namun aku tahan Mengingat kejadian kemarin ia membentakku membuat aku jadi agak antipati, walaupun aku kagum dan menyukai ia secara fisik, namun aku tidak suka dengan perlakuannya padaku Walaupun aku orang yang sederhana namun aku punya harga diri Emak saja tak pernah membentak aku seperti itu

“pagi rio Erwan “

sapa rian menoleh pada aku dan erwan

“pagi rian Tumben baru datang Biasanya kan jam setengah tujuh kamu udah disini “

jawab erwan

Aku cuma diam dan mengangguk tanpa senyum ke rian Sekilas aku tahu ia sedang memperhatikan ekspresi wajahku yang datar, tapi aku pura pura sibuk melihat ke depan dimana beberapa orang murid sedang membuang sampah didalam tempat sampah

“iya, tadi aku bangun agak siang, gara gara ada sepupuku datang, semalam ia mengajak aku ngobrol hingga larut, jadinya aku tak bisa tidur cepat, ya gini deh Untung saja aku nggak telat masuk “

jelas rian panjang lebar Aku cuma diam pura pura sibuk sendiri, padahal dalam hatiku menyimak apa yang ia katakan Tapi aku tak mau menimpali, aku masih bete dengan rian

“eh rio, kok dari tadi diam saja ?”

tanya rian tiba tiba membuat aku kaget Apakah dia tahu kalau dari tadi aku mengacuhkan dia Cepat cepat aku menoleh sambil tersenyum ala kadarnya saja

“ah nggak kok “

jawabku singkat, kemudian aku menepuk paha erwan

“wan, masuk kelas yuk Bentar lagi bell bunyi “

ajakku sambil melirik jam tangan yang melingkari pergelangan tangan erwan Aku berdiri, erwan melihat jam tangannya lalu menoleh padaku

“iya Sekarang udah jam tujuh, yuk ke kedalam, Ayo rian masuk ke kelas “

erwan berdiri sambil melirik rian lalu mengambil tas sekolahnya yang berbentuk ransel, berwarna hitam Rian ikut berdiri lalu mengikuti kami masuk ke dalam

Ruangan kelas sekarang sudah bersih, lantai sudah tak berdebu lagi dan kursi sudah tersusun rapi Aku berjalan ke arah bangku kami Kemudian aku menarik bangku dan duduk Bertepatan aku duduk bell berbunyi Dalam sekejab saja kelas yang tadi sepi langsung dipenuhi oleh riuh rendah suara teman temanku yang berebutan masuk ke dalam Aku duduk sambil memandangi punggung rian Ia sedang membuka tas nya dan mengeluarkan buku serta alat tulis Entah apa yang menggerakannya tiba tiba ia menoleh ke belakang, tepat melihatku Mata kami saling berpapasan Aku terkejut karena tertangkap basah sedang melihatnya Cepat cepat aku menoleh ke jendela, pura pura tak sengaja sedang melihatnya Aku malu sekali, aku tahu pasti mukaku memerah saat ini Walaupun aku sedang melihat lurus ke jendela, namun aku bisa menangkap bayangan rian, ia masih melihat aku Aku pura pura tak menyadari itu Setelah aku yakin ia tak melihat aku lagi, baru aku mengalihkan pandangan dari jendela dan membuka tas baruku

“suka nggak dengan tas itu rio “

bisik erwan pelan di telingaku, aku tak menjawab cuma mengangguk dan tersenyum lebar Aku yakin ia pasti tau kalau aku bukan cuma senang tapi aku betul betul senang dengan tas ini, terlihat sekali tas ini mahal, dari mereknya saja aku tahu Kalau beli sendiri, mungkin aku harus lama sekali menabung untuk membeli tas sebagus ini

Keluarga erwan memang benar benar baik, di tengah tengah kemewahan yang meliputi mereka, masih sempat untuk berbagi dengan orang yang kurang mampu Seandainya semua orang kaya seperti itu, pastilah akan tercipta keharmonisan di dunia ini Semua akan saling menghormati Sayangnya cuma segelintir orang yang seperti itu Lebih banyak orang yang menumpuk harta kekayaan untuk dirinya sendiri Terkadang malah harta itu cuma untuk disimpan tanpa di pergunakan Aku tak mengerti jalan pikiran orang yang seperti itu

Mereka mencari uang bahkan dengan cara yang tak halal, korupsi dan mengambil sesuatu yang bukan haknya Hanya untuk menambah rekening yang belum tentu bisa ia pergunakan secara maksimal Apakah memang orang seperti itu adalah orang yang takut miskin, atau orang itu cuma senang kalau melihat saldo di rekeningnya selalu bertambah Lalu apa fungsi uang bagi mereka Aku benar benar tak habis fikir

++++

bell istirahat berbunyi, setelah bu sukma keluar dari kelas, teman teman sekelasku berebutan keluar kelas, seolah olah dalam kelas ada bom yang siap untuk meledak

“wan ke kantin yuk “

aku mengajak erwan yang sedang memasukkan bukunya ke dalam tas Erwan memasukan tas ke dalam laci kemudian berdiri

“ayo Perutku sudah lapar, kepengen makan tekwan bu eni “

jawab erwan sambil berjalan keluar kelas Aku dan erwan menuju ke kantin sambil ngobrol Kantin bu eni terletak di belakang kelas satu Setiap jam istirahat, kantin selalu ramai dikunjungi oleh murid murid dari seluruh kelas Selain kantin yang ada di luar pekarangan sekolah, dan kantin yang terletak di ujung ruang laboratorium milik ayah angga Kantin bu eni lumayan ramai dikunjungi, tekwan yang dijual disitu terkenal enak, aku suka sekali

Aku duduk di bangku kayu depan meja yang berisi bermacam macam makanan

Erwan memesan dua mangkuk tekwan untuknya dan untukku

Baru saja aku mau makan, tiba tiba rombongan vendi bersama sekitar enam orang temannya termasuk rian datang Mereka duduk didekat sudut bangku yang ada dibawah pohon akasia Aku pura pura tak melihat dan sibuk makan Kuah tekwan yang panas membuat bibirku terasa melepuh Mungkin karena aku terburu buru hingga tak ingat lagi untuk meniup agar sedikit dingin Erwan tertawa melihatku tersentak kaget karena kepanasan

“makanya kalo makan tuh jangan kayak orang kelaparan sobat “

tukas erwan geli Aku tersipu sambil menarik selembar tissue

“iya nih Soalnya tadi pagi aku lupa sarapan makanya lapar banget “

jawabku sambil menyeka ujung bibirku dengan tissue hingga kering

“mbak minta es jeruk dua ya !”

teriak erwan pada seorang pembantu bu eni

Gadis itu mengangguk kemudian mengantarkan dua cangkir plastik es jeruk kunci manis ditambah batu es

“bro Sore ini ke rumahku lagi ya Main sega lagi kayak kemarin “

ajak erwan sambil minum es nya

“wah kalo sore ini mungkin aku nggak bisa wan Kamu aja deh yang ke rumahku “

aku menolak sambil balik menawar erwan

“boleh sih Asal kamu nggak keberatan “

jawab erwan sambil meletakan cangkir ke atas meja

“ya nggak mungkin keberatan dong wan Malah aku seneng kamu sudi main ke gubuk kami yang sederhana “

“hus nggak boleh ngomong gitu rio Aku tak suka kamu merendah seperti itu !”

erwan mengingatkanku

Aku cuma tersenyum, menghirup kuah tekwan yang hangat dengan berselera

“iya deh Aku bukan merendah, tapi itulah keadaan yang sesungguhnya wan tapi aku tetap merasa bersyukur kok”

balasku santai tanpa beban Erwan cuma tersenyum lalu melanjutkan makan tekwannya

Setelah tekwan dan minuman kami habis, aku berdiri hendak membayar

“biar aku yang bayar bro “

erwan berdiri sambil merogoh kantong celananya mengeluarkan beberapa lembar uang seratusan rupiah

“kali ini aku yang bayar !”

aku bersikeras

“nggak apa apa rio, biar aku aja yang bayarin “

erwan tak mau kalah

“biar aja Pokoknya aku mau bayar !”

aku tetap dengan pendirianku Bukan apa, aku tak enak hati karena selama ini selalu erwan yang mentraktir aku makan di kantin, bagaimanapun juga aku mau sekali sekali ikut mentraktir erwan Ingin membalas kebaikannya selama ini Erwan menatapku sedikit ragu, aku memasang wajah batu Akhirnya erwan hanya bisa mengangkat bahu Ia tahu aku keras hati, kalau sudah membuat keputsan susah untuk dirubah

“terserah kamu Makasih ya Sering sering aja traktir aku kayak gini hehehe “

kata erwan sambil memasukkan kembali uangnya ke dalam kantong celananya

Aku cuma tersenyum mendengar kata katanya Erwan memang lucu, aku tau kalau kata katanya tadi hanya sekedar canda

“tunggu sebentar ya Aku bayarin dulu makanan kita “

kataku sambil menghampiri bu eni, lalu aku membayar sejumlah yang kami pesan tadi

Aku senang sekali bisa mentraktir erwan kali ini, aku tak enak hati kalau terus terusan ia bayarin, aku tak mau kalau nanti ada teman yang usil mengatakan aku penggerogot perekonomian erwan

Baru saja aku mengulurkan selembar uang limaratus rupiah pada bu eni, tiba tiba dari sampingku terulur tangan memegang selembar uang limaribuan, tanpa menoleh pun aku tahu siapa pemilik tangan semulus itu

“bayar makanan kami tadi bu, sekalian dengan makanan rio dan erwan !”

ucapnya dengan tegas pada bu eni

Aku menoleh menatap rian dengan sedikit heran Rian cuma tersenyum membalas tatapanku

“tadi kalian pesan apa aja ?”

tanya bu erni sambil menerima uang dari rian

“tujuh mangkuk tekwan dan tujuh gelas es teh manis bu “

jawab rian santai, aku tak berkata apa apa Entah kenapa sejak kejadian itu, aku canggung setiap berada dekat rian, untuk berkata sekedar terima kasih saja susahnya minta ampun

“jadi di tambah dengan erwan dan rio, semua ada sembilan mangkuk, dan dua gelas es jeruk di tambah tujuh gelas es teh Semuanya dua ribu dua ratus lima puluh rupiah Ini kembaliannya dua ribu tujuh ratus lima puluh rupiah Di hitung lagi ya siapa tau lebih “

ujar bu eni sambil bercanda

Rian mengambil kembalian uangnya dari bu erni lalu mengantongi uangnya

“yuk rio Aku duluan ya “

kata rian sambil berlalu dari hadapanku

Aku membuka mulut hendak mengucapkan terima kasih Namun langkah rian terlalu cepat, ia tak mendengar kata kataku

Aku menghampiri erwan dengan hati yang masih bertanya tanya

Kenapa sih rian begitu penuh dengan misteri, kadang ia baik, kadang menyebalkan

“sudah dibayar rio?”

tanya erwan berbasa basi

“udah wan Dibayarin sama rian “

jawabku apa adanya

erwan cuma melongo menatapku

++++

SATU RAHASIA

“kok bisa si rian yang bayarin, emangnya ada angin apa ?”

tanya erwan heran kemudian menoleh ke rombongan rian dengan teman temannya yang sedang berjalan menuju ke kelas

“entah lah Aku juga kaget, tadi waktu aku mau bayar, tiba tiba ia sudah bayarin Bahkan aku tak sempat berterimakasih Ia langsung ngeloyor gitu aja “

jawabku apa adanya

“mungkin ia lagi ultah kali “

erwan bercanda

“ke kelas yuk Bentar lagi udah bell “

ajakku saat melihat suasana di kantin yang sudah tak seramai tadi

“eh habis ini pelajaran bahasa inggris ya PR halaman 42 udah kamu kerjakan?”

erwan mengingatkanku

“udah Dari kemarin dulu juga udah selesai “

“kalo gitu aku pinjam ya, ada beberapa yang belum aku isi “

“boleh Tapi gak jamin juga betul semua “

aku berjalan menyusuri teras belakang laboratorium bersama erwan, menuju ke kelasku yang ada disamping kiri laboratorium

Sampai di kelas, aku langsung masuk dan duduk di bangku, mengeluarkan buku PR bahasa inggris lalu ku berikan pada erwan

“tuh di salin aja dulu, buruan ntar bell sebentar lagi bunyi “

“thanks ya rio Kamu memang betul betul sahabat yang baik dan bisa diandalkan “

puji erwan dengan gembira lalu mengambil buku dari tanganku

Dalam sekejab saja ia langsung menyalin semua jawaban yang ada di buku ku Tak sampai lima menit selesai ia menyalinnya

“ini rio, makasih ya “

erwan mengembalikan bukuku, aku hanya mengangguk dan senyum Kami berdua ngobrol hingga bell tanda pelajaran dimulai berbunyi

==================

pulang sekolah erwan mengajak aku ikut dengan mobilnya, namun aku menolak, bukan apa apa, aku cuma tak mau terlalu memanfaatkan kebaikan erwan, lagian jalan kaki bagiku lebih menyehatkan, sekalian olahraga

Sebenarnya erwan memaksa, namun aku tetap pada pendirianku kalau aku mau pulang jalan kaki saja

Erwan berlalu bersama sopirnya, tak lupa ia berjanji akan datang ke rumahku sore ini, sesuai dengan janjinya tadi

Aku berjalan keluar dari gerbang sekolah, murid murid berhamburan pulang bagaikan air bah yang tumpah ruah

Ada yang mengendarai sepeda, semua buru buru pulang seolah olah tahanan yang dibebaskan dari penjara lebih awal

Aku berjalan diantara kerumunan teman teman yang hingar bingar, ku lewati jalan setapak yang memintas lebih dekat ke rumahku

“rio tunggu !!”

suara rian berteriak setengah berlari mengejarku

Aku menghentikan langkah, berbalik ke belakang dan melihat rian dengan tertegun Sepatu baru ini membuat kakiku lecet, jadi aku jalan sedikit pincang karena perih

“rio Kamu masih marah ya sama aku ?”

terengah engah rian mengimbangi jalanku, walaupun kaget dengan pertanyaannya barusan, tapi aku tak mau terlalu menampakannya di depan rian, gengsi

“ngapain juga marah Biasa biasa aja kok Lagian aku gak maksa kamu mau berteman denganku apa nggak “

aku jadi bingung sendiri mendengar jawaban yang terlontar dari mulutku, aku tak mau terlalu kasar, namun seperti keluar begitu saja Sering jadi bulan bulanan dan ejekan telah membuat aku menjadi sedikit peka Apalagi dibentak oleh orang yang selama ini aku senangi, yang aku sangat berharap sekali bisa jadi teman akrabnya Tentu saja membuat aku menjadi kecewa

Rian berjalan disampingku masih dengan nafas yang tersengal sengal

“waktu itu aku lagi ada masalah Makanya aku agak uring uringan Aku tak bermaksud untuk kasar sama kamu “

rian menjelaskan sambil terus berjalan tertunduk di sampingku

Mendengar penjelasannya itu hatiku langsung dingin Menguap sudah segala kemarahan di hatiku Tersenyum aku pandangi rian, ia menatapku agak cemas

“makasih ya udah traktir aku tadi “

aku melangkah pelan sambil mengimbangi langkah rian

“nggak usah dipikirkan Kebetulan aja aku lagi bawa uang lebih “

“tumben kamu nggak pulang sama vendi, biasanya kalian selalu sama sama “

“vendi tadi di jemput sama papanya eh ngomong ngomong rumah kamu di mana?”

tanya rian ingin tahu, saat kami berdua sudah sampai di persimpangan belokan ke arah rumah rian

“lurus ke depan agak masuk gang yang di sebelah rumah besar berpagar putih cokelat di ujung jalan ini Memangnya kenapa?”

aku sedikit heran dengan pertanyaan rian, untuk apa ia ingin tahu aku tinggal di mana

“nggak kenapa napa sih, cuma mau tau aja Emang nggak boleh?”

“boleh sih Cuma “

aku agak ragu, rumahku kan jelek, sedangkan rian itu anak orang berada, aku takut nanti ia tak sudi masuk ke dalam rumahku, rian kan selalu rapi dan bersih, selalu menjaga penampilan Aku sangsi ia mau masuk ke dalam rumahku Sementara aku lihat rumahnya yang besar itu selalu bersih dan teratur, sedangkan rumahku berantakan karena emak bikin jualan

“boleh nggak sekali sekali aku mampir ke rumahmu?”

tegas rian sambil menghentikan langkahnya Aku terdiam menimbang nimbang, aku bingung juga Tak seperti erwan yang sudah tahu keadaanku dan bisa menerima, aku kan banyak tugas di rumah, harus ke warung warung mengambil kue yang kami titipkan, terus aku harus mengambil daun pisang untuk pembungkus kue ketan dan nagasari Pastilah rian bakal kaget, aku tahu, anak tipe seperti rian mana pernah kerja di rumah seperti aku Kulitnya juga mulus kayak kulit cewek, walaupun nggak terlihat seperti cewek, namun itu menunjukkan kalau rian tak pernah mengerjakan yang berat berat, akhirnya setelah berpikir dan menimbang aku memperbolehkan ia main ke rumahku

“boleh aja Tapi jangan heran ya nanti melihat keadaan di rumahku “

rian tersenyum lebar

Kami berpisah di persimpangan, aku berjalan sambil menoleh ke rian

+++

“udah pulang nak ?”

tanya emak yang sedang menyerut daun pisang di depan halaman rumah saat melihat aku datang

Aku menghampiri emak dan mengangguk

“sini aku bantu mak Biar rio yang motong daun pisangnya “

aku menawarkan diri, namun emak buru buru mencegah ku, karena ia takut mengotori seragam baruku

“sudah lah Mendingan kamu itu ganti baju dulu, habis itu makan Kamu pasti lapar kan, udah seharian belajar Buruan gih ! emak udah masakin lempah kuning buat kamu

Ujar emak sementara tangannya dengan gesit memotong motong daun pisang dan membuang tulang daun nya yang keras

Aku tak bisa memaksa, karena kata kata emak benar, bajuku ini baru, lagian ini pemberian dari satu satunya sahabatku di sekolah Jadi aku harus bisa menjaganya

“rio masuk dulu ya mak “

emak tersenyum sambil menggulung daun pisang dan membersihkan sisa sisa sampahnya

Aku masuk ke dalam rumah lalu langsung ke kamar, setelah ganti baju dengan baju rumah, aku ke dapur mau makan siang dulu

Yuk tina sedang makan juga rupanya

“lauk apa yuk ?”

tanyaku sambil duduk di kursi makan

“lihat aja sendiri “

jawab yuk tina tanpa melihatku, yuk tina menyuapkan sesendok nasi ke mulutnya Sementara tangan kirinya sibuk membalik lembaran majalah diatas meja Matanya terfokus pada majalah itu

Aku berdiri lagi, kemudian ke dapur mengambil piring dari rak

Aku pandangi yuk tina dari balik pintu dapur, sebenarnya aku ingin sekali bisa akrab dengan yuk tina, namun entah mengapa ia seolah olah sengaja menciptakan batas diantara kami, padahal aku sudah mencoba merobohkan batas itu Aku sendiri tak pernah bisa mengerti dengan keadaan ini, kenapa ayuk ku sendiri bersikap seperti ini padaku Mengapa yuk tina seperti tak punya rasa sayang padaku

Apakah karena emak lebih memanjakanku hingga membuat yuk tina jadi membenciku

Aku menarik nafas dalam dalam, kemudian kembali menghampiri yuk tina untuk mengambil nasi karena perutku sudah lapar

Ku buka tutup saji dan mengisi nasi ke dalam piring lalu mengambil lauk seadanya Yuk tina masih sibuk makan sambil membalik balik majalah Aku menarik kursi yang ada di depannya Lalu aku makan

Emak masuk ke dapur sambil membawa gulungan daun pisang

“sambal terasi nya ada di atas tungku dapur rio “

ujar emak sambil menaruh daun pisang ke dalam bakul

Lalu emak ke dapur, tak lama kemudian ia kembali dengan membawa sepiring kecil sambal terasi dan memberikannya kepadaku

“makasih ya mak Pantas aja tadi aku lihat ada rebus pepaya mentah, dan pucuk singkong, tapi kok nggak ada sambalnya di atas meja “

kataku sambil mencolek potongan pepaya rebus ke sambal terasi

“iya emak tadi lupa mindahin ke meja Makan yang banyak ya nak “

emak duduk di sampingku Memandangi ku yang sedang makan lalapan dengan lahap Emak senang sekali kalau aku makan banyak

“giliran rio emak mau ngambil sambalnya Aku udah hampir selesai makan, emak nggak ada bilang kalo ada sambal terasi !”

celetuk yuk tina dengan ketus sambil membanting sendok diatas piringnya yang nyaris kosong

Emak terdiam tak menjawab, aku melihat emak dengan kasihan, yuk tina selalu tak pernah bisa menjaga emosinya

“tina, kamu itu perempuan Seharusnya kamu tidak perlu bertanya sama emak Segala yang ada di dapur sudah sepatutnya kamu tau “

nasehat emak dengan lirih Yuk tina mendengus

“bilang aja mak Kalo emak itu pilih kasih !”

kata kata yuk tina makin tajam menghujam Ku lihat emak hanya bisa menggeleng gelengkan kepala

Yuk tina memang keterlaluan Aku tak pernah meminta pada emak untuk di perhatikan melebihi anaknya yang lain Dan emak juga tak terlalu memanjakan aku Semua masih wajar wajar saja Tapi kenapa yuk tina selalu membesar besarkan semua itu

+++

yuk tina berdiri membawa piringnya yang sudah kosong ke belakang Aku dan emak diam seribu bahasa, percuma saja meladeni yuk tina, bisa bisa tak akan selesai selesai ia marah Kalau yuk tina sudah seperti ini, lebih baik diam aja dijamin lebih aman

“tambah lagi makannya nak “

ujar emak saat melihat piringku sudah kosong

“udah kenyang mak “

jawabku meletakan sendok, si mirah kucing ku menggosok gosok kakiku dengan tubuhnya Sepertinya ia lapar, aku ambil sedikit nasi dan ikan goreng, lalu aku buang tulangnya, ku campur rata untuk memberi makan si mirah Secepat kilat ia menyikat makanannya Kucingku ini semakin gemuk saja, bulunya pun semakin lebat dan berkilat Itu karena aku rajin memandikannya aku sangat sayang dengan kucingku ini Setiap hari ia tidur bersamaku di kamarku Si mirah juga tak pernah buang kotoran sembarangan lagi

Rutin minimal seminggu 3 kali pasti aku mandikan Sekarang pipinya juga jadi tembem, kumisnya yang putih dan panjang membuat tampangnya semakin menggemaskan

Setiap aku pulang pasti kucing ku tahu, ia akan segera berlari pulang, dan setia menunggu dibawah meja setiap kali aku makan Setelah memberi si mirah makan, aku berdiri membawa piring kotor ke sumur

Selesai cuci tangan, aku mengambil sepeda untuk melakukan tugas rutin mengambil kue basah di toko toko

Untung saja kue semua habis, aku pulang dengan perasaan senang, setiap kali kue emak habis terjual, aku sangat bersyukur Buru buru ku kayuh sepeda pulang Kemudian memberikan uang dari warung untuk emak

“mak semua kue habis “

ujarku dengan nafas yang masih tersengal sengal

“alhamdulillah nak Coba kalau setiap hari gini “

emak tersenyum sumringah

“iya ya mak Tapi beberapa hari ini memang jualan lagi bagus mak Jarang nggak habis “

“kamu nggak main rio?”

tanya emak sambil meletakkan tempat kue ke tempat pencucian piring

“nggak mak, kata erwan dia mau kesini “

“temanmu yang anak orang kaya itu?”

tanya emak agak heran

“iya mak Emangnya kenapa?”

aku jadi agak heran juga dengan reaksi emak

“nggak rio, cuma emak takut kalo kamu itu main dengan orang yang terlalu tinggi diatas kita, nanti kamu jadi terbawa bawa gaya hidup mereka “

terdengar nada kecemasan dalam suara emak

“jangan takut mak, erwan tak seperti itu, walaupun dari kalangan berada namun mereka tak seperti orang kebanyakan Emak lihat sendiri, aku di kasih seragam dan perlengkapan sekolah “

jelasku untuk menutupi kecemasan emak

“emak harap juga begitu “

entah kenapa aku merasa emak terlalu kuatir berlebihan

“emak mau ngukus ketan dulu ya “

“iya mak, rio mau nunggu erwan di depan “

kataku sambil meninggalkan emak di dapur

Yuk yanti sedang duduk di lantai memotong daun pisang sebagai pembungkus lemper

Yuk yanti mendongak melihatku sambil tangannya terus menggunting daun

“mau kemana dek?”

tanya yuk yanti

“nggak kemana mana yuk Cuma ke depan aja nunggu temen “

“oh gitu Eh dek, tadi ayuk ada beli keripik kentang, ambil diatas lemari kamar ayuk “

“untuk rio ya yuk?”

tanyaku agak heran Tumben yuk yanti membelikan aku makanan Tidak biasanya Ayuk ku yang satu ini memang sangat baik, ia tak seperti yuk tina Yuk yanti juga rajin, kalau tak sekolah biasanya yuk yanti yang masak menggantikan emak Yuk yanti tak lama lagi akan lulus sekolah, banyak sekali cowok cowok yang mau sama yuk yanti, karena memang wajah yuk yanti cukup cantik, punya rambut hitam dan tebal lurus sepinggang Membuat yuk yanti terlihat pantas kalau membintangi iklan produk shampo Kulit yuk yanti juga putih, tak seperti yuk tina yang kuning langsat Walaupun keliling jualan setiap pagi, tak membuat yuk yanti jadi lusuh Ia pembersih

Aku ke kamar yuk yanti mengambil bungkusan berisi keripik kentang yang ia taruh di atas lemari kamarnya

Ada dua bungkus ku lihat, aku ambil sebungkus kemudian aku keluar dari kamarnya Menghampiri yuk yanti

“makasih ya yuk “

ujarku penuh terimakasih

Yuk yanti tersenyum, tiba tiba ia memelukku dengan erat Aku jadi bingung Kenapa yuk yanti bersikap seperti ini Yuk yanti aneh Aku merasa begitu canggung Ada apa sih ini yuk yanti terus memelukku Tangannya membelai rambutku dengan sayang Aku diam dengan pikiran yang berkecamuk

“dek Sayang nggak sama ayuk?”

tanya yuk yanti dengan suara ganjil Aku makin heran saat mendengar pertanyaannya itu Namun aku jawab juga

“ya sayang lah yuk Yuk yanti kan ayukku Rio sayang banget sama yuk yanti “

“andai nanti rio jauh Dan kita terpisah Apakah nanti akan tetap ingat dengan ayuk?”

tanya yuk yanti terbata bata

Aku tersentak, kemudian ku lepaskan pelukan yuk yanti Ku pandangi wajah yuk yanti Matanya berkaca kaca Seolah olah ada sesuatu yang sangat mengganggu pikirannya saat ini

“kenapa ayuk bertanya aneh kayak gini yuk Nggak mungkin lah kita berpisah Emangnya ayuk mau kemana yuk?”

beruntun pertanyaan keluar dari mulutku

Yuk yanti seolah baru tersadar akan sesuatu, cepat cepat ia tertawa, namun aku tahu itu tawa yang di paksa

“ah nggak dek Itu cuma seumpamanya aja Ayuk cuma sekedar bertanya aja kok “

jawab yuk yanti agak mencurigakan

Ku pandangi mata yuk yanti dalam dalam, ia menunduk menghindari tatapanku

“yuk, ada apa sih Ayuk coba sembunyikan sesuatu dariku ya?”

yuk yanti jadi semakin gelisah, namun ia berusaha untuk mengatasinya walaupun gagal total

“nggak dek Nggak ada yang ayuk sembunyikan kok dek Kenapa adek jadi nanya gitu?”

yuk tina tersenyum dan mengacak acak rambutku

“katanya mau ke depan nungguin temanmu dek “

++++

aku meninggalkan yuk yanti, namun pikiranku masih berkecamuk Kenapa sih akhir akhir ini yuk yanti dan emak agak aneh Terlebih emak, perhatiannya padaku semakin membuat aku curiga Seolah olah aku ini mengidap penyakit parah yang di vonis dokter kalau umurku tak bakalan lama Aku duduk di kursi kayu depan rumah Menunggu erwan datang Katanya sekitar jam tiga ia mau kesini

Sekitar sepuluh menit aku duduk sambil melihat orang yang lewat depan rumah Sesosok tubuh yang sudah sangat aku kenal sedang mengayuh sepeda BMX warna hitam memasuki pekarangan rumahku

Cepat cepat aku berdiri menghampirinya Ada rasa hangat yang menyelinap dalam hatiku saat melihat senyum lebarnya tersungging padaku Barisan gigi rapi dan putih berbingkai bibir merah dan mungil bagaikan wajah model pasta gigi di majalah remaja

“hai rio Ganggu nggak?”

tanyanya sambil turun dari sepeda dan menyenderkan sepedanya di bawah pohon cermai

“nggak kok Aku juga lagi nungguin erwan katanya mau kesini “

jawabku setengah mati menahan agar tak menjerit kesenangan

“jadi erwan juga mau kesini ya?”

“iya rian Tadi ia bilang waktu di kelas Ngomong ngomong kamu kok bisa menemukan rumahku “

tanyaku sedikit heran

“kan tadi siang aku udah nanya sama kamu Lagipula aku tadi tanya sama ibu penjaga toko di depan itu Ia bilang rumah kamu disini “

rian menjelaskan padaku

“kalau gitu duduk dulu ya, aku mau ambil minum dulu tunggu sebentar ya “

“udah nggak usah repot repot rio Aku cuma mau ngobrol aja kok “

“nggak apa apa lagi Cuma bikin teh kok Aku masuk dulu ya “

aku tetap memaksa bikin minuman Akhirnya rian cuma bisa mengangguk menyetujui

“iya deh Tapi jangan lama lama ya “

“oke bos “

jawabku sambil tertawa Rian pun ikut tertawa Aku masuk ke dalam rumah dengan perasaan senang, sambil bernyanyi nyanyi kecil aku ke dapur Mengambil poci teh Lalu aku membuat teh manis satu poci

“udah datang erwan nya nak?”

tanya emak yang baru masuk dari belakang Aku menoleh dan tersenyum pada emak

“belum mak, itu teman sekolah rio juga yang datang “

aku menjelaskan ke emak

“yang mana? Udah pernah kesini sebelumnya ?”

tanya emak ingin tahu

“belum mak, dia murid baru Rumahnya tak terlalu jauh dari rumah kita mak “

“ya sudah Bawa minuman ke temanmu kasihan ia udah menunggu Jangan lupa Kue di atas meja itu juga kasih ke teman kamu ”

kata emak sambil mengambil baskom kecil terbuat dari plastik di atas rak piring

“makasih ya mak “

aku mengambil sepiring kue buatan emak kemudian ku bawa ke depan Kemudian menemui rian di teras, saat aku ke depan, rian sedang ngobrol sama erwan Entah sejak kapan anak itu datang, tampaknya erwan tak diantar oleh sopirnya, sebab kalau sopirnya yang antar, aku pasti mendengar suara mobilnya Betul saja, di bawah pohon sudah ada dua sepeda BMX bertengger Benar benar sama dari tipe serta warnanya

“hai wan Udah lama datang?”

aku bertanya lalu meletakkan kue dan teh diatas meja kayu

Serempak erwan dan rian menoleh, erwan tertawa

“barusan aja sobat, aku pake sepeda, kebetulan sepedaku dan rian sama Kami tadi membahas itu “

“iya Gak nyangka Padahal aku baru beli seminggu yang lalu, kata erwan ia juga belinya seminggu yang lalu “

timpal rian ikut tertawa

Aku hanya tersenyum, pasti senang sekali rasanya memiliki sepeda sebagus itu Aku harus menabung dulu supaya bisa membeli sepeda semahal itu Kalau satu hari lima puluh rupiah, harus berapa lama aku menabung agar bisa membelinya? Aku jadi nyengir sendiri

“loh kok Kenapa senyum senyum gitu ?”

tanya erwan agak heran

“nggak Cuma lucu aja kok bisa kebetulan kayak gitu “

aku duduk di kursi kayu bersama rian

Harum sekali parfum yang di pakai rian, aku suka dengan baunya

“diminum dulu teh nya “

tawarku pada mereka berdua

“makasih rio Wah kue nya kelihatan enak sekali Aku makan ya ,” kata erwan sambil mencomot sepotong kue dari piring

“makan aja Di habisin juga nggak masalah Masih banyak kok di dalam “

kataku dengan sungguh sungguh

Rian ikut mengambil kue itu dan memakannya

“wah Emang betul betul emak rio Kue buatan emak kamu ya ?”

tukas rian tanpa ada kesan basa basi

“iya Emak yang buat, kan setiap hari emakku bikin kue untuk di jual “

“apa nggak rugi tuh kalo kamu kasih ke kami?”

ujar erwan terus sibuk mengunyah kuenya

“ya nggak lah Masa sih rugi cuma sepiring itu aja Lagian kalian juga nggak setiap hari ke sini kok “

aku menuang teh ke dalam gelas kemudian memberikan pada erwan dan rian

“buruan di minum, ntar dingin enggak enak “

“enak ya berteman sama rio, bisa bisa aku gemuk di buatnya “

kata kata rian itu membuat kuping ku terasa mekar, senang sekali mendapat pujian dari dia Entah mimpi apa aku tadi malam, bisa bisanya si rian main ke rumahku, seakan akan aku sedang bermimpi Padahal kemarin kemarin aku sempat kesal dan hilang simpati pada anak satu ini, namun hari ini semua berubah seratus delapan puluh derajat

Rian begitu manis, ternyata anaknya menyenangkan juga Aku serasa mendapat berkah, dua orang teman sekelas ku, murid paling populer, kaya, dan ganteng ganteng, berkumpul di rumahku yang sederhana ini Menjadi temanku mengingat keadaan keluargaku dengan mereka yang bagai bumi dengan langit, aku tentu saja sangat bersyukur bisa berteman dengan mereka

Yuk tina datang entah habis dari mana, ia melihat rian kemudian erwan

Kedua temanku tersenyum pada yuk tina

“sore yuk “

erwan menegur yuk tina

“sore Temannya rio ya Kok nggak masuk ke dalam?”

kata yuk tina tersenyum

++++

“kalo gitu ayuk masuk ke dalam dulu ya “

ujar yuk tina kemudian masuk kedalam rumah

Erwan dan rian menjawab nyaris serempak

Setelah yuk tina sudah di dalam rumah, kami kembali asik mengobrol,

“rio Mendingan kita jalan jalan yuk “

ajak erwan sambil meminum habis teh hangatnya yang tadi aku bikin

“jalan kemana?”

aku menoleh pada erwan

“ya terserah kemana aja yang penting jalan “

“ya rio, sekalian aku ingin tahu tempat tempat yang biasa anak anak nongkrong “

tambah rian mendukung usul dari erwan

Aku mengangkat bahu, kalau mereka berdua udah kompak seperti itu, aku cuma bisa menyetujui saja

“baiklah kalau gitu Aku mau beresin gelas ini dulu ya Tunggu sebentar “

aku berdiri lalu membereskan piring bekas kue dan gelas teh yang sudah kosong

Erwan dan rio membantuku, kemudian aku menaruh gelas gelas kotor itu ke dapur

Aku pamit sama emak yang sedang memilih beras untuk dimasak

“mak rio mau jalan dulu ya Bareng teman “

emak menoleh sambil tangannya memilih bulir bulir padi yang masih tersisa

“kemana rio, kan udah sore “

tanya emak heran

“iya mak, erwan sama rian yang ngajak Rio sih cuma ikut aja Belum tau juga sih mau kemana, paling juga cari angin sambil cuci mata mak “

aku menjawab

“tapi pulangnya sebelum magrib ya nak Hati hati di jalan Banyak motor yang ugal ugalan Jangan sampai nanti kalian bertiga keserempet motor “

nasehat emak

“iya mak Makasih ya mak “

aku kegirangan

Setelah mendapat izin dari emak, bergegas aku menemui rian dan erwan

Keduanya sudah siap dengan sepeda masing masing

“rio aku aja yang boncengin ya “

tawar erwan sambil membebaskan standar sepedanya

“sama aku aja rio “

rian ikut ikutan menawari aku

Aku jadi bingung Sebenarnya aku pengen banget bisa berdekatan dengan rian, tapi aku kan sahabat erwan, aku tak enak sama erwan kalau aku memilih boncengan dengan rian yang baru sehari ini berteman denganku

Sepuluh menit kemudian aku sudah berada di jalan, di bonceng oleh erwan Ia mengayuh sepeda dengan santai menyusuri jalan kecil yang sepi, sepanjang jalan kami tertawa dan bercanda Kadang erwan mengayuh sepeda kencang kencang membuat jantungku terasa mau jatuh

Rian tak mau kalah, ia mempercepat kayuhannya hingga erwan dan aku dapat ia susul Tentu saja karena ia tak membonceng siapa siapa

Sampai di jembatan daerah pintu air, erwan berhenti Kemudian turun Aku ikut turun Setelah mendapat tempat yang agak teduh, kami duduk sambil memandangi sungai Ada beberapa orang yang sedang mandi Diantaranya ada yang memancing

Rian mengambil botol air minum yang ada di sepedanya Kemudian meminum isinya Setelah itu ia berikan padaku

Aku ambil kemudian meminumnya juga beberapa teguk Ternyata isinya bukan air putih tapi sirup jeruk

“makasih ya “

aku mengembalikan botol itu ke rian

“bagus juga ya sungainya Ada buayanya nggak?”

tanya rian ingin tahu

“katanya sih ada Setiap tahun ada satu korban yang dimakan oleh buaya “

aku menjawab pertanyaan rian

“apa Setiap tahun sungai ini memakan korban, Tapi kenapa masih banyak yang mandi disini Apa mereka tak takut kalau sewaktu waktu buaya itu datang dan memakan mereka?”

rian bergidik ngeri mendengar ceritaku itu

“nggak tau juga sih Soalnya kan udah kebiasaan orang orang disini suka mandi di sungai ini Lagipula buayanya itu datang tak setiap hari kok Aku juga belum pernah melihat buaya itu seumur hidup “

tambahku sambil mengambil batu seukuran kepalan tangan lalu melemparkan ke sungai

“kata mamaku sih bukan cuma buaya Tapi ada hantu yang suka menarik orang yang sedang mandi hingga tenggelam Katanya ada beberapa orang yang hilang dan ditemukan dalam keadaan yang sudah tak bernyawa disungai ini Setelah hilang biasanya baru beberapa hari kemudian ketemu di rawa rawa Itupun harus memanggil paranormal dulu baru bisa ditemukan “

tambah erwan makin membuat rian ternganga

“gila Ngeri banget ya Kenapa paranormalnya nggak sekalian mengusir hantu itu dari sungai ini ?”

cecar rian makin penasaran

“entah lah Aku juga cuma mendengar cerita ini dari orang orang Tapi memang betul kok Walaupun sungai ini ramai, tapi tetap saja setiap tahun rutin meminta korban Kalau yang aku dengar sih katanya buaya yang ada disungai ini adalah buaya siluman Atau siluman buaya putih “

jelasku makin seru, karena melihat ekspresi rian yang kelihatan tertarik dengan cerita kami

“makanya meminta korban, siluman kan suka nyulik manusia Mamaku melarang aku mandi disungai ini Katanya ia tak mau kalau aku jadi korban buaya itu “

“dulu waktu aku masih kecil, pernah akrab dengan temanku Dan sering mandi di sungai ini, tapi temanku itu meninggal saat kami kelas 5, waktu sore hari ia mandi di sekitar sini, ibunya tak tau kalau ia mandi, saat di temukan Mayatnya terapung di sebelah sana “

aku menunjuk ke suatu arah

Serempak erwan dan rian berpaling melihat tempat yang aku tunjuk tadi

Memang tempatnya agak agak seram

Banyak pohon rumbia yang tumbuh Airnya juga tertutup tanaman air yang terapung Sehingga seluas mata memandang yang terlihat hijau bagaikan hamparan karpet tebal

Erwan dan rian bergidik ngeri

“aku rasa buaya buaya itu sembunyi di balik tanaman air itu “

ujar erwan

“bisa jadi, soalnya kan tempat seperti itu, sangat bagus sebagai tempat sembunyi Siapa sih yang bisa melihat apa yang berenang di balik tanaman itu “

timpal rian sambil berkacak pinggang, matanya menatap lurus ke sungai

“kapan kapan kita mandi disini ya Mau nggak ?”

aku mengajak erwan dan rian

++++

“takut ah Ada buayanya “

jawab rian

“iya rio, bahaya Emangnya kamu berani?”

tanya erwan

“ya nggak masalah Kan kita mandi hari minggu aja Rame kok yang mandi disini “

jawabku santai

Rian dan erwan diam seperti sedang menimbang nimbang

“bagaimana?”

aku kembali bertanya

“hari minggu ini ya ?”

rian balik bertanya

“iya hari minggu ini Biasanya kan rame yang mandi disini “

“baiklah Nanti aku jemput kamu dirumahmu ya Kira kira jam berapa?”

erwan menyetujui Namun kulihat rian masih ragu ragu

“gimana rian Kamu mau ikut nggak?”

aku meyakinkan rian

“gimana ya Aku sih pengen Cuma Mendengar cerita kamu tadi bikin aku jadi takut “

“nggak apa apa kok rian Kamu ikut aja Nggak mandi juga gak masalah kok Yang penting kita bertiga pergi sama sama Gimana?”

desakku penuh harap Aku benar benar ingin berjalan bersama lagi dengan rian, andai ia nggak mau ikut, rasanya aku jadi kurang semangat

“baiklah Jam berapa nanti minggu?”

akhirnya rian mau juga

“sekitar jam sepuluh aja Sekalian nanti bawa bekal dari rumah Kita jalan jalan ke hutan, kebetulan sekarang lagi musim manggis, pulang mandi kita metik manggis “

aku memberi usul

Rian dan erwan terlihat begitu antusias

“wah boleh tuh Pasti asik banget, soalnya aku nggak pernah masuk hutan Wah jadi nggak sabar lagi nih nunggu minggu “

seloroh rian senang

“sudah mulai gelap nih Hampir magrib, pulang yuk “

ajakku saat melihat ke langit, aku teringat pesan emak

“ayo Gak kerasa ya udah magrib “

rian berdiri

“antar aku pulang dulu ya “

ujarku pada mereka

“ya pasti lah diantar Masa sih ditinggalin disini “

erwan tertawa kemudian berdiri Akupun ikut berdiri Bertiga kami berjalan menuju ke sepeda yang tadi kami parkir

“biar aku aja yang ngantar rio pulang, rumah kami kan searah “

usul rian Hatiku melonjak gembira mendengarnya Cepat cepat aku menyetujui kata katanya itu

“iya wan Biar aku dengan rian aja Udah sore banget nih Kalau kamu ngantarin aku dulu, bisa bisa kamu magrib di jalan “

kataku pada erwan Ia terdiam sebentar kemudian mengangguk

“Nggak masalah kok rio Aku kan bisa ngebut “

erwan bersikeras tetap ingin ikut mengantarku pulang

“bahaya loh wan kalo magrib magrib ngebut biar aku aja lah yang antar rio Nggak apa apa kok “

rian memperingatkan erwan

akhirnya erwan cuma bisa mengangkat bahu menyetujui kata kata rian

Aku naik ke boncengan sepeda rian Senang sekali rasanya dibonceng oleh rian Aku tak tahu kenapa aku bisa senang begini Sepanjang jalan kami bernyanyi keras keras Di tikungan aku dan rian berpisah dengan erwan

“sampai ketemu besok di sekolah ya sobat “

teriak erwan sambil membelokan setang sepedanya ke kiri

“iya wan Sampai ketemu besok “

jawabku dan rian nyaris bersamaan

Rian mengayuh sepedanya lebih cepat, sebenarnya aku ingin sekali lebih lama dibonceng rian, tapi jarak sungai dan rumahku tak terlalu jauh Sekitar sepuluh menit aku sudah sampai dirumah Aku turun dari sepeda rian

“rio aku langsung pulang ya “

rian pamit padaku

“ya Nggak mampir dulu ya?”

“kapan kapan aja lah Besok kan masih bisa Aku takut mamaku ntar kuatir, soalnya sekarang udah mau magrib “

rian memberikan alasan

“iya deh Sampai ketemu besok di sekolah ya “

rian mengangguk dan mengayuh sepedanya kembali ke jalan

“makasih ya rian “

setengah berteriak aku melambai pada rian Ia mengangguk dan tertawa

“sama sama sobat Aku pulang dulu ”

“hati hati ya “

idih aku kok segitunya Udah kayak melepas pacar aja

“Iya rio Tenang aja Bye “

jawab rian Kok jadi lama gini sih acara pisahnya Udah kayak rian mau kemana aja !

Setelah rian pulang, aku masuk ke dalam rumah Emak, yuk yanti dan yuk tina sedang duduk diruang tamu, tak biasanya mereka berkumpul diruang tamu jam jam segini Saat melihatku wajah mereka tiba tiba jadi tegang Serempak mereka diam sambil memandangku Aku melangkah menghampiri mereka dengan bertanya tanya, wajah emak merah seperti orang yang habis menangis Demikian juga dengan yuk yanti Apa sih yang barusan terjadi disini Kenapa mereka bertiga bersikap aneh begini

“darimana aja dek?”

yuk tina memecah keheningan diantara kami

“dari sungai sama teman Ada apa yuk Kenapa kalian melihatku seperti ini?”

tanyaku tanpa dapat menutupi keherananku

“nggak apa apa dik mandi gih buruan Ntar keburu malam “

ujar yuk yanti sambil berdiri

“iya dek Mandi sana Habis itu kita makan sama sama “

timpal yuk tina sambil tersenyum padaku Aku jadi bingung, tak biasanya yuk tina bersikap sebaik ini padaku

Aku pandangi emak, namun emak terlihat seperti melamun Pandangannya terarah ke atas meja

“mak kenapa?”

aku menghampiri emak

“tidak kenapa napa nak buruan mandi sana !”

emak tak melihat ke aku sedikitpun Seolah olah menghindari tatapanku Aku masuk kamar dan mengambil handuk lalu ke kamar mandi Selama mandi aku memikirkan sikap emak dan ayuk ayukku tadi Kenapa sih dengan mereka Sepertinya ada sesuatu yang mereka sembunyikan dariku, entah apa itu Kenapa emak dan yuk yanti menangis Walaupun mereka tak menangis didepanku, tapi aku yakin kalau mereka habis menangis Aku betul betul bingung dengan semua ini Semakin lama semakin aneh saja Aku juga heran, biasanya emak selalu menyapaku kalau aku datang Tapi tadi emak tak mengatakan apa apa Emak cuma terdiam murung, seperti berusaha untuk tak melihatku Baru sekali ini aku merasa betul betul asing dengan emak Buru buru aku menyelesaikan mandi kemudian wudhu dengan fikiran yang masih berkecamuk

++++

selesai sholat, aku makan malam bersama dengan emak dan yuk yanti dan yuk tina selama makan tak ada satupun yang bersuara, tak seperti biasanya yuk tina selalu heboh bercerita hari ini yuk tina pun ikut ikutan diam

aku mengunyah dengan hambar aku pandangi emak, namun emak seperti sibuk mengunyah tak sekalipun menoleh kepadaku

demikian juga dengan yuk yanti sempat kupandangi yuk tina tersennyum sekilas padaku aku balas tersenyum pada yuk tina aku kehilangan selera makan tanpa tahu apa sebabnya aku berdiri dari meja makan lalu kekamar

sambil berbaring, aku berpikir kembali akan sikap aneh keluargaku apakah emak punya masalah yang sangat besar?

++++

TOK TOK TOK

Pintu kamarku diketuk dari luar, buru buru aku beranjak dari tempat tidur Yuk tina berdiri didepan pintu kamarku begitu aku membuka pintu

“dek Lagi ngapain?”

tanya yuk tina dengan suara yang tak seperti biasanya, terdengar agak lesu

“nggak ngapa ngapain yuk, ada apa?”

aku agak heran, tak biasanya yuk tina selembut ini padaku

“boleh ayuk masuk dek “

yuk tina tersenyum sumbang

“ada apa yuk Masuk aja?”

aku jadi makin heran dengan sikap yuk tina

Aku membuka pintu lebar lebar, yuk tina masuk ke dalam kamarku kemudian duduk di kursi belajarku

“dek Ayuk tau selama ini ayuk sering kasar sama adek Mungkin adek juga nggak begitu suka dengan ayuk “

ujar yuk tina pelan

“nggak kok yuk Aku nggak pernah membenci ayuk, aku sayang sama ayuk !”

entah kenapa jantungku jadi berdebar debar Yuk tina menghampiriku, kemudian ia meraih tanganku

“ayuk memang selalu jahat sama adek Maafkan ayuk ya dek “

“yuk kenapa sih, ayuk ini aneh banget Aku bingung yuk “

“nanti adek akan tau sendiri Dek, emak menunggu di ruang tamu, emak mau ngomong sama adek “

ujar yuk tina penuh misteri, aku berdiri dengan jantung berdebar keras

“kenapa yuk Kok kayaknya ada sesuatu yang tak aku ketahui, ada masalah apa yuk?”

“kita menemui emak dulu ya dek Nanti adek akan tau sendiri yuk dek “

yuk tina menarik tanganku Aku mengikuti yuk tina keluar kamar untuk menemui emak Hatiku bertanya tanya gerangan apa yang ingin dibicarakan emak, belum pernah emak serius seperti ini

Kulihat emak sedang duduk dengan gelisah, tangan emak memegang tasbih dengan gemetaran

Aku hampiri emak dan duduk dikursi depan emak

Yuk yanti juga sudah duduk dekat emak Yuk tina duduk di kursi sampingku

++++

suasana mendadak jadi hening, yuk yanti memainkan ujung taplak meja dengan jari jarinya Emak nampak gelisah berkali kali menggeser posisi duduknya seolah olah sedang duduk diatas batu kerikil, aku diam menunggu dengan tak sabar ikut ikutan merubah posisi duduk sementara yuk tina yang entah digerakan oleh apa sibuk sendiri mengurut bahuku seolah olah aku lagi pegal Aku tak tahan lagi menunggu apa yang mau disampaikan emak padaku

“mak, ada apa sih ?”

aku menatap emak lurus tanpa mengedipkan mata Emak masih saja tertunduk seolah olah apa yang ingin ia katakan itu terlalu berat

“dek, sabar ya Mungkin apa yang akan adek dengar ini membuat adek kaget “

tutur yuk yanti dengan suara bergetar

Aku menoleh pada yuk yanti, namun yuk yanti malah semakin aneh, ia tiba tiba menangis sesungukan Jantungku makin berdebar debar tak karuan Demikian juga dengan yuk tina, entah ada angin apa ia juga ikut ikutan menangis

Apa yang mereka tangiskan, kenapa mereka membuat aku bingung seperti ini, apa sih sesuatu yang aku tak tahu yang membuat mereka menjadi bertingkah seganjil ini

“mak tolong mak, bilang apa yang terjadi, kenapa mak Rio bingung kalo kalian begini Bilang saja mak Apapun itu rio siap mendengarnya “

ujarku tak sabar lagi

Emak mendongak dan memandangku, wajah emak kusut sekali, wajah teduh yang selama ini begitu mengasihku Wajah yang mencintaiku sebagaiman seorang ibu yang sangat menyayangi anaknya Wajah yang mulai keriput dan penuh guratan penderitaan akibat kerja keras Namun wajah itu mampu memberi keteduhan dalam hatiku dan anak anaknya yang lain Mata emak terlihat layu, bagaikan menanggung suatu penderitaan

“rio Anakku Mungkin setelah mendengar cerita emak ini, rio akan sedikit terkejut “

emak berkata dengan tersendat sendat “

aku diam menyimak kata kata emak

“semua dimulai pada belasan tahun yang lalu dimana saat itu emak baru punya dua orang anak perempuan yang masih kecil kecil Pada saat itu almarhum ayahmu masih ada, kehidupan kita saat itu masih lumayan “

emak memulai ceritanya itu Yuk yanti dan yuk tina ikut diam mendengar, hingga hanya suara emak yang terdengar diruang tamu kecil ini Aku menarik nafas pelan, tak mau menyela cerita emak Aku penasaran emak akan menyampaikan apa

++++

“emak sudah lama sekali mengimpikan untuk punya anak lelaki, hingga pada suatu hari teman emak datang dalam keadaan hamil, ia menjalani hubungan dengan seorang lelaki yang tak disetujui oleh keluarganya karena alasan perbedaan agama Teman emak takut untuk pulang ke rumah, ia takut menghadapi keluarganya Karena dari awal mereka sudah tak menyetujui hubungan itu Saat teman emak ingin meminta pertanggung jawaban pada lelaki yang ia cintai, ibu lelaki itu menyiram teman emak dengan air panas dan mengusirnya

Teman emak benar benar sudah putus asa, hingga ia memutuskan untuk bunuh diri Namun saat ia mau meminum racun serangga, tiba tiba pacarnya datang dan mencegah agar teman emak tak sampai melakukan tindakan bodoh itu Diam diam mereka menikah Namun lambat laun keluarga suaminya itu tahu, mereka mencari anak lelakinya yang hilang itu, setelah bertemu, mereka pun menerima teman emak sebagai bagian keluarga mereka Tapi hal itu cuma berlangsung sementara, berbagai macam cara mereka lakukan agar bisa memisahkan anak mereka dengan teman emak Di depan anaknya mereka sangat baik pada teman emak, tapi begitu di belakang anaknya, mereka selalu mengintimidasi teman emak Lama kelamaan teman emak benar benar tak sanggup lagi dan akhirnya memutuskan untuk lari dari rumah itu Waktu itu malam hari emak menemukan dia sedang berjalan sendirian dalam keadaan hamil tua, ia tak menyangka kalau akan bertemu dengan emak Ia menceritakan semua masalahnya Emak sudah mencoba untuk menasihatinya agar kembali pada suaminya, namun ia bersikeras tak mau, akhirnya emak cuma bisa membiarkan saja ia dengan keputusannya itu, emak pun menyuruh ia tinggal di rumah kita Emak kasihan padanya Sebulan setelah ia tinggal dirumah kita, anaknya lahir, ayahmu yang menanggung semua biaya melahirkannya Saat melihat bayinya yang begitu tampan dan montok, emak langsung jatuh hati Emak langsung merasa sayang dengan bayi itu Emak membantunya merawat bayi mungil yang tak berdosa itu Rasanya bayi itu memang benar benar anak kandung emak, yang sudah lama emak inginkan “

emak diam menyusut air matanya dengan baju daster yang emak pakai

Aku menahan air mata yang terasa sudah mengambang di pelupuk mataku Rasanya aku sudah bisa menebak akan kemana arah cerita emak itu Kecurigaanku beberapa hari yang lalu bukan tanpa alasan Ingin rasanya aku berteriak sekeras kerasnya Aku tak sanggup mendengarnya, aku benar benar tak mampu lagi untuk mendengar cerita emak selanjutnya Sementara itu yuk tina dan yuk yanti cuma menunduk menatap lantai Mereka tak berani menatapku Aku betul betul merasa begitu asing sekarang Apa saja boleh mereka ceritakan Hal apapun, seburuk apapun aku masih sanggup untuk mendengarnya Namun cerita ini betul betul telah membuat hatiku hancur Emak ku Yang selama ini begini aku kasihi, yang aku cintai melebihi apapun yang ada didunia ini Ternyata bukanlah emak kandungku Hatiku benar benar telah remuk sekarang Aku betul betul tak menyangka sama sekali Lemas seluruh tubuhku, tulang tulangku seolah olah hilang, aku tertunduk dan airmataku mengalir tanpa dapat di bendung lagi Aku rela cacat, aku rela buta, aku rela bila esok aku harus mati, asalkan aku mati sebagai anak kandung emak Ini benar benar telak memukulku Tak terkira tetesan airmataku jatuh ke lantai tepat dibawah kakiku hingga menimbulkan bercak bercak air di lantai semen kasar rumahku Aku dengar yuk yanti mulai terisak begitupun yuk tina Tangisan mereka malah menambah aku merasa makin sakit, jiwaku menjadi lemah dan tak berdaya Hilang sudah kekuatanku selama ini Kebanggaanku menjadi anak emak ternyata harus terengut begitu saja Ya allah kenapa engkau membuat lelucon yang menyakitkan seperti ini Mengapa harus aku yang mengalami hal ini, mengapa kamu timpakan padaku cobaan yang tak mampu aku tanggung

Tubuhku bergetar keras, ku gigit bibirku agar tak terlepas teriakan dari mulutku

“maafkan emak rio Kamu bukan anak kandung emak Kamu lah bayi itu Teman emak itu adalah ibu kandungmu yang sesungguhnya Namanya mega Ibu yang kamu lihat beberapa hari yang lalu, yang malam itu datang ke rumah kita “

jelas emak melanjutkan ceritanya itu Namun aku sudah tak konsentrasi lagi Aku sudah tak perduli lagi Mau siapapun ibu kandungku itu tak penting, aku tak mau tahu Aku hanya ingin emak yang jadi ibuku Aku benar benar kecewa pada tuhan Kenapa ia tak menciptakan aku terlahir dari rahim emak Aku tak mau siapa siapa selain emak Cuma emak yang aku mau sebagai ibuku

Mau semiskin dan sesusah apapun kehidupan yang aku jalani ini, aku tak perduli Aku ikhlas tak mempunyai apa apa Aku rela tak punya apa apa, aku rela misalkan yuk tina tetap membenciku seperti biasanya Tak sebaik ini ketika ia tahu kalau aku bukan adik kandungnya asalkan emak ku tetap menjadi emak kandungku seumur hidupku Namun kenyataan ini tak mungkin lagi dapat di ubah, tuhan telah menggariskan kalau aku bukan lah anak emak Aku hanyalah anak perempuan lain, anak haram diluar nikah, anak yang sebetulnya tak diinginkan kehadirannya dibumi ini Anak hasil dari hubungan terlarang Yang membuat orang susah Menambah beban dalam kehidupan keluarga ini

“pada suatu hari, mega menghilang dari rumah kita, ia pergi pagi pagi sekali dengan hanya meninggalkan selembar surat yang isinya ia meminta emak merawat kamu, ia pergi mencari pekerjaan dan ingin menata kembali kehidupannya Ia berjanji akan kembali lagi untuk menjemput kamu Ia minta maaf karena telah membebani emak selama ini,

+++

berhari hari almarhum ayahmu dan emak mencari mega, namun nihil, tak membawa hasil, seorang teman ayahmu mengatakan kalau pernah melihatnya naik keatas kapal menuju palembang “

tambah emak dengan murung Aku mendongak menatap emak, wajah emak yang terlihat sedih penuh dengan linangan air mata Kalau dalam situasi biasa kalau melihat emak menangis aku pasti langsung memeluk emak, namun entah kenapa kali ini terasa begitu berat, aku merasa seakan tak punya lagi hak untuk memeluk emak Ku pandangi yuk yanti dan yuk tina, aku merasa iri sekali dengan mereka, kenapa bukan salah satu diantara mereka berdua saja yang bukan anak kandung emak, atau tak satupun yang bukan anak kandung emak diantara kami bertiga, aku ingin seperti kemarin kemarin, aku ingin selalu bernafas dan hidup dengan fikiran dan kesadaran sebagai anak kandung emak seperti biasanya Aku benar benar kecewa dengan keadaan ini Betul betul tak adil bagiku

“sebetulnya dalam lubuk hati emak yang paling dalam emak senang mega pergi meninggalkan kamu untuk emak, doa emak setiap hari hanyalah agar mega tak pernah kembali lagi untuk mengambilmu emak tak mau kamu tahu kalau sebenarnya kamu bukan anak kandung emak, perasaan sayang dan cinta emak padamu bukan sekedar main main rio, bagi emak kamu adalah anak kandung emak, sama seperti yanti dan tina, emak menganggap kamu anak yang lahir dari rahim emak juga Hingga setahun yang lalu tepatnya emak bertemu kembali dengan mega, ia mencari emak kemana mana, karena kita sudah pindah rumah, semenjak ayahmu meninggal waktu kamu masih berumur dua tahun, keuangan kita semakin krisis hingga emak terpaksa pindah dan menjual rumah kita yang dulu Emak pindah ke pangkalpinang, dirumah kita sekarang ini Segala kesusahan tak pernah menyurutkan segala langkah emak, semua masih mampu emak lewati selama masih ada anak anak emak Dan kamu adalah semangat emak, emak ingin melihat kamu tumbuh dewasa dan menjadi orang yang berhasil, emak minta maaf rio, tak bisa membuat kamu senang, tak bisa memanjakanmu dengan mainan serta kemewahan seperti teman teman kamu Kadang emak sedih kalau melihat kamu harus berkeliling kampung menjual kue untuk membantu emak “

isak emak sambil bercerita Aku hanya diam dan menangis, tak mampu untuk berbicara apa apa lagi rasanya Rasa kaget dan kecewa yang melanda dalam hatiku membuat jiwaku terasa kosong

Yuk tina meraih tanganku dan meremas jari jariku sambil ikut menangis bersamaku

“mega meminta kembali kamu nak Namun emak meminta agar diberi waktu untuk merawatmu lagi Mega setuju, ia kasih emak waktu setahun Hingga tak terasa waktu berlalu dan emak menyadari kalau mega akan kembali untuk menagih janjinya Dua bulan yang lalu ia kembali, waktu itu kamu sedang bersekolah, mega mendesak emak untuk segera bercerita padamu, namun berat rasanya bagi emak untuk bercerita sebenarnya Emak menunda nunda sambil berdoa agar mega merubah pikirannya Namun doa emak tak dijawab oleh tuhan Mega sering datang untuk menagih janji emak Dan sempat mengancam akan membawa masalah ini ke pengadilan andaikan emak tak menyerahkan kamu padanya , ditengah kebingungan ini emak meminta pendapat yanti ayukmu Karena cuma dialah yang tahu kalau kamu adalah anak angkat emak, waktu kamu lahir, yuk yanti sudah berumur empat tahun lebih, sedang tina baru berumur dua tahun jadi tak mengerti apa apa Yanti tahu kalau dibawa ke pengadilan, emak tak akan pernah memang, karena sekarang mega sudah menikah lagi dengan seorang pengusaha, mega juga punya bisnis sendiri dan cukup sukses hingga mereka hidup berkecukupan Namun mega tak punya anak dari suaminya itu, saat suaminya tahu kalau mega punya anak kandung, ia menyuruh mega untuk mengambil kembali anak yang dulu pernah ia tinggalkan Makanya mega datang kembali malam itu, emak tak mau kamu dan tina mendengar pembicaraan kami, emak menyuruh tina pergi dengan alasan emak punya hutang dan tak mau sampai kamu dan tina melihat emak dimarahi orang itu Makanya tina cepat cepat menyuruh kamu pergi menemaninya Namun pada saat kamu sedang berjalan dengan teman kamu kemarin, tiba tiba mega datang lagi Bersama suaminya dan seorang pengacara Mereka menghina emak Dan saat itulah tina tahu tentang persoalan ini Mereka mengatakan kalau emak egois, menyeret kamu dalam kesusahan, seharusnya kamu bisa mendapat kehidupan yang lebih baik, pendidikan yang lebih baik Emak sadar Mereka memang benar Akhirnya emak putuskan akan menyerahkan kamu kembali pada mereka, karena bagaimanapun mereka lebih berhak atas kamu Karena kamu anak kandung mega Dialah ibumu sesungguhnya “

emak menutup ceritanya sambil menangkupkan kedua tangannya ke wajah, dan menangis terisak dengan tubuh berguncang Yuk yanti langsung berdiri memeluk emak Demikian juga dengan yuk tina Aku diam tak bergeming, aku merasa aku tak lagi punya hak untuk memeluk emak Aku adalah orang asing di tengah tengah mereka Aku tak pantas untuk memeluk emak, aku bukan anak emak Aku hanya hidup dari belas kasihan emak selama ini padaku Dengan dada yang semakin sesak dan airmata yang membanjiri mukaku, aku menghambur berlari keluar dari rumah, terakhir ku dengar suara jeritan emak dan ayuk ayukku memanggilku namun tak kuindahkan sama sekali Aku terus berlari tanpa tahu harus kemana Aku berlari sekencang kencangnya melewati jalan setapak dan pekuburan yang gelap Takut tak lagi aku rasakan, yang terpikir olehku hanyalah ingin berlari sejauh mungkin

+++++

“jadi kamu betul betul akan pergi rio?”

tanya erwan dengan sedih, saat kami bertiga, aku, erwan dan rio, duduk di bawah pohon akasia pada saat jam istirahat Setelah tadi aku menceritakan kalau aku akan pindah dari pangkalpinang, ikut mama kandungku Sementara itu rian cuma diam sambil menyobek daun akasia yang ada di tangannya Entah apa yang ia pikirkan

“rio pamit mak Doakan rio berhasil ya “

aku memeluk emak erat erat dengan keharuan yang menyesak didadaku Yuk tina dan yuk yanti berdiri disamping emak sambil terpaku memandangku Sambil tersenyum aku hampiri yuk yanti Aku cium tangannya dan berpamitan Yuk yanti cuma mengangguk Air mata mengalir dari sudut matanya Kemudian yuk yanti memelukku, kuat sekali pelukannya seolah yuk yanti tak rela aku pergi Hampir satu menit sebelum akhirnya yuk yanti melepaskannya Kemudian ku hampiri yuk tina Ia tersenyum Senyuman yang aneh Badannya tiba tiba berguncang, saat aku mencium tangannya, meledak tangisan yuk tina Lututku jadi gemetaran

“perkenalkan ini teman baru kalian, namanya rio khrisna julian “

ujar pak ridwan memperkenalkan aku pada seisi kelas, aku mengitari pandanganku ke seisi kelas sambil tersenyum tipis

Aku seolah olah merasakan deja vu dengan kejadian ini, saat dulu ketika di sekolahku yang lama, waktu rian baru masuk menjadi murid baru

“jangan om Rio tak bisa !!”

aku mencoba mendorong tubuh adik bungsu papa yang hanya mengenakan secarik celana dalam tipis Namun tenaganya begitu kuat Bagaimanapun aku meronta hanya membuat tenagaku makin hilang

“aku betul betul tergila gila sama kamu rio !”

ia berbisik di telingaku, sambil menjilat bagian bawah telingaku dengan buas membuka seragam smu yang masih menempel dibadanku

aku pandangi dari balik jendela mobil jalan di pangkalpinang yang telah delapan tahun tak aku lihat, begitu banyak perubahan, beberapa gedung baru yang dulu belum ada sekarang berdiri dengan megahnya Aku sudah tak sabar lagi ingin bertemu dengan emak, yuk tina dan yuk yanti, entah bagaimana kabar mereka sekarang Aku ingin memberi kejutan pada mereka Berkotak kotak oleh oleh aku siapkan untuk mereka Kain sutera untuk emak, baju dan bermacam macam lagi yang mahal mahal, aku akan merenovasi rumah emak, seperti cita citaku dulu Tak sabar lagi aku membayangkan akan melihat ekspresi wajah emak ketika melihatku datang

“masih jauh rio rumahmu?”

tanya pemuda tampan bertubuh atletis yang duduk di sampingku, sudah setahun ini menjadi kekasihku

“rio Benarkah ini rio Astaga rioo !!”

teriak erwan dengan terkejut saat melihatku berdiri di depannya Erwan langsung memelukku dengan kuat, aku balas memeluknya untuk melepaskan rasa rindu yang bertahun tahun ini telah mengisi hari hariku

“iya wan ini aku rio Apa kabar bro ?”

aku berbisik di telinga erwan, banyak sekali perubahan erwan semenjak lama aku tak melihatnya Semakin tampan saja erwan sekarang, tubuhnya jangkung, berbentuk dan padat, aku yakin erwan rajin fitness

“siapa pacar kamu sekarang rio Kamu begitu tampan, mustahil tak ada pacar “

kata erwan sambil menatap mataku

ku peluk tubuh kekar yang berbaring tanpa mengenakan apa apa di sampingku, kulit putih mulus yang semalam bercinta tak lelah lelah denganku, di kamarku yang mewah, yang dulu tak pernah terpikir akan aku miliki, semua peralatan canggih memenuhi kamarku yang ditata oleh seorang desain interior cukup terkenal

Tubuh yang telanjang dan kekar disampingku bergerak terbangun, membuka matanya tersenyum menatapku

“kok belum tidur sayang “

ujar rian sambil mencium keningku dengan lembut

“aku mencintaimu rian, tolong jangan siksa aku seperti ini

Kasihanilah aku “

aku beringsut di lantai merendahkan diri di kaki rian, namun tak sedikitpun rasa kasihan terpancar dari sinar matanya Rian menendangku hingga aku tersungkur diantara serpihan dan pecahan pecahan porselen yang berhamburan diatas lantai granit ruang tamuku Tubuh rian yang menjulang tinggi berdiri terkangkang sambil berkacak pinggang menatapku penuh kemarahan Aku tak berani menatapnya Kalau sudah mengamuk seperti ini, rian bagaikan hewan buas yang siap untuk mencabik cabik mangsamya

+++

PERENUNGAN

aku terus berlari tanpa menghiraukan apapun lagi, perasaan sakit membuat tubuhku terasa kebas, gelapnya malam dan rasa dingin yang menusuk tak menyurutkan aku untuk berbalik ke rumah, hanya suara rumput dan ranting berderak terinjak oleh kakiku, serta suara nyanyian jangkrik dan kodok sebagai pertanda kalau malam ini akan turun hujan

Aku tak bisa menerima ternyata aku bukanlah anak emak, tuhan begitu jahat, mempermainkan aku seperti ini Segala perasaan bahagia dalam hatiku tinggalah puing puing, tak mampu aku mencerna semua ini, aku ikhlas apapun yang akan di timpakan padaku, segetir dan sesakit apapun itu Tapi ini lebih menyakitkan dari segala apapun yang pernah aku lewati

Aku tahu pasti emak dan ayuk ayukku sangat cemas sekarang, aku tak perduli, aku marah sekarang, aku marah kenapa mereka tak dari dulu berterus terang agar aku tak merasa sesakit ini Aku yakin pasti sekarang mereka sangat sibuk mencariku Aku sengaja sembunyi di tengah hutan dan pekuburan Karena aku tahu kalau mereka tak mungkin akan mencariku disini, aku meringkuk dibawah pohon besar menjulang dan rimbun tanpa rasa takut sedikitpun Angin bertiup membawa uap air hingga membuat tubuhku menggigil kedinginan Air mataku tak berhenti mengalir, mengutuk kemalangan nasib yang selalu menimpaku tanpa belas kasih sedikitpun Mengasihani diri sendiri

Tak ada lagi yang bisa aku banggakan lagi sekarang, satu satunya harta yang aku miliki selama ini hanya keluargaku Sekarang semua pun harus direngut dariku Sungguh hidup ini tak adil, tak memihak padaku Segala hinaan dan cercaan yang aku dapatkan sejak aku masih kecil, karena kemiskinan yang melilit masih bisa aku abaikan dengan tersenyum getir, tak mendapatkan banyak teman serta mainan bisa aku terima dengan lapang dada, setiap hari berkeliling kampung membawa kue untuk dijual, walau harus menebalkan muka setiap bertemu dengan teman teman sekolah yang memandangku dengan tatapan iba, atau menghina, ataupun pandangan salut, semua itu tak penting bagiku asalkan aku bisa melihat emakku tersenyum, asalkan bisa membantu meringankan beban emak apapun akan aku jalani

Kenapa perempuan yang mengaku ngaku sebagai ibu kandungku itu harus datang, setelah ia meninggalkan aku bertahun tahun, setelah ia membuangku, seenaknya sekarang ia ingin mengambilku kembali, apakah ia pikir aku ini patung yang tak punya hati, seenaknya ia bisa memindah mindahkan aku dimanapun ia suka, apakah ia pikir aku akan begitu saja menuruti keinginannya untuk tinggal bersamanya Aku sangat membenci perempuan itu, dari awal aku melihatnya aku sudah tidak menyukainya

Aku tak akan mau mengikutinya, aku tak akan mau Bagiku tak ada emak yang lain, sampai matipun aku hanya punya satu emak Yang telah membesarkan aku selama ini, yang aku sayangi Walaupun aku tak mempunyai satu titik pun darah emak yang mengalir dalam tubuhku, walau kenyataan ini tak dapat diubah meski aku menukarnya dengan nyawa sekalipun

Memikirkan hal ini membuat aku menangis terisak isak, sungguh serasi sekali aku saat ini dengan keadaan tempat aku bersembunyi Pekuburan yang sunyi, menguarkan aroma suram, sesuram hatiku

Pekuburan yang begitu sunyi dan tenang, tak membuat aku merasa takut lagi, ada yang lebih membuat aku takut saat ini ketimbang hantu Aku takut menghadapi kehidupan yang menantiku ke depan nanti, aku takut aku tak mampu mempertahankan hidup, aku takut goncangan jiwa membuat aku melakukan hal hal yang buruk Aku lebih takut jika aku akhirnya berbuat nekat karena aku sudah tak sanggup lagi menjalani hidup

Lelah pikiran serta perasaanku membuat sekujur tubuhku terasa lemas Kekuatan seolah olah sudah menguap dan hilang dari diriku

Yang terpikir saat ini hanyalah pergi sejauh jauhnya dari dunia, meninggalkan semua kesakitan yang selalu setia menemaniku Meninggalkan nasib buruk yang seolah olah telah lekat dan menjadi bagian dalam hidupku

Tiba tiba aku jadi kangen dengan ayah Sosok yang cuma sebentar aku kenal, yang telah pergi sebelum aku sempat mengenalnya lebih dalam

Ayah yang mungkin andai saat ini masih hidup pasti akan menyayangiku, sebagaimana seorang bapak yang menyayangi putranya

Aku memang tak mengenal ayah

Wajah ayah hanya aku ingat sekilas, wajahnya hanya aku kenal dari foto foto kenangan yang disimpan emak dengan rapi, seolah olah itu adalah harta yang tak ternilai harganya

Andai beliau masih ada, tak mungkin keluarga kami akan hidup dalam belitan kemiskinan seperti sekarang

Mungkin ia akan mempertahankan aku, tak akan mengizinkan siapapun yang mencoba coba untuk mengambil aku dari keluarganya

Entah mengapa aku merasa begitu rindu akan sosok ayah Walaupun sekarang aku tahu kalau ayah yang aku kenal selama ini Meskipun cuma dalam hati serta memori indah di celah terdalam hatiku, bukanlah ayah kandung seperti yang selama ini aku pikirkan

Aku hapal posisi kuburan ayah

Setiap lebaran biasanya emak dan ayuk ayukku mengajak aku nyekar di kuburan ayah

Aku merangkak perlahan menggeser posisiku yang tadi meringkuk bertopang lutut kemudian aku berdiri, daun kering menempel pada celana pendek yang kupakai

aku tak perdulikan, rasa gatal terkena perdu dan semak tak ku indahkan lagi Pelan pelan aku berdiri dan berjalan menuju ke kubur ayahku

Kuburan yang tak disemen, hanya sebuah nisan usang dari kayu bertuliskan nama ayah

Rumput liar tumbuh menyemaki seluruh permukaan kuburnya Batang kamboja setinggi puncak kepalaku sedang berbunga Melati menguarkan aroma harum menusuk hidung

++++

kembang rose yang berbunga jarang yang dulu aku ingat waktu aku masih kelas tiga sekolah dasar, aku tanam bersama yuk yanti Sekarang sudah tumbuh dengan liar, nyaris menyamarkan kubur ayah Kuburan yang tak terawat serta terbengkalai

Emak dan ayuk ayukku terlalu sibuk berusaha agar dapur tetap berasap, bukan sengaja mengabaikan kuburan ayah

Aku berlutut dan menangis lagi dikubur ayah, ku tumpahkan semua rasa sesak dalam hati, aku ceritakan segala gundah seolah olah ayah bisa mendengar segala keluhanku Kubiarkan air mata tumpah menetes diatas tanah berumput yang basah karena embun Entah berapa lama aku membiarkan posisiku duduk tengkurap dengan pipi menempel pada gundukan tanah kuburan ayah Entah berapa banyak airmata yang tumpah seiring curahan perasaanku pada ayah hingga aku akhirnya tak sadar lagi telah tertidur

Suara sayup sayup memanggilku dari kejauhan membuat aku terbangun, dengan kepala yang terasa sakit, aku menegakkan badan Terdengar suara langkah kaki orang ramai yang semakin dekat sambil berteriak memanggilku, sorotan lampu senter simpang siur menimpa pepohonan, lalang dan rumput, aku cepat cepat beringsut sembunyi dibalik semak semak, agar mereka tak bisa menemukanku

“RIO !!!”

“RIO “

“RIOOO !!!”

bersahut sahutan suara teriakan memanggilku, memecah keheningan di malam yang gelap, titik air hujan mulai jatuh rintik rintik, mengenai wajah dan tubuhku, bajuku sudah mulai basah, gemetaran antara takut dan dingin

Sementara itu orang orang yang mencariku sudah semakin dekat dengan tanah pekuburan

Aku mendengar suara emak dan ayuk yanti, sempat hatiku luluh saat mendengar teriakan emak yang terdengar parau, namun ego serta kemarahan membuat aku mengurungkan niat untuk keluar dari tempat aku sembunyi

“rio Kemana kamu nak ?”

betapa memilukan suara emakku

“dek Pulang lah dek Kasian emak Dek Dimana adek Hujan sekarang dek ?”

teriak yuk yanti Aku tahu pasti sekarang ia lagi menangis dari suaranya yang kudengar

Semakin mereka dekat, aku makin merapatkan tubuhku tak berani bergerak, seolah olah maling yang takut dikejar massa

Tak lama setelah langkah mereka menjauh dan suara mereka tak lagi terdengar, baru aku berani keluar dari persembunyianku

Terus terang hari ini aku tak mau mendengar apa apa lagi, aku belum siap pulang ke rumah, penjelasan emak hanya akan membuat aku makin hancur, ini saja aku sudah kehilangan semangat hidup

Bukan aku tak kasihan dengan emak, walaupun aku tahu aku bukan anak kandung emak, bagiku emak lah ibuku tak akan tergantikan dengan siapapun

Itulah yang membuat aku begitu kecewa, aku benar benar sayang dengan emak, aku begitu menghormati beliau, tak dapat aku katakan betapa besar rasa sayangku, namun ternyata emak bukanlah emak kandungku sendiri, aku hanyalah seorang anak yang tak diinginkan oleh ibu kandungku sendiri, anak yang dibuang Aku merasa begitu kecil sekarang Dari kecil aku tak memiliki banyak teman, anak anak seumuranku, jarang ada yang mau bergaul denganku Karena aku orang susah yang setiap hari berjualan keliling kampung

Aku cuma punya keluargaku, yang selama ini sebagai harta yang aku miliki, namun sekarang aku tak memiliki apa apa lagi Bagaimana aku tidak shock seperti ini

Tetes air hujan semakin membesar, dan lebat, bajuku basah kuyup menambah lengkap penderitaanku

Bibirku menggeletar kedinginan Baru sekali ini aku mengalami penderitaan seperti ini, dengan tubuh gemetaran aku berjalan meninggalkan tanah pekuburan, mencari tempat berteduh

Tanah becek tergenang air yang berkecipak tersiram air hujan bak panah memedihkan mata

Untung saja aku bisa menemukan sebuah pondok tempat orang biasa ronda, walaupun minim tapi cukup untuk tempat sekedar berteduh menhindari air hujan

Aku jadi kangen dengan kehangatan kamarku, tempat tidur walaupun kasur tipis namun nyaman, emak pasti kuatir sekali memikirkan aku, bisa kubayangkan emak gelisah sama seperti yang ku rasakan saat ini Beliau pasti tak bisa tidur, memikirkan aku tak pulang ke rumah Sudah cukup kesusahan emak tanpa perlu aku tambah tambah lagi, aku jadi menyesal telah pergi dari rumah Aku membuat emak jadi sedih, aku tak boleh begini, kasihan emak Bukan salah emak semua ini, tentu saja emak tak menghendaki aku tahu, bahkan selama ini emak menyayangiku lebih dari kedua ayukku Aku sering berantem dengan yuk tina karena masalah itu juga Yuk tina sering marah justru karena ia merasa emak timpang Yang bikin aku jadi heran sekarang, kenapa emak begitu menyayangiku sedangkan beliau tahu kalau aku bukan anak kandungnya

Tentu sulit bagi emak menjaga rahasia ini

Memikirkan ini membuat aku menangis lagi Aku telah menyusahkan emak yang menyayangiku Emak sudah banyak berkorban untukku, apakah ini balasanku pada beliau yang telah membesarkan aku dengan tiap tetesan serta cucuran keringat hingga lelah tak pernah ia rasakan, aku tak boleh memikirkan diri sendiri Aku harus pulang sekarang juga Emak pasti menungguku sekarang Bergegas aku berdiri dan berlari menembus hujan deras, pulang ke rumah

Sampai didepan rumah, ruang tamu masih terang, lampu belum dimatikan, aku mendengar suara emak dan ayuk ayukku disela sela bunyi hujan yang bergemerisik Kuketuk pintu perlahan lahan, seakan akan emak sedang menunggu di pintu, langsung saja terbuka

“riooo !!! ” jerit emak saat melihatku berdiri mematung di depan pintu, dalam waktu sekian detik

Emak dan ayuk ayukku langsung menghambur memelukku, tangisan mereka langsung pecah, kami bertangis tangisan bersama

“masuk rio Anakku Mengapa kamu jadi basah kuyup seperti ini sayang “

isak emak sambil menarikku masuk ke dalam rumah

“tina Cepat ambil handuk untuk adikmu !”

perintah emak pada yuk tina

“iya mak “

buru buru yuk tina ke dapur mengambil handuk untukku

“yanti, ambil baju bersih rio di lemari kamarnya “

emak menoleh pada yuk yanti, segera yuk yanti mengangguk dan bergegas mengambil baju untukku

Emak menuntunku duduk dikursi ruang tamu

Sambil membelai pipi dan rambutku dengan lembut, emak memelukku, aku menangis dibahu emak, aku tak berkata apa apa, demikian juga emak

Segala perasaan sedih dan putus asa perlahan lahan menguap seiring kehangatan pelukan emak

++++

PERTENGKARAN EMAK DAN MAMA

“keringkan dulu badanmu nak, kasian kamu nak kehujanan subuh subuh begini kemana sih tina, kok ngambil handuk aja lama “

emak mendesah prihatin melihat aku yang gemetaran dan menggigil

“makasih mak Maafkan rio ya mak Rio udah bikin emak susah “

aku memenangkan emak, aku berusaha meredakan menggigil yang menggigit, namun sulit

“sudahlah nak, jangan dipikirkan lagi, yang penting sekarang kamu tak apa apa -emak kuatir banget mikirin kamu “

“rio nggak bermaksud menyusahkan emak, rio sayang sama emak, tapi rio tak mau pergi dari rumah ini Rio mau tinggal sama emak Tolong mak Jangan suruh rio pergi dari sini, rio sayang sama emak, rio tak akan menyusahkan emak, rio janji mak Biarlah rio makan sekali sehari, tolong mak Jangan berikan rio sama ibu itu Rio akan bantu emak jualan kue Biarlah rio tak usah sekolah, rio tahu kalau itu hanya menambah beban emak Rio ikhlas tak emak kasih jajan, yang penting emak izinkan rio tinggal sama emak “

aku terisak isak dibahu emak

Emak tak menjawab apa apa, hanya air mata yang melinangi wajahnya, emak menatapku dengan sendu, terbayang penderitaan yang sama dengan yang aku rasakan

“mak kenapa diam jawab mak, rio tak mau kehilangan emak “

aku meratap mengharapkan emak menjawab walau hanya sepatah kata “iya” atau “tidak”

namun emak hanya diam saja sambil terus mengusap usap punggungku

Sementara itu yuk yanti kembali sambil membawa baju gantiku

“nih mak bajunya “

yuk yanti mengulurkan baju kaus dan celana pendekku yang terlipat rapi di tangannya

“tina mana yanti? Kok ngambil handuk gini lamanya, kasihan adikmu udah menggigil kedinginan dari tadi, tiap kali disuruh selalu lama !!”

kata emak sedikit kesal

“loh Dari tadi ia belum balik juga, emangnya dimana ia ngambilnya, di jakarta ya?

Yuk yanti keheranan

“coba kamu aja yang ambil !!”

perintah emak, aku menegakan badan sambil menggeletar kedinginan

Yuk yanti langsung menyusul yuk tina kedapur

Tiba tiba aku merasa sesuatu yang hangat sedang menjilati kakiku, aku merunduk ke bawah, rupanya si merah yang menjilatinya, aku angkat si merah ke pangkuanku, kuelus elus bulunya yang tebal dan lembut, seolah olah mengerti dengan kesedihan dalam hatiku, si merah tak meronta, dengan jinak ia menyelusupkan kepalanya di sela sela tanganku, menjilati tanganku yang berkerut karena dingin

Tak lama kemudian yuk yanti dan yuk tina keluar dari dapur menghampiri aku dan emak sambil membawa handuk biruku

“nih dek, keringin badannya Ntar keburu sakit !”

perintah yuk yanti sambil memberikan handukku

Segera aku ambil, karena memang aku sudah tak tahan lagi kedinginan, ku buka bajuku yang basah lalu ku lap dengan handuk seluruh tubuhku hingga kering

Setelah berganti dengan baju dan celana kering, rasanya lebih nyaman, tak lagi menggigil, sementara itu yuk tina, yanti dan emak cuma mengamati aku seolah olah aku orang asing dirumah ini

“sekarang tidurlah dulu nak Istirahat dulu, sudah jam empat subuh !”

emak berangkat dari duduknya, tersenyum padaku dengan senyum lemah, seolah dipaksakan

“mak Boleh rio tidur sama emak nggak?”

tanyaku ragu ragu

Emak menatapku seolah olah barusan yang kukatakan tadi itu kata kata terlarang

“kenapa mak Rio nggak boleh tidur bareng emak malam ini mak?”

aku mengulangi pertanyaanku pada emak untuk meyakinkannya lagi

Seolah baru tersadar, emak tersentak, kemudian buru buru tersenyum padaku

“tumben rio mau tidur bareng emak “

“boleh ya mak?”

tanyaku agak ragu karena melihat ekspresi wajah emak yang bimbang

“boleh nak, kamu tidurlah dulu nanti emak nyusul

Mendengar kata kata emak, aku senang sekali

“aku juga tidur sama emak ya “

tiba tiba yuk tina membuka suara

“aku juga ya mak !”

yuk yanti ikut ikutan

Emak memandangi kami semua, kemudian tersenyum dan menganggukan kepala

“baiklah, kita tidur bersama sama hari ini “

ujar emak, lalu bertiga aku dan kedua ayukku ke kamar emak

Saat berbaring aku merasa ada yang lain dalam hatiku, suatu perasaan yang tak bisa aku ungkapkan dengan kata kata, aku merasa seolah olah ini adalah kali terakhir aku bisa menikmati saat saat seperti ini

Yuk yanti dan yuk tina sudah tertidur, emak masuk dan langsung berbaring di sampingku, aku pura pura tidur, ku rasakan keningku dicium oleh emak Setetes cairan hangat jatuh diatas keningku Emak menangis Tapi tangisan tanpa suara

Entah karena memang aku sudah terlalu mengantuk, atau aku terlalu lelah, tak lama kemudian aku tertidur

+++

aku terbangun kesiangan, saat aku melirik jam dinding, ternyata sudah pukul sebelas siang, tubuhku menggigil tak karuan, kepalaku berdenyut denyut, kerongkonganku kering, pokoknya benar benar tak nyaman Saat mau beranjak dari tempat tidur, tubuhku terasa begitu lemah, seolah olah kekuatanku menguap entah kemana, kupanggil emak, namun suaraku seperti tertahan dikerongkongan, hanya seperti bisikan parau yang keluar

“mak Emak !”

aku terus memanggil emak, mau pingsan rasanya saking haus yang ku rasakan, mau berdiri tak bisa, pandanganku makin kabur

Untung saja emak mendengar, bergegas ia masuk ke kamar dan menghampiriku

“ada apa nak ?”

tanya emak dengan kuatir saat melihatku

Emak mendekatiku, kemudian meraba keningku, mata emak terbelalak

“mak Haus “

ujarku dengan susah payah

“astaga rio Tubuhmu panas sekali Kamu demam nak “

emak terlihat begitu panik, buru buru ia menyelimutiku hingga sebatas leher

Kemudian emak keluar kamar, kembali lagi dengan membawa segelas besar air putih

“minum dulu nak “

emak membantuku duduk, kemudian menempelkan bibir gelas ke mulutku, segera aku minum, namun air yang mengalir lewat tenggorokanku, seolah olah bagaikan duri yang menyakitkan Langsung ku dorong kembali gelas itu, emak menatapku penuh tanda tanya Aku cuma menggelengkan kepala dengan berat, seperti mengerti, emak langsung meletakkan gelas di atas sandaran dipan tempatku tidur Lalu membaringkan aku lagi

“tunggu sebentar nak, emak mau beli obat dulu ke toko Kamu jangan banyak bergerak dulu “

kata emak dengan cemas Aku cuma mengangguk pelan

Emak meninggalkanku sendirian, sekitar sepuluh menit, emak kembali masuk sambil membawa mangkuk plastik berisi air dan saputangan handuk Kembali emak membantuku duduk, memberikan sebutir obat padaku, aku menelan obat itu dengan bantuan emak serta segelas air Kemudian aku baring lagi

Emak mengompres keningku Aku memejamkan mata, rasanya otakku bagaikan tertusuk jarum, menarik nafaspun susah, bagaikan ada yang menekan dadaku serta menutup hidungku

Lama sekali emak terus mengompresku, hingga aku tertidur lagi

Aku terbangun karena mendengar suara ribut ribut yang berasal dari luar kamar, mungkin diruang tamu, suara yang sangat asing bagiku, selain suara emak dan ayuk ayukku

++

Seperti ada beberapa orang yang sedang memarahi emak, dengan susah payah aku berangkat dari dipan emak, aku berjalan walau terasa pusing dan pandanganku kabur, walau sulit, akhirnya aku bisa berjalan hingga pintu kamar

Dari balik tabir, ku melihat emak sedang menangis, sementara kedua ayukku memeluk emak, ibu yang waktu malam itu datang, ada disitu Bersama dua orang lelaki dewasa

“ayuk tak bisa menjaga anakku, kenapa sampai ia sakit seperti itu Kenapa dibiarkan saja ia berhujan hujanan di tengah malam !”

teriak ibu itu dengan nada tinggi

“kami juga sudah berusaha mencegahnya, tapi rio berlari sangat kencang, tina dan yanti sudah mengejarnya, namun mereka berdua tak bisa menyusulnya Tolong jangan salahkan kami seperti itu mega !”

emak membela diri, sementara itu yuk tina tanpa rasa takut sedikitpun langsung berdiri dan berkacak pinggang, dengan emosi, yuk tina balik memarahi ibu itu Ibu yang aku tahu adalah ibu kandungku

“bu Tolong sopan sedikit ya ! Ibu mana tahu dengan keadaan kami, ibu hanya tahu bersenang senang Sementara kami disini sedang ada masalah, gara gara kedatangan ibu Setelah ibu meninggalkan rio begitu saja tanpa kabar, sekarang seenaknya saja ibu mau mengambilnya Apa ibu tak punya hati ?”

tantang yuk tina berapi api dengan penuh emosi

Yuk tina memang agak temperamental, ia tak kenal takut, walaupun ia tahu orang itu lebih dewasa dan kuat, selama ia merasa benar, maka yuk tina tak akan gentar sedikitpun

Melihat perlawanan dari yuk tina, wajah ibu itu langsung berubah merah padam

“hei ! Jaga mulutmu ya Pernah diajari nggak sama emakmu itu ? Kamu itu perempuan, apa kamu pikir bagus kelakuanmu itu?”

balas ibu itu tak kalah sengit

Kedua pria yang bersamanya cuma duduk melihat tanpa bersuara sedikitpun

Kepalaku makin pusing, aku kasihan melihat emak yang cuma bisa diam, aku ingin membela emak, tapi aku tak bisa, karena entah mengapa aku merasa pandanganku makin kabur, dan tubuhku seolah melayang layang

“emak selalu mengajari kami yang baik baik Tapi kami juga tak akan tinggal diam kalau ada yang menghina kami Jangan ibu pikir mentang mentang ibu banyak duit, ibu pikir bisa seenaknya saja memperlakukan kami Justru ibu itu yang tak sopan, datang ke rumah orang marah marah Kayak orang tak berpendidikan !”

maki yuk tina makin meradang

“tina cukup !!, jangan tak sopan sama orang tua “

sela emak diantara isakannya

“nah Betul kan Kamu memang anak tak tahu adat Emak kamu sendiri juga bilang kamu tak sopan Dasar anak kurang ajar “

balas ibu itu dengan melecehkan

Yuk tina menatap emak dengan pandangan terluka, seolah olah kata kata emak tadi telah membuat ia sakit hati Emak sepertinya sadar akan hal itu, buru buru emak membela yuk tina

“mega Kamu yang harusnya sadar diri, jangan mentang mentang kamu merasa berada diatas angin, kamu jadi bisa memperlakukan kami seenaknya Ingat dulu, siapa yang datang ke kami, siapa yang meminta tolong dalam keadaan susah dulu, saat kamu tak punya apa apa Saat mertua kamu tak menerima kamu, kamu mengemis meminta belas kasihan pada kami, ingat mega !!! Ternyata kami sudah menolong macan terluka, yang akhirnya menggigit kami Kamu kira kamu sudah baik, kamu itu benar, kamu memang tak tahu terima kasih Jangan kamu pikir mentang mentang kamu sudah punya banyak uang, sudah sukses, kamu bisa begitu saja memperlakukan kami dengan hina !”

semprot emak dengan emosi, membuat ibu itu terkejut, mungkin ia tak mengira kalau emak juga bisa berkata kasar

“eh Yuk Berapa sih kerugian ayuk dulu Bilang saja berapa Aku bayar sekarang Aku juga terpaksa minta tolong sama kalian itu Kalian pikir aku suka ya kalian tolong, kan dulu kamu juga yang memaksa aku tinggal dengan kalian Sebelum pergi aku sudah bilang kalau aku akan kembali lagi untuk menjemput anakku Kenapa sekarang kalian malah marah marah Seharusnya kalian senang, kalian itu sudah susah Aku cuma mau membantu meringankan kesusahan kalian Aku cuma mau mengambil rio kembali Dia itu anak kandungku, coba kalau ayuk yang berada pada posisiku sekarang Apa yang ayuk rasakan Berpisah bertahun tahun dari anak kandungnya sendiri Merasa bersalah karena telah meninggalkan anak sendiri, setiap hari cuma memikirkan apa nasibnya, apakah ia baik baik saja Sudah cukup makan belum Apa ayuk begitu egoisnya Menyeret rio dalam kesusahan Padahal ayuk tahu kalau aku bisa memberikan kehidupan yang lebih baik pada rio Memberikan pendidikan yang lebih baik untuknya Apa ayuk tega melihat rio berjualan setiap hari Memakai pakaian jelek Tak mendapatkan uang jajan cukup, tak mempunyai apa apa Ayuk jangan kuatir Setiap sen yang ayuk keluarkan untuk rio akan aku ganti semua Bahkan dua kali lipat dari itupun akan aku berikan Aku tak mau bertengkar seperti ini, aku meminta rio baik baik, tapi kenapa kalian malah bersikap seperti ini ?”

tantang ibu itu tak mau kalah

Aku muak sekali mendengarnya Kata kata ibu itu membuat aku merasa semakin tak menyukainya , malah aku menjadi bertambah benci kepadanya

“ibu itu sadar apa pingsan sih Ngomong itu dipikir dulu bu Jangan mencari cari kesalahan orang lain dong !”

timpal yuk yanti yang sedari tadi cuma diam

+++

aku tahu yuk yanti pasti sangat kesal sekali, biasanya yuk yanti tak pernah seperti itu, yuk yanti sangat menghormati orang yang lebih tua Mungkin yuk yanti sudah tak bisa lagi menahan rasa kesalnya saat mendengar kata kata ibu itu, yang tak bermutu sama sekali

“eh Ini lagi mau ikut ikutan Memang kalian itu tak sopan semua Aku tak mau rio berada disini, bisa bisa nanti ia tumbuh menjadi anak yang tak sopan juga seperti kalian “

balas ibu itu makin meradang karena merasa di keroyok

“kalau kamu tak memulainya mega, tak mungkin anak anakku tak sopan padamu, aku sangat mengenal anak anakku, biasanya mereka menaruh hormat pada orang yang lebih tua, tapi kelakuanmu sendiri tak bisa dikatakan sopan, padahal kamu itu sudah tua !”

emak membela yuk yanti, sambil memberi penekanan pada kata katanya itu

Kenapa sih hari ini bisa seperti ini, biasanya emak tak pernah seperti itu, aku sangat mengenal emak, beliau begitu baik, tak pernah aku melihat emak bertengkar dengan siapapun sebelumnya, emak sangat menjaga hubungannya dengan siapapun, bahkan tetangga tetangga disini mengenal emak begitu baik, emak tak pernah bergosip, daripada emak membuang buang waktu untuk mengurusi orang lain, emak lebih memilih membereskan rumah, ketimbang emak sibuk menceritakan kejelekan orang lain, emak lebih memilih sibuk membuat kue untuk dijual, emak juga tak pernah berlama lama belanja di toko, kalau cuma untuk bergosip dengan ibu ibu disini Orang orang sudah tahu dengan karakter emak, justru mereka menaruh hormat pada emak Mereka segan, walaupun kami tak punya banyak uang, tetangga disini sangat menghargai emak

“yuk Saya malas bertengkar, saya cuma mau meminta anakku kembali dengan baik baik Saya rasa ayuk sudah cukup puas bisa merawatnya selama ini, sekarang giliran saya yang ingin merawatnya Saya ingin anak saya menjadi orang yang berhasil, apa ayuk bisa menjamin bisa memberikan yang terbaik untuk anak saya, sementara keadaan ayuk seperti ini, untuk makan saja ayuk mesti kerja mati matian membanting tulang, ku mohon ayuk pikirkan lagi, jangan egois, ini semata mata demi masa depan rio Kalau ayuk berpikir, pasti ayuk tahu kalau kata kataku ini benar Aku ingin kita baik baik Percuma bertengkar yuk Tak akan menyelesaikan masalah Aku toh bisa aja menempuh jalur hukum, dan aku bisa jamin kalau ayuk tak akan menang, jadi daripada urusan semakin merembet kemana mana, aku minta ayuk ikhlaskan saja aku mengambil kembali anakku Apa ayuk tega dalam keadaan sakit begini, untuk membawanya ke dokter pun ayuk tak punya uang Masa depan seperti apa yang akan ayuk janjikan pada rio Kalau memang ayuk menyayanginya, ayuk pasti tahu apa yang terbaik untuk rio “

tandas ibu itu sambil mengambil tas tangan yang ia letakkan diatas meja, kemudian ia memberi isyarat pada kedua orang pria yang mengikutinya agar berdiri

+++

Ibu itu membuka tas nya lalu mengeluarkan setumpuk uang pecahan sepuluh ribu rupiah dan memberikan pada emak

“bawa rio ke rumah sakit, secepatnya Tolong jangan tolak uang ini Carikan perawatan yang terbaik, aku mau anakku segera sembuh “

ujar ibu itu sambil meletakkan setumpuk uang ke atas meja

Tanpa berkata apa apa lagi, ibu itu berjalan diiringi kedua pria yang bersamanya, keluar dari rumahku, emak bengong demikian juga kedua ayukku, mereka seolah olah kehilangan kata kata untuk menjawab Setelah deruman mobil terdengar meninggalkan rumah, baru emak seperti tersadar dan menangis, yuk tina langsung menghibur emak

“dasar orang sombong, dia pikir dengan uangnya ia bisa melakukan apa saja “

kata yuk tina dengan kesal

“sudahlah tin, kita bisa ngomong apa lagi Ibu rio benar, kita ini orang susah, harus tau diri, ini bukan menyangkut tentang kita, tapi anaknya rio Adikmu Emak juga tak mau kalau sampai terjadi apa apa sama adikmu, kita cuma bisa pasrah sekarang, apapun yang terjadi Mungkin memang sudah saatnya kita melepaskan rio dengan ikhlas walaupun itu sangat menyakitkan !”

emak berkata sambil melamun Seolah olah emak sedang terkena stress

“coba kita punya uang banyak ya mak, kita bisa membayar pengacara, jadi kita tak dihina seperti ini, kita bisa mempertahankan rio “

ujar yuk yanti murung

Mendengar semua itu, tanpa terasa airmataku mengalir, aku kasihan sama emak, aku telah membuat emak kesulitan Aku hanya menambah beban saja bagi emak Aku anak yang tak berguna, tak bisa membantu emak Semua masalah berawal dariku Kalau saja tak ada aku dirumah ini, pasti emak tak akan mendapat hinaaan seperti ini

Emak mengambil uang yang ada diatas meja, lalu memberikan pada yuk yanti

“kamu pegang uang ini yanti, untuk membawa rio ke dokter Emak terpaksa menerimanya, karena memang emang tak punya uang untuk membawa adikmu berobat Emak ingin sekali bisa membayar sendiri biaya adikmu, tapi kalian juga tahu bagaimana keadaan kita Maafkan emak ya tina, yanti Emak tak bisa membuat kalian bahagia “

ucap emak murung nyaris berbisik, pada yuk tina dan yuk yanti

“mak jangan ngomong begitu Yanti bahagia kok mak Walaupun tak berlimpah uang, tapi aku senang menjadi anaknya emak Kebahagiaan kan tak bisa digantikan dengan uang mak “

yuk yanti menghibur emak, sambil mengurut bahu emak dengan lembut

“iya mak Tina juga begitu, tina minta maaf selama ini sering bikin emak susah Tina bahagia bersama emak, tina janji akan lebih mendengarkan kata kata emak Yang penting kita bisa berkumpul bersama sama mak “

timpal yuk tina dengan wajah berlinang air mata

Emak tersenyum walau saat ini beliau sedih, emak merangkul kedua ayukku Bertiga mereka berpelukan dengan penuh kasih sayang Aku mundur perlahan, dadaku terasa sesak, kembali perasaan asing menyergap Dingin menjalar keseluruh tubuhku Hingga membuat ku menggigil

Aku merasa asing ditengah tengah keluarga ini

Lututku lemas, tak bisa menopang lagi tubuhku hingga ambruk terjatuh menggelosor ke lantai, aku memanggil emak, namun suaraku tak keluar Sementara kepalaku makin sakit, terasa ditusuk tusuk jarum, aku mengerang kesakitan Hingga akhirnya aku tak sadar apa apa lagi

Sempat aku mendengar yuk yanti menjerit sambil mengoyang goyang tubuhku Setelah itu tubuhku menjadi ringan seolah melayang dalam kegelapan yang pekat

+++

aku membuka mata perlahan, terasa silau, hingga aku harus memicing untuk menghindari perih

Tanganku sedang di genggam oleh emak, yuk tina berdiri disisi tempat tidur sambil tersenyum padaku

“udah agak mendingan dek ?”

tanya yuk tina memastikan keadaanku

Aku menggelengkan kepala, memaksakan senyum pada yuk tina dan emak

“sakit nak ?

Tanya emak sambil memegang tanganku yang terkena infus

“nggak mak Cuma tubuhku agak kedinginan “

jawabku dengan susah payah, aku tak mau membuat emak semakin kuatir memikirkan keadaanku

“mak Aku tak mau ikut ibu itu “

ucapku dengan lirih Namun emak langsung menyentuh bibirku dengan ujung jari telunjuknya

“sst Jangan berpikir yang berat berat dulu nak Yang penting kamu harus sembuh dulu, hal itu bisa kita bahas nanti “

jawab emak pelan, emak menatapku dengan murung, seolah olah beliau merasakan kegundahan yang saat ini melilit hatiku

“rio tak apa apa mak Rio takut, kalau emak emang sayang sama rio, jangan biarkan ibu itu membawa rio “

aku bersikeras mempertahankan keinginanku pada emak

“iya nak, emak pun mau rio tetap bersama emak, kita menjalani hari hari seperti biasa, selalu bersama sama, makan tak makan selama kita tak terpisah, itulah yang membuat emak bahagia “

“iya dek Betul kata emak, kita pasti akan tetap bersama sama, adek tidak usah kuatir, ayuk akan berusaha keras mempertahankan adek, ayuk juga tak rela kalo adek sampai pergi dari rumah, kita selama ini selalu bersama dan akan tetap begitu “

tambah yuk tina sambil mendekat padaku dan membungkuk hingga posisi kepalanya lebih dekat denganku

“ayuk janji ya Yuk, maafkan selama ini rio sering berantem sama ayuk Rio sebenarnya sangat sayang sama ayuk Bagi rio, yuk tina dan yuk yanti adalah kakak paling hebat, yuk tina cantik Rio bangga punya ayuk kayak yuk tina “

“ayuk juga bangga punya adek kayak rio, adek baik sama ayuk, justru selama ini, ayuk lah yang sering marah marah tanpa alasan sama adek, ayuk udah sering nyakitin perasaan adek “

balas yuk tina sambil memegang tanganku yang tak terinfus Aku tersenyum sama yuk tina

TOK -TOK TOK suara pintu di ketuk dari luar, serempak kami menoleh kepintu, sesosok kepala menyembul dari balik pintu melongok ke dalam kamar rupanya si erwan

“masuk nak erwan “

kata emak sambil membuka pintu lebar lebar, mempersilahkan erwan masuk

Rupanya erwan tak sendirian, ada mamanya juga ikut bersamanya masuk ke dalam, ia membawa bungkusan di tangannya

Mama erwan menyalami emak, lalu ia menyuruh erwan meletakkan bungkusan itu ke atas meja di samping ranjangku

“gimana sobat, udah mendingan Tadi aku bingung kamu nggak masuk, mana nggak ada kabar, pulang sekolah aku ke rumahmu, nggak ada siapa siapa, tetanggamu yang bilang kalau kamu dibawa kerumah sakit “

jelas erwan lalu duduk disisi ranjang

“makasih ya wan Kamu memang baik “

“tuh aku bawa roti, cokelat dan buah Dimakan ya sobat, biar cepat sembuh ”

“iya sobat Terimakasih banyak Kamu datang aja aku udah seneng banget, tapi dibawa buah buahan juga aku nggak nolak, seneng banget “

aku bercanda biar erwan tak terlalu kuatir

“gimana sih kok bisa sakit kayak gini Padahal baru aja kemarin kita sama sama ke kantin, kamu sehat sehat aja Muka kamu juga pucat banget, kayak lagi ada masalah besar aja “

selidik erwan memandang wajahku dengan tajam

“nggak kok wan, kemarin aku berhujan hujanan Jadi aku kena demam “

“loh Seingatku, kemaring nggak hujan, cuma tadi subuh memang hujan Emangnya kamu hujan hujanan subuh subuh Ngapain bro ?”

selidik erwan agak keheranan

Aku terdiam, tak mungkin saat ini aku bercerita pada erwan, karena masalah ini saja sudah membuat kondisiku turun drastis hingga sampai opname dirumah sakit

“nanti aku ceritakan, tapi jangan sekarang ya wan Aku belum siap “

aku berbisik lirih pada erwan, jangan sampai emak dan yuk tina mendengar

“jangan di paksa kalau kamu belum siap Andai kamu nggak mau cerita juga nggak apa apa kok “

balas erwan penuh perhatian

“makasih ya wan “

ucapanku terpotong karena mama erwan menghampiriku Emak berjalan disampingnya

“rio Kok bisa sampai sakit gini sayang “

mama erwan berdiri disamping erwan di tepi ranjang, aku memaksakan tersenyum, walaupun agak berat karena kepalaku sakit

“nggak tau tante Tiba tiba bangun kesiangan langsung badanku menggigil,”

aku menjawab pertanyaan mama erwan

“lain kali lebih teliti kalau jajan, soalnya jaman sekarang banyak makanan yang berbahaya, mengandung zat pewarna yang tak seharusnya ditambahkan dalam makanan, belum lagi musim seperti ini, terkadang panas terkadang hujan tak menentu, itu juga membuat kekebalan tubuh menurun “

nasehat mama erwan keibuan

“iya tante makasih ya tante, rio perhatikan kata kata tante “

aku tersenyum walau susah payah Mama erwan mengangguk puas mendengar jawabanku

Setelah sekitar limabelas menit, mama erwan mengajak erwan pulang, mereka berpamitan Erwan masih sempat menghiburku

“besok aku kesini lagi ngajak rian ya “

mendengar nama rian, aku jadi teringat kami baru saja mulai akrab, dan mungkin kami akan jarang bertemu lagi nantinya Ada perasaan sedih, nasibku sekarang ditentukan oleh ibu itu Kalau ia berkeras membawaku kembali, aku cuma bisa pasrah, karena aku masih usia baru beranjak remaja, belum bisa menentukan nasibku sendiri, sedangkan emak tak punya daya untuk mempertahankan aku

+++

“iya wan Jangan lupa ya Aku tunggu loh “

jawabku lugas

“Sampai ketemu besok sobat “

“iya wan Sampai besok ya “

erwan dan namanya keluar dari ruanganku

Aku melihat mama erwan sempat menyelipkan amplop sama emak, walaupun emak berusaha menolak, tapi mama erwan tetap memaksa, malah langsung menaruh amplop itu di kantong emak Dengan perasaan tak enak hati, emak mengucapkan terimakasih pada mereka

Aku terharu sekali karena keluarga erwan baik sekali sama aku, aku beruntung punya teman seperti erwan, yang selalu ringan tangan membantu orang orang, hanya tuhan lah yang bisa membalas kebaikan mereka

Sedikit dari sekian banyak orang kaya yang masih mau perduli dengan orang susah, mau berbagi

Setelah pintu di tutup, emak kembali menghampiriku

“lapar nak?”

tanya emak dengan perhatian

“nggak mak Lidah rio rasanya agak pahit, nggak pengen makan “

“walau cuma sedikit makan lah nak Emak kupasin apel ya “

tawar emak sambil membuka bungkusan yang tadi dibawa erwan

“terserah emak, tapi temani rio makannya ya mak “

“iya, nanti emak temani”

emak mengambil sebuah apel, lalu mengupasnya pakai pisau lipat, memotongnya dan menaruh ke dalam piring

“yuk tina Kok diam aja Tuh ambil aja buah apa yang ayuk suka, mau makan roti atau cokelat itu juga ada yuk “

aku menawari yuk tina yang wajahnya terlihat sekali sudah begitu capek

Yuk tina cuma tersenyum sambil berdiri menghampiriku

“makasih dek, adek ini sakit kok masih sempat sempatnya mikirin orang lain Nanti kalo ayuk lagi pengen, bisa ngambil sendiri ”

jawab yuk tina sambil mengusap usap rambutku Aku senang sekali yuk tina seperti ini, karena biasanya mana mau ia melakukan hal seperti ini, yang ada juga dia mengatakan kalau aku penyakitan

Tapi kenapa saat saat seperti ini terjadi justru ketika aku sedang mengalami kejadian ini, mungkin semua ada hikmahnya juga, kalau yuk tina tak tahu aku bukan anak kandung emak, mungkin ia tetap tak perduli denganku, walaupun aku menyayanginya

Emak sudah selesai mengupas apel dan buah pir, yuk tina mengambil piring dari tangan emak, lalu menyuapiku

Aku membuka mulut dengan enggan, tapi aku juga tak mau menyia nyiakan kesempatan ini, seumur hidupku baru kali ini yuk tina mau menyuapiku makan

Yuk tina menungguku mengunyah dengan sabar, setelah ia lihat aku berhenti mengunyah, yuk tina menyodorkan lagi sepotong buah Demikian terus sampai aku merasa mual, aku menggelengkan kepala waktu yuk tina mau memberikan lagi potongan buah padaku

“udah yuk Ayuk aja yang ngabisin, aku udah kenyang, perutku mual “

“ya udah jangan dipaksa kalau memang udah nggak pengen “

jawab yuk tina penuh perhatian

Aku bergeser agak duduk, jadi aku tak pegal lagi, karena sudah dari tadi berbaring

Yuk tina duduk dikursi dekat samping televisi, makan buah bersama emak

Sampai suster datang menyuntikku, dan memberikan obat yang membuat mataku mengantuk

Aku tertidur dan terbangun subuh subuh, emak tidur di lantai bersama yuk yanti, beralaskan tikar pandan Aku duduk di ranjang memperhatikan emak

Yuk tina mungkin pulang waktu aku lagi tidur tadi malam

Aku sudah merasa lebih segar, kepalaku tak terasa berat dan tubuhku pun tak menggigil lagi

Aku mau pulang saja hari ini, semakin lama aku dirumah sakit, akan semakin banyak biaya yang harus dikeluarkan, padahal emak bisa memakai uang yang diberikan oleh ibu itu untuk hal lain yang lebih penting

Suster masuk, menyeka tubuhku dengan handuk hangat basah, aku berdiri sementara suster menggantikan seprei tempat tidurku dengan yang baru

Emak dan yuk yanti terbangun dan membereskan tikar serta bantal tempat tadi mereka tidur

Emak masuk kamar mandi mencuci muka Setelah emak keluar, yuk yanti masuk

Aku hampiri emak, melihatku terlihat sehat, emak agak heran

“kok udah berjalan nak Hati hati nanti keserimpet tiang infus “

ujar emak sambil mengambil tiang infus yang aku pegang di tanganku

“mak, rio mau pulang aja “

kataku langsung ke intinya

“mau pulang? Memangnya kamu udah tak apa apa lagi ?”

tanya emak keheranan

“rio udah sehat mak, justru lama lama disini bikin rio tambah sakit “

“ya udah kalau memang mau kamu gitu, nanti kita tanya sama dokter aja, kamu udah boleh belum pulang hari ini “

jawab emak

Aku mengangguk setuju dengan kata kata emak

Setelah suster keluar, aku sarapan pagi dengan nasi putih, dan lauk yang semua rasanya hambar

Sekitar jam sepuluh, dokter yang menanganiku datang, setelah ia memeriksaku, emak mengutarakan maksudku untuk pulang hari ini

Dokter mengizinkan aku pulang, menurut dokter, aku sudah lebih baik Dan boleh pulang

Emak berkemas kemas dibantu oleh yuk yanti, suster melepaskan infus di pergelangan tanganku

Erwan datang bersama rian dan sopirnya, waktu yuk yanti menyelesaikan urusan administrasiku dirumah sakit

Mereka mengantarku pulang

Rian duduk disampingku dalam mobil dibangku belakang

Rasanya aku jadi sembuh sampai tak tersisa sedikitpun sakit kepalaku

Rian menghiburku dengan cerita cerita lucu membuat aku tertawa terpingkal pingkal hingga terlupa semua masalah yang membebani pikiranku dari kemarin

Sampai dirumah aku turun dengan dipapah oleh rian dan erwan Sebetulnya aku bisa berjalan sendiri, tapi aku tak mau melewatkan kesempatan dirangkul oleh rian

Aku langsung dibawa ke kamar, rian dan erwan ikut ke kamar, membantuku berbaring, setelah itu mereka ikut duduk diatas ranjang kamarku yang cuma pas untuk satu orang saja tidur diatasnya

Kami berbincang bincang dan bercanda Yuk tina membuatkan teh hangat dan kue untuk rian dan erwan

+++

Aku belum boleh Hingga sore hari jam tiga, ketika erwan dan rian mau pamit, tiba tiba ibu yang kemarin itu datang kembali, turun dari mobilnya yang mewah, memakai baju yang sangat bagus dari bahan sutera warna salem, sepatunya begitu tinggi, rambutnya pun disasak menunjukkan kalau ia baru pulang dari salon

Saat melihatku berdiri di halaman bersama rian dan rio, ibu itu menghampiriku dan langsung memelukku seolah olah kami sudah begitu akrab Aku mencoba melepaskan diri namun tak bisa, pelukannya terlalu ketat

“rio anakku, sudah sehat kamu nak Mama sampai nggak bisa tidur memikirkanmu semalaman nak Syukurlah Mama sayang sekali sama kamu “

aku tak tahu harus menjawab apa, merasa risih dan rikuh, bisa ku lihat erwan dan rian ternganga melihatku dipeluk perempuan ini Yang dari penampilannya saja sudah begitu beda dengan ibu ibu yang ada disini Lebih mirip dengan style ibu pejabat dalam sinetron dan film Aku mematung bengong tak bisa mengatakan apa apa Rasanya begitu ganjil Sementara itu rian sedang sibuk mengagumi mobil berwarna hitam metalik yang dipakai ibu kandungku

SAAT PERPISAHAN

“rio, betulkah itu Ibu ibu cantik itu mama kandungmu?”

erwan menatapku menuntut penjelasan Aku jadi bingung harus mengatakan apa, terlalu dini mereka harus sudah tau semuanya, sedangkan aku saja masih belum bisa meredakan keterkejutan yang kurasakan

“iya rio Tadi aku dengar sendiri Rio Kamu Anak ibu itu, gila rio ! Ibu itu punya mobil semewah itu Dia pasti luar biasa kaya !”

teriak rian setengah histeris, seolah olah tak percaya dengan ini semua, aku tak perduli seberapa kaya ibu kandungku, ia bukan ibu yang baik untukku, meninggalkan aku selama ini, demi mengejar kekayaan Bukan seperti itu ibu yang aku inginkan!

Aku cuma ingin bersama emak, karena emak dengan segala keterbatasan yang ia miliki, namun mampu membuat aku bahagia, bisa menjadi sosok ibu panutan Salah besar kalau rian pikir aku silau harta

“maaf rian, aku tak perduli berapa harga mobil dan sebanyak apa kekayaan ibu itu Memang betul ia yang melahirkan aku, tapi emak lah satu satunya ibu bagiku “

aku menjawab sedikit ketus sambil menendang kerikil merah yang tergeletak diatas tanah dibawah kakiku

Rian dan erwan saling berpandangan dengan heran, sepertinya mereka berdua agak kaget mendengar kata kataku barusan

Erwan mendekatiku dengan hati hati bertanya

“rio, sepertinya kamu tak bisa menerimanya Aku mengerti kalau kamu nggak mau membahas ini, aku hanya ingin kamu baik baik saja sobat “

“makasih wan, terus terang aku malas membahasnya, mendingan kita jalan jalan aja, malas aku ketemu ibu itu !”

“jalan kemana rio, ini sudah sore “

tanya rian agak heran

“terserahlah, aku cuma tak nyaman kalau ada ibu itu “

“ya sudahlah, kita jalan sekarang !”

erwan memandangku dengan penuh pengertian

Rian mengambil sepedanya dibawah pohon, aku mengikuti erwan yang mengambil sepedanya juga

Tak sampai lima menit kami bertiga sudah berada dijalan, tanpa tau mau kemana

Erwan mengayuh sepedanya menyusuri jalan kecil belum diaspal, melewati pinggiran sungai tempat kami bertiga duduk beberapa hari yang lalu, aku lebih banyak diam, seperti mengerti, erwan dan rian pun ikut ikutan diam

Hari sudah semakin sore, cahaya matahari sudah mulai meredup karena matahari sudah mulai turun

Menurut perkiraanku, ibu kandungku sudah pulang sekarang, jadi aku mengajak rian dan erwan pulang, sebenarnya aku tak enak juga sama mereka Mau bagaimana lagi, saat ini aku sangat butuh teman untuk melupakan sejenak masalahku

Sampai dirumah tepat seperti perkiraanku, tak ada lagi mobil ibuku

Aku turun dari boncengan erwan, menawari kedua temanku ini untuk mampir dulu, namun mereka menolak karena sudah hampir maghrib

Mereka langsung pulang

Setelah mereka berdua pergi, aku masuk kedalam rumah

Yuk tina sedang mencuci piring didapur, emak sedang mandi, sementara yuk yanti kulihat sedang mengangkat baju dari jemuran

“adek darimana aja, tadi emak nyari nyari “

tanya yuk tina saat melihatku

“rio malas yuk ketemu ibu itu, risih rio ia peluk peluk “

aku duduk disamping yuk tina

“mungkin adek belum terbiasa aja Nanti juga pasti adek bisa menyayanginya “

yuk tina menepuk bahuku, tersenyum dengan aneh

“ayuk kok ngomong gitu, emangnya rio mau tinggal sama ibu itu, nggak lah yuk Rio kan tetap tinggal sama emak dan ayuk disini

Protesku sedikit heran juga, kenapa yuk tina bicara seolah olah begitu yakin kalau aku mau tinggal dengan ibu kandungku

Pintu kamar mandi terbuka, emak keluar dengan handuk terlilit dikepala

Begitu melihatku, emak langsung bertanya

“rio ini darimana saja, dicari cari sama yuk yanti tadi Kok keluar nggak bilang bilang sama emak ?”

“malas mak ketemu sama ibu itu “

jawabku singkat sambil mengambil potongan daun pisang yang tergeletak diatas meja, kemudian aku menyobek daun itu seakan akan daun itu bersalah kepadaku

Emak menggelengkan kepala melihat kelakuanku, kemudian emak menghampiriku, menarik kursi lalu duduk disampingku

“rio nggak boleh begitu, dia itu ibu kandungmu, yang sudah melahirkanmu, tadi dia sedih sekali waktu kamu mendorongnya Ia bilang ia kangen sekali sama kamu nak, emak jadi tak tega waktu ia tadi menangis “

aku mendongak menatap emak

Ibu itu menangis Perasaan tadi ia biasa biasa saja waktu aku menolak ia peluk

“rio belum bisa menerimanya mak, rio masih canggung, bagi rio cuma emak lah ibu rio !”

kataku dengan keras kepala

Sekilas aku seperti melihat emak tersenyum senang, tapi cuma sebentar, emak langsung mengubah ekspresi wajahnya

“sebentar lagi kamu ujian, setelah lulus kamu harus melanjutkan ke smu, ibumu sudah mempersiapkan semuanya, ia berencana untuk memasukanmu ke smu favorit di palembang Katanya ia akan membawamu pindah ke palembang nak “

“mak rio nggak mau ikut ibu itu, rio cuma mau tinggal sama emak disini, boleh kan mak?”

aku berharap emak mengiyakan namun jawaban emak sungguh membuat aku terkejut

“sebetulnya emak tak keberatan, tapi rio tau sendiri bagaimana keadaan kita, emak ini orang susah, tak mampu lagi emak untuk menyekolahkan kamu, beban kita sudah semakin berat, emak tak bisa memasukkan kamu ke smu, hanya ibu kandungmu yang bisa mengatasi masalah itu Emak tak mau kamu jadi pengangguran nantinya “

kata emak dengan lembut, namun entah mengapa aku merasa seperti di tolak, emak mengatakan itu berarti emak mengisyaratkan kalau keberadaanku dirumah ini telah menambah beban bagi emak

Batinku menjerit, tak kusangka aku akan mendengar juga hal ini dari mulut emak

Tubuhku gemetaran, dengan gontai aku berdiri, meninggalkan emak dan ayuk ayukku di dapur

Aku masuk kekamarku, kemudian mengunci pintu

Suara adzan di masjid tak aku hiraukan lagi

Ranjang yang sempit cuma cukup untuk aku sendiri, tempat aku berbaring merenungi semua kejadian yang aku alami, mengenang hari hari aku melewati masa kecil hingga sekarang, bersama emak dan ayuk ayukku

Dalam susah dan senang, suka duka, apakah tak lama lagi semua ini harus aku tinggalkan

Sementara hatiku begitu berat untuk melakukannya

Namun aku juga tak mau menjadi benalu yang hanya menambah beban bagi emak

Aku tak ada jalan lain, terpaksa aku pergi dari sini

Meninggalkan emak, yuk tina, yuk yanti dan semua yang aku sayangi Mengawali hidup baru entah dimana, aku akan berusaha untuk menerima, mungkin sudah saatnya aku memutuskannya

Aku akan mencoba untuk mengenali ibu kandungku, walaupun aku tak mengenalnya, namun aku tahu seorang ibu tak akan tega untuk melukai darah dagingnya sendiri

Tak terasa airmataku jatuh

Kenapa aku tak punya pilihan, aku hanya bisa menerima nasib

Terdengar suara ketukan di pintu kamarku, yuk yanti memanggilku untuk mengajak makan malam, tapi aku pura pura tak mendengar, hingga tak lagi terdengar suara yuk yanti Aku bisa mendengar langkah kakinya menjauh dari kamarku

Aku tertidur hingga pagi

Saat aku bangun rumah dalam keadaan sepi, kucari emak didapur tapi tak ada

Kenapa aku bisa tidur seperti orang pingsan

Perutku lapar, untung saja ada makanan diatas meja

Hari ini aku tak jualan, entah kenapa emak tak membangunkan aku

Tak biasanya emak tak berada dirumah sepagi ini, kemana emak? Hatiku jadi bertanya

Apakah mungkin emak yang berjualan sekarang?

Membayangkan emak berjualan membuat aku jadi merasa bersalah, emak sudah tua, kasihan kalau harus berkeliling kampung menjajakan kue

Biasanya itu tugas aku dan kedua ayuk ayukku

Ku letakkan kembali kue yang baru aku gigit sedikit tanpa nafsu, laparku mendadak hilang

Jam didinding menunjukan pukul enam lewat sepuluh menit, aku harus mandi dan bersiap siap ke sekolah

Setelah mandi dan berpakaian, aku duduk diruang tengah menunggu emak

Tak lama kulihat yuk yanti pulang sambil membawa dulang yang telah kosong

Aku langsung bertanya pada yuk yanti

Ternyata betul dugaanku, emak menjual kue keliling kampung, menggantikan aku

Aku tak mengatakan apa apa lagi, sekitar lima menit kemudian yuk tina pulang, kue yang ia bawa masih ada tapi tak banyak, saat melihatku sudah memakai baju sekolah, yuk tina tersenyum

“dek, tunggu ayuk ya, kita berangkat sama sama “

kata yuk tina sambil menaruh dulang diatas meja

“iya yuk, tapi jangan lama lama, sudah siang, takutnya nanti kita telat ke sekolah “

aku menjawab sambil duduk lagi di kursi tamu

Yuk tina langsung kekamar mandi mencuci muka dan gosok gigi

Aku duduk menunggu sambil melihat lihat ke jalan, namun emak belum juga pulang

Yuk tina menghampiriku setelah ia telah siap

“berangkat yuk dek “

ajaknya sambil merapikan rambutnya

“emak kok belum pulang juga yuk ?”

aku berdiri kemudian mengambil tas diatas meja, memakainya ke punggung

“mungkin emak agak siang udahlah nggak usah nungguin emak, pesan emak tadi kita nggak usah nunggu emak “

jawab yuk tina sambil berjalan ke pintu

Aku mengikutinya

“dek nih uang jajan adek, emak nyuruh ayuk yang ngasih ke adek, takut emak lupa “

yuk tina memberikan selembar uang seratus rupiah padaku

Aku mengambil uang itu dengan tangan sedikit gemetar Entah kenapa rasanya aku tak pantas lagi menerima uang dari emak

“ayo dek, nanti kita terlambat !”

yuk tina mempercepat langkahnya Aku mengikuti yuk tina, kami berpisah di perempatan jalan

Sampai disekolah pun hatiku tak bisa tenang

Erwan yang duduk disampingku seperti mengerti dan tak banyak tanya saat melihat aku sedikit murung

+++

Ibu itu menangis Perasaan tadi ia biasa biasa saja waktu aku menolak ia peluk

“rio belum bisa menerimanya mak, rio masih canggung, bagi rio cuma emak lah ibu rio !”

kataku dengan keras kepala

Sekilas aku seperti melihat emak tersenyum senang, tapi cuma sebentar, emak langsung mengubah ekspresi wajahnya

“sebentar lagi kamu ujian, setelah lulus kamu harus melanjutkan ke smu, ibumu sudah mempersiapkan semuanya, ia berencana untuk memasukanmu ke smu favorit di palembang Katanya ia akan membawamu pindah ke palembang nak “

“mak rio nggak mau ikut ibu itu, rio cuma mau tinggal sama emak disini, boleh kan mak?”

aku berharap emak mengiyakan namun jawaban emak sungguh membuat aku terkejut

“sebetulnya emak tak keberatan, tapi rio tau sendiri bagaimana keadaan kita, emak ini orang susah, tak mampu lagi emak untuk menyekolahkan kamu, beban kita sudah semakin berat, emak tak bisa memasukkan kamu ke smu, hanya ibu kandungmu yang bisa mengatasi masalah itu Emak tak mau kamu jadi pengangguran nantinya “

kata emak dengan lembut, namun entah mengapa aku merasa seperti di tolak, emak mengatakan itu berarti emak mengisyaratkan kalau keberadaanku dirumah ini telah menambah beban bagi emak

Batinku menjerit, tak kusangka aku akan mendengar juga hal ini dari mulut emak

Tubuhku gemetaran, dengan gontai aku berdiri, meninggalkan emak dan ayuk ayukku di dapur

Aku masuk kekamarku, kemudian mengunci pintu

Suara adzan di masjid tak aku hiraukan lagi

Ranjang yang sempit cuma cukup untuk aku sendiri, tempat aku berbaring merenungi semua kejadian yang aku alami, mengenang hari hari aku melewati masa kecil hingga sekarang, bersama emak dan ayuk ayukku

Dalam susah dan senang, suka duka, apakah tak lama lagi semua ini harus aku tinggalkan

Sementara hatiku begitu berat untuk melakukannya

Namun aku juga tak mau menjadi benalu yang hanya menambah beban bagi emak

Aku tak ada jalan lain, terpaksa aku pergi dari sini

Meninggalkan emak, yuk tina, yuk yanti dan semua yang aku sayangi Mengawali hidup baru entah dimana, aku akan berusaha untuk menerima, mungkin sudah saatnya aku memutuskannya

Aku akan mencoba untuk mengenali ibu kandungku, walaupun aku tak mengenalnya, namun aku tahu seorang ibu tak akan tega untuk melukai darah dagingnya sendiri

Tak terasa airmataku jatuh

Kenapa aku tak punya pilihan, aku hanya bisa menerima nasib

Terdengar suara ketukan di pintu kamarku, yuk yanti memanggilku untuk mengajak makan malam, tapi aku pura pura tak mendengar, hingga tak lagi terdengar suara yuk yanti Aku bisa mendengar langkah kakinya menjauh dari kamarku

Aku tertidur hingga pagi

Saat aku bangun rumah dalam keadaan sepi, kucari emak didapur tapi tak ada

Kenapa aku bisa tidur seperti orang pingsan

Perutku lapar, untung saja ada makanan diatas meja

Hari ini aku tak jualan, entah kenapa emak tak membangunkan aku

Tak biasanya emak tak berada dirumah sepagi ini, kemana emak? Hatiku jadi bertanya

Apakah mungkin emak yang berjualan sekarang?

Membayangkan emak berjualan membuat aku jadi merasa bersalah, emak sudah tua, kasihan kalau harus berkeliling kampung menjajakan kue

Biasanya itu tugas aku dan kedua ayuk ayukku

Ku letakkan kembali kue yang baru aku gigit sedikit tanpa nafsu, laparku mendadak hilang

Jam didinding menunjukan pukul enam lewat sepuluh menit, aku harus mandi dan bersiap siap ke sekolah

Setelah mandi dan berpakaian, aku duduk diruang tengah menunggu emak

Tak lama kulihat yuk yanti pulang sambil membawa dulang yang telah kosong

Aku langsung bertanya pada yuk yanti

Ternyata betul dugaanku, emak menjual kue keliling kampung, menggantikan aku

Aku tak mengatakan apa apa lagi, sekitar lima menit kemudian yuk tina pulang, kue yang ia bawa masih ada tapi tak banyak, saat melihatku sudah memakai baju sekolah, yuk tina tersenyum

“dek, tunggu ayuk ya, kita berangkat sama sama “

kata yuk tina sambil menaruh dulang diatas meja

“iya yuk, tapi jangan lama lama, sudah siang, takutnya nanti kita telat ke sekolah “

aku menjawab sambil duduk lagi di kursi tamu

Yuk tina langsung kekamar mandi mencuci muka dan gosok gigi

Aku duduk menunggu sambil melihat lihat ke jalan, namun emak belum juga pulang

Yuk tina menghampiriku setelah ia telah siap

“berangkat yuk dek “

ajaknya sambil merapikan rambutnya

“emak kok belum pulang juga yuk ?”

aku berdiri kemudian mengambil tas diatas meja, memakainya ke punggung

“mungkin emak agak siang udahlah nggak usah nungguin emak, pesan emak tadi kita nggak usah nunggu emak “

jawab yuk tina sambil berjalan ke pintu

Aku mengikutinya

“dek nih uang jajan adek, emak nyuruh ayuk yang ngasih ke adek, takut emak lupa “

yuk tina memberikan selembar uang seratus rupiah padaku

Aku mengambil uang itu dengan tangan sedikit gemetar Entah kenapa rasanya aku tak pantas lagi menerima uang dari emak

“ayo dek, nanti kita terlambat !”

yuk tina mempercepat langkahnya Aku mengikuti yuk tina, kami berpisah di perempatan jalan

Sampai disekolah pun hatiku tak bisa tenang

Erwan yang duduk disampingku seperti mengerti dan tak banyak tanya saat melihat aku sedikit murung

Aku jadi kebingungan, pak rahmat guru yang killer, ia suka ringan tangan terhadap murid, sudah beberapa orang temanku yang pernah merasakan di tampar wajahnya oleh pak rahmat

Aku tak mau kalau sampai kena tampar juga olehnya

“rio kurang enak badan pak “

erwan yang menjawab

“betul rio?”

tanya pak rahmat meyakinkan kalau aku memang sakit

“iya pak ”

jawabku pelan, aku tak bohong karena jujur saja kepalaku rasanya masih pusing

“kalau sakit kamu istirahat saja di UKS, percuma saja kamu disini, tak bisa mengikuti pelajaran, malah mengganggu teman yang mau belajar “

ujar pak rahmat penuh perhatian, memang teman teman tahu kalau aku sempat menginap dirumah sakit

“biar aku yang ngantar rio ke UKS pak !”

erwan menawarkan diri

Pak rahmat cuma mengangguk kemudian berdiri menulis di depan papan tulis

“ayo rio “

erwan membantuku berdiri, seolah olah aku tak bisa berjalan kalau tak ia bantu

Sebenarnya aku risih juga, tapi karena didepan kelas, aku tak mungkin menolaknya

Kami berdua keluar dari kelas, berjalan menuju ke ruang UKS

“makasih erwan Tadi aku udah gemetaran “

aku berkata sejujurnya

“tak apa apa rio Aku mengerti kamu lagi ada masalah, paling tidak kamu ceritalah, aku kan sahabatmu, tak perlu kamu merasa sungkan atau malu ”

“maaf ya wan Bukan maksudku bertingkah Tapi aku memang lagi ada masalah Aku butuh ketenangan “

aku meminta pengertian dari erwan

“masalah kemarin itu ya ?”

“iya “

“mamamu mau membawa kamu bersamanya?”

“iya “

“kamu mau ?”

“entahlah”

“kok entah?”

“aku bingung “

“kenapa bingung ?”

“aku tak bisa memilih “

“kamu bisa memilih “

“emak menyuruhku ikut ibu kandungku “

“terus ?”

“aku ragu “

“jadi kamu akan pergi ?”

“kemungkinan “

“kamu pindah dari bangka?”

“bisa jadi “

“kenapa kamu nggak minta sama emak kamu agar diizinkan tinggal bersamanya?”

“emak tak sanggup lagi untuk menghidupiku “

erwan terdiam mendengar jawabanku barusan, langkahnya langsung terhenti

Aku memandang erwan dengan heran

“kenapa wan?”

“jadi kamu akan betul betul pergi?”

erwan mengulangi lagi pertanyaanya tadi

Aku terdiam sejenak sebelum menjawab Aku tahu erwan adalah sahabatku yang terbaik yang aku punya Aku pasti akan sangat kehilangan erwan nanti

“rio Kita ke kantin aja yuk Kita bicara disana “

“sekarang sedang jam pelajaran wan Tadi kita izin mau ke UKS, nanti kamu kena hukum sama pak rahmat !”

tolakku dengan halus

“tak masalah Aku tak ingin melihat kamu kalut seperti ini rio Tentang pak rahmat nanti aku bisa hadapi “

erwan membantah dengan keras kepala

“terserah kamu kalau gitu “

aku mengikuti erwan berjalan menuju ke kantin belakang sekolah

Sampai di kantin, erwan mengajakku duduk di kursi bagian dalam kantin, jadi tak terlihat kalau dari luar

“kamu mau makan apa rio?”

tanya erwan sambil menarik kursi

Aku baru teringat kalau dari semalam perutku belum diisi apa apa Masalah yang aku hadapi ini membuat selera makanku jadi hilang

“kamu pesan aja untuk kamu sendiri Aku lagi gak pengen makan “

“muka kamu pucat, pasti kamu tak sarapan tadi pagi Nanti kamu sakit lagi rio Kan yang repot emak kamu juga “

nasehat erwan dengan sabar

+++

Aku merenung, kata kata erwan itu ada benarnya Akhirnya aku mengalah dan memesan mie goreng pada ibu kantin

“kok kalian nggak belajar Bolos ya?”

tanya bu kantin sok tau

“rio sakit bu, tadi udah diizinkan sama guru ke UKS, tapi karena ia belum makan, aku ajak kesini dulu “

jelas erwan sabar Aku menyender dikursi Melihat suasana sekolah yang sepi

Pohon akasia bergoyang ditiup angin, menjatuhkan bunga berwarna kuning tua ke tanah

Cuaca hari ini sedikit panas, keringat mengalir terus dari dahiku

Ibu kantin berbalik untuk mengambil pesanan kami Sementara menunggu, erwan kembali bertanya padaku

“aku berharap kita bisa kembali bersama di smu nanti rio Tapi sepertinya itu cuma angan angan saja “

cetus erwan dengan pandangan menerawang

“aku juga berharap begitu Tapi keadaan tak memungkinkan wan Emak tak mampu membiayai aku Walaupun aku terus memaksa untuk tetap disini, yang ada aku tak sekolah “

hampir aku menangis saat mengatakan itu

“kalau soal itu, aku bisa ngomong sama mama Kamu kan bisa masuk program anak asuh Atau, kamu kan pintar Siapa tau kamu bisa dapat beasiswa “

erwan mencoba memberi jalan keluar, tapi aku ragu Aku tak mau selalu merepotkan orang, selama ini aku selalu diajarkan emak untuk selalu berusaha Jangan menggantungkan hidup dari kebaikan orang lain

“aku tahu niat kamu baik wan

Tapi tak segampang itu Beasiswa itu tak pasti Iya kalau aku dapat, Kalau nggak gimana?”

aku balik bertanya Erwan langsung terdiam

“nah kamu sendiri juga bingung kan Aku tak mau terlalu tinggi bermimpi Aku takut terjatuh lagi Mungkin ini sudah garis hidupku Aku harus kembali pada ibu kandungku “

aku menghentikan bicara karena ibu kantin menghampiri kami sambil membawa dua piring berisi mie goreng dengan telur

“makasih bu “

kataku pada bu kantin saat ia meletakkan piring diatas mejaku

“bu, es jeruk dua gelas “

ujar erwan sambil menarik piringnya lebih dekat

“jadi kamu sudah bulat benar benar ingin meninggalkan bangka ?”

tanya erwan dengan sedih

“aku bisa apa wan Aku tak mau menambah beban bagi emak Kalau dituruti, sedih hati ini wan Meninggalkan orang orang yang aku cintai “

aku mengaduk aduk mie goreng dengan tidak berselera

“dimakan rio “

“iya wan “

aku menjawab sambil menyuap sesendok mie goreng, lalu mengunyahnya dengan malas Aku tak enak hati sama erwan kalau tak memakan mie yang telah ia pesan

“kalau kamu jadi pergi Jangan pernah lupa padaku ya rio “

suara erwan terdengar agak parau Wajahnya agak menunduk seolah olah sedang mengamati isi piringnya

“mana mungkin aku bisa melupakan kamu sobat Selama ini kamu telah baik padaku Bagiku kamu saudaraku wan Sahabat terbaik yang pernah aku punya “

aku mencoba menghibur erwan, sekaligus menghibur diriku sendiri yang tak yakin apakah nantinya aku mampu menghadapi semua ini

Apakah aku mampu berjauhan dengan emak

Sementara selama ini tak pernah satu haripun emak pergi dari rumah

Aku paling tak bisa ditinggal emak

Aku juga tak yakin nanti bisa bertemu teman sebaik erwan ditempat lain

Sahabat sejati tak mudah di cari

Aku belum bisa membalas kebaikan erwan padaku, walaupun aku begitu berniat

Selama ini aku tak pernah punya rejeki lebih untuk mentraktir ataupun membelikan sesuatu untuk erwan

Aku menghabiskan mie gorengku Lalu minum es jeruk lewat sedotan Kenyang rasanya perutku

“nah gitu dong Baru namanya anak pintar “

erwan menggodaku saat melihat piring di depanku telah kosong

Aku tersenyum lebar melihat wajah erwan yang lucu, aku tahu ia berusaha menghiburku

Erwan menghabiskan minuman dalam gelasnya

“sekarang kita ke UKS Aja Nanti ketahuan sama pak rahmat “

erwan berdiri kemudian menghampiri bu kantin untuk membayar makanan kami tadi

“iya wan, ntar dikira sama pak rahmat, kita berdua sekongkol berpura pura sakit biar bisa menghindari pelajarannya “

aku mengingatkan erwan Jangan sampai ia mendapat masalah gara gara aku

Aku membuka pintu UKS, penjaganya kebetulan temanku juga anak kelas 3c Namanya dewi, begitu melihat aku dan erwan datang Ia langsung berdiri menghampiri kami dan bertanya

“kenapa rio, kamu sakit lagi ya?”

aku mengangguk, dewi menyuruhku masuk kedalam

“aku cuma sedikit nggak enak badan aja kok wi Cuma mau baring sebentar “

cepat cepat aku menjelaskan, begitu melihat dewi membuka lemari untuk mengambil peralatan P3K

“ini ada obat sakit kepala, kamu minum aja dulu agar lebih mendingan, setelah itu kamu tiduran aja Sebentar aku ambilin segelas air putih “

ujar dewi penuh perhatian Anak satu ini memang pantas sekali menjadi perawat

Aku menelan sebutir obat sakit kepala yang diberi oleh dewi dengan bantuan segelas air

Sebenarnya aku paling malas minum obat, tapi sepertinya beberapa hari ini aku harus selalu berhadapan dengan yang namanya obat

Cuma gara gara tadi aku tak bisa menahan suara didalam kelas, aku harus terdampar di UKS

“makasih ya dewi “

aku mengulurkan gelas kosong padanya

Dewi tersenyum dan mengangguk

“sama sama rio Sekarang istirahatlah Aku mau duduk di depan dulu Tirainya perlu aku tutup nggak?”

“tutup aja wi Agak silau sih “

aku melihat ke jendela dari kaca yang sinar matahari bisa menerobos melaluinya

Dewi menarik tirai hingga tempat tidur tak bisa terlihat dari pintu

Erwan berdiri disampingku, meraba keningku seolah olah aku memang betul betul kena penyakit yang parah

“sedikit panas Kamu tidur aja, aku mau kembali ke kelas Nanti aku kesini lagi “

ujar erwan sambil tersenyum lebar Aku ikut tersenyum sambil mengedipkan mata

Setelah erwan pergi aku memejamkan mata, disaat sendiri seperti ini, pikiran yang tadi sempat sirna kembali datang

Aku akan meninggalkan erwan, dia adalah teman yang sangat baik, aku tak mampu membayangkan berjauhan darinya nanti

Erwan sudah banyak membantuku, ia begitu perhatian Sahabat sejati yang pernah aku miliki Mana mungkin aku bisa melupakan erwan Ia akan selalu ada dihatiku Walaupun nanti kami tak bertemu lagi Aku akan selalu mengenang erwan

Aku tertidur sebentar dan terbangun karena sebuah tangan hangat sedang meraba leherku

Begitu aku membuka mata, ada rian dan erwan sedang berdiri sambil memandangku

Aku jadi salah tingkah

“eh sejak kapan kalian berdiri disini Maaf ya aku ketiduran “

aku bangun lalu duduk diatas ranjang

“belum lama kok, kami datang kamu langsung bangun, gimana udah mendingan?”

tanya rian sambil duduk diatas ranjang

Rupanya tadi yang meraba leherku itu rian

“makasih rian, nanti aku pinjam catatan kalian ya Aku tak mau ketinggalan, soalnya kita udah mau ujian Kalau NEM ku kecil, bisa bisa aku nggak lulus “

“santai aja rio Kamu kan pintar, mana mungkin bisa ketinggalan “

hibur erwan

Aku tertawa mendengarnya

“biasa aja kok Aku kan nggak terlalu pintar pintar amat “

“tapi kalau dibandingkan denganku, kamu jauh lebih pintar Justru aku yang takut nggak lulus nanti Soalnya kalau ujian kamu nggak mungkin bantu aku kan “

seloroh erwan ikut tertawa

“gimana nanti kita belajar sama sama Soalnya aku juga ingin lulus “

timpal rian tak mau kalah

“loh Kamu kan biasa ngumpul sama rombongan vendi, kalian kan biasanya belajar sama sama “

aku menggoda rian sambil melirik pada erwan, sembunyi sembunyi mengedipkan mata

Karena satu kelas juga sudah tahu, kalau dulu, vendi pernah nggak naik kelas, seharusnya sekarang ia sudah duduk di kelas satu smu Anak itu selalu mengandalkan harta orangtuanya untuk menutupi kelemahannya dalam belajar

“gila apa Mau belajar gimana sama mereka Tiap hari yang selalu di bahas mobil tamiya, kalau nggak, membahas cewek, motor, mobil, film Bisa bisa isi ujianku nantinya Dash yankuro, saint seiya Mario bross dan mobil mobil keluaran jepang Ingat gak waktu ditanya sama bu irma siapa nama pemain tenis perempuan di indonesia, masak ia jawab yayuk suseno !”

ujar rian sedikit sebal

Aku dan erwan tertawa terbahak bahak mengingat kejadian lucu itu

Waktu itu seisi kelas tertawa mendengar jawaban vendi, termasuk bu irma juga

“eh Kok ribut ribut di UKS sih Ayo keluar Mengganggu aja !”

serempak kami bertiga menoleh ke belakang, rupanya dewi sudah berdiri di belakang kami

“sudah agak baikan rio?”

tanya dewi sambil berjalan menghampiriku

“sudah wi, makasih banyak ya Maaf tadi udah bikin ribut “

jawabku sedikit tak enak hati

“oh nggak apa apa Aku kira tadi rian sama erwan mengganggu kamu yang lagi istirahat “

rian turun dari ranjang saat melihat tatapan mata dewi yang agak berkerut saat melihat ia duduk diatas ranjang

“kenapa, Kamu sakit juga?”

sindir dewi agak mengejek

Rian cengengesan tak jelas sambil buru buru berdiri disamping erwan

“wi aku udah sehat, makasih ya untuk tumpangan tidurnya Sekarang aku mau kembali ke kelas “

aku turun dari ranjang dan berdiri

“ya nggak apa apa Aku juga mau ke kelas sebentar lagi Habis ini giliran rosita yang jaga disini “

ujar dewi sambil membereskan tempat tidur UKS

“perlu dibantu nggak ?”

goda rian sambil memasang senyum mautnya pada dewi

“kalau nggak keberatan sih Aku minta tolong keluar dari sini, soalnya aku mau nyapu !”

balas dewi tak acuh

Aku dan erwan tertawa melihat wajah rian yang langsung berubah dari senyum menggoda menjadi ternganga

“dasar cewek sok !”

gumam rian kesal, untung saja tak terdengar oleh dewi, kalau nggak Bisa bisa sapu yang ia pegang mendarat dipunggung rian

Aku mengajak erwan dan rian keluar dari UKS, kemudian kami bertiga mencari tempat yang teduh dan tenang untuk mengobrol

Rian menunjuk ke pohon akasia didepan lab kimia, kami langsung berjalan dan mengambil tempat dibawah pohon itu

Aku duduk diatas bangku yang terbuat dari sebilah papan tebal Sambil memandangi murid murid dari kelas satu hingga kelas tiga yang sedang menggunakan waktu istirahatnya Ada yang bergerombol didepan kelas, ada yang berjalan hilir mudik sambil makan es, ada juga yang sedang latihan berbaris

“rio Kata erwan kamu mau pindah ya?”

tanya rian tanpa aku sangka sangka

Aku menoleh pada rian dan mengangguk

“kemungkinan Aku juga belum tau “

jawabku pelan

“padahal kita baru mau akrab ya rio “

“kita kan bisa tetap menjadi teman Tenang aja, walaupun jauh nantinya, aku tak akan pernah lupa sama kalian berdua “

aku berpura pura tenang, padahal dalam hatiku bergemuruh tak menentu Aku sangat sedih membayangkan akan meninggalkan mereka berdua

“aku harap juga begitu Aku jadi menyesal kenapa baru kenal kamu sekarang Dulu aku pernah kasar sama kamu Aku minta maaf rio “

kata kata rian membuat aku jadi makin sedih, aku juga menyayangkan kenapa baru mengenal rian, padahal setelah aku akrab dengannya ternyata rian sangat baik, kalaupun dulu ia pernah kasar, aku tak marah, aku sudah memaafkannya

“tak masalah rian Sudahlah kenapa sih jadi pada sedih sedih begini Aku kan bukan mau mati “

selorohku sedikit garing

Rian dan erwan diam

“loh kok malah melamun sih “

aku mengibaskan kedua tangan didepan wajah mereka

“apa apaan sih rio Aku nggak melamun tau !”

sungut erwan sebal Rian cengengesan tak jelas

“rio, kapan kamu pindah?”

rian bertanya sambil mengambil bunga akasia yang terjatuh tepat dibawah tempatnya duduk

“kemungkinan setelah pengumuman kelulusan, soalnya ibuku pasti tau kalau nggak memungkinkan kalau aku pindah sekarang Jadi beliau hanya bisa membawaku setelah aku lulus “

aku menjawab seadanya

“berarti masih satu bulan lebih kita bisa bersama sama “

timpal erwan yang sedari tadi sibuk menggaruk kakinya yang terkena gigit semut yang penuh dipohon akasia ini

“iya Pokoknya tenang aja Aku pasti bilang kok kalau udah mau pergi nanti !”

“kamu pasti lebih senang nanti, soalnya ibu kandungmu itu kaya sekali “

lagi lagi rian membahas tentang kekayaan ibu kandungku

“rian aku udah bilang, tak perduli mau sekaya apapun ibuku, aku tak perduli, coba kamu yang jadi aku Selama ini menganggap ibu yang ada dirumahmu itu adalah ibu kandungmu, ternyata bukan Sedangkan kamu sudah terlanjur mencintainya dan menganggap kalau dialah ibu yang melahirkanmu Kamu tak merasakan betapa sakitnya harus pergi dan meninggalkan orang yang kamu sayangi Apa arti kekayaan kalau kita harus kehilangan orang yang kita sayangi “

“maaf kalau aku membuatmu tersinggung, tapi aku hanya ingin kamu tak merasa apa yang kamu jalani terlalu berat, pasti ada sisi baiknya juga Mungkin saat ini belum kelihatan “

rian masih tetap mempertahankan pendapatnya

Aku tahu kata katanya itu ada benarnya juga, cuma aku yang tak bisa menerima hingga saat ini, aku belum merasakan sesuatu yang membuat hatiku bergetar saat bertemu dengan ibu kandungku

Sampai saat ini aku masih merasa ini seperti satu mimpi buruk

Rian berdiri lalu meloncat menggapai daun akasia, aku hanya duduk memperhatikan apa yang ia lakukan

Sementara erwan cuma diam tak mengatakan apa apa, mungkin ia memang sudah tak tahu harus mengatakan apa lagi

Hingga bell masuk berbunyi, kami tak membicarakan apa apa lagi

********

pulang sekolah, aku langsung kerumah, tak kemana mana lagi, yuk tina sedang makan, ia mengajak aku makan sama sama

Emak sedang di beranda menyerut daun kelapa untuk diambil lidinya

Saat aku sapa emak hanya tersenyum tak seperti biasa kalau melihat aku pulang sekolah, ia langsung menyuruhku makan sekaligus menemani aku makan siang, tapi kali ini emak cuma memberitahuku kalau ia telah memasak lauk kesukaanku

Sebetulnya aku ingin sekali bermanja dengan emak, tapi aku malu, aku takut kalau emak nanti menolak

Rasanya tersiksa sekali dengan keadaan ini

Hingga berhari hari setelah ini, tak ada perubahan, malah aku semakin merasa jauh dengan emak, hanya yuk tina yang semakin akrab denganku

Ibu kandungku sering datang kerumah, membawakan aku makanan yang enak enak, serta pakaian yang bagus bagus

Perlahan lahan aku sudah mulai bisa akrab dengan ibu kandungku

Aku mulai memanggilnya mama Karena memang ia yang memintanya

Walaupun semula aku merasa agak janggal, tapi lama kelamaan aku terbiasa

Kadang kadang ia mengajak aku berkeliling ke tempat tempat rekreasi yang selama ini hanya bisa aku kunjungi dalam mimpi

+++

Beberapa kali mama mengantarkan aku ke sekolah, beberapa teman yang dulunya selalu memandang rendah aku menjadi kaget, mereka tak menyangka kalau sebenarnya aku ini tak jauh beda dengan mereka, tapi aku tak mau terlalu mempersoalkan itu

Biarlah orang menilaiku dengan pendapat mereka masing masing, karena tak mungkin untuk membuat semua orang bisa menyenangi kita Cuma yang pasti sekarang tak ada lagi yang memandangku dengan tatapan menghina lagi Cuma itu yang bisa aku ambil sisi postifnya

Mamaku kembali ke palembang karena ia ada urusan bisnis yang sudah terlalu lama ia tinggalkan

Namun mama berjanji akan kembali untuk menjemputku setelah aku selesai ujian

Dirumah, Aku tak dikasih emak untuk berjualan lagi

Entah mengapa setiap melihat emak berkeliling kampung setiap pagi, hatiku terasa teriris iris, aku tak tega melihat emak yang sudah capek membuat kue, harus berjualan lagi pagi hari

Seberapa keras aku memaksa emak untuk tak berjualan, namun emak selalu menjawab kalau ia sudah terbiasa membuat kue Dan ia tak mau hidup dari rasa kasihan orang lain

Mamaku bukan tak mau membantu, tapi emak selalu bisa menolaknya walau dengan berbagai alasan, hingga aku dan mama menyerah

Tak terasa saat ujian telah tiba, aku, rian dan erwan menghadapi ujian akhir dengan belajar bersama

Kadang dirumah rian, kadang juga dirumah erwan

Setelah satu minggu ujian, kami tinggal menunggu pengumuman hasil ujian dengan jantung berdebar debar

Aku tahu, dengan diterimanya hasil ujianku nanti, itu artinya aku akan segera meninggalkan emak

Meninggalkan rumah ini beserta kenangan kenangan indah yang pernah aku lalui

Erwan dan rian sering main kerumahku, karena kami tidak perlu ke sekolah lagi

Satu hari menjelang pengumuman kelulusan akan tiba

Jantungku semakin berdebar debar, aku takut sekali kalau nilai yang aku peroleh tak sesuai dengan harapanku selama ini

Aku tak mau membuat emak kecewa, walaupun saat ini aku tak seakrab dulu dengan emak, tapi aku masih menganggap emakku adalah emak yang dulu, yang selalu menyayangiku

Yang perduli andai aku sakit, dan ikut risau kalau aku risau

Saat pengumuman kelulusan tiba

Aku bertiga dengan rian dan erwan ke sekolah bersama, untuk mengambil hasil ujian

Begitu hasil di umumkan, ternyata aku memperoleh nilai yang cukup bagus, malah NEM ku urutan kedua terbesar di sekolah

Aku benar benar gembira Tak sabar aku pulang kerumah untuk mengabarkan pada emak

Saat melihat nilai nilaiku, emak tersenyum, namun airmatanya mengalir

Sesaat aku seperti menemukan kembali emak yang aku kenal dulu

Aku mau memeluk emak, namun baru saja aku mau memeluknya, emak langsung meletakkan ijazahku, pura pura tak tahu kalau aku mau memeluknya

Ingin rasanya aku teriak karena kesal

Mengapa emak harus begini, apakah tak ada lagi rasa sayang untukku

Kenapa secepat itu semua berubah, padahal aku tak ingin ada yang berubah

+++

Pesta perpisahan kelulusan sekolah, kelas kami merayakannya dengan berdarmawisata ke pantai, ada tiga mobil bus besar yang cukup untuk menampung dari kelas 3a hingga 3d

Aku memilih bangku disamping erwan dan rian, beberapa teman teman yang lain ada yang membawa gitar

Sepanjang perjalanan kami bernyanyi

Bahagia sekali perasaanku saat ini, namun ada juga perasaan sedih karena akan berpisah dengan semua teman temanku

Perpisahan yang benar benar perpisahan bagiku

Mungkin teman temanku yang lain masih akan saling bertemu lagi di smu, rasanya aku iri dengan mereka

“rio Aku bawa tustel, nanti kita foto foto untuk kenang kenangan ya !”

ujar erwan diantara suara berisik teman teman yang bersenda gurau

“iya wan Aku mau berfoto diatas batu karang, pasti bagus banget, dengan latar air laut serta langit “

jawabku dengan antusias

“kita berfoto bertiga Soalnya aku juga kan sahabat kalian berdua !”

rian nimbrung nggak mau kalah

“tentu saja rian Kita bertiga tak akan pernah terpisahkan, akan selalu menjadi sahabat selamanya Bahkan nanti sampai tua renta “

timpal erwan bersemangat

“tapi aku kan minggu depan mau berangkat ke palembang “

aku mengingatkan mereka berdua Aku sedih mendengar kata kata erwan tadi

“aku tahu rio Tapi kita tetap sahabat, bertiga kita selalu bersatu, walaupun kamu jauh nantinya Tapi akan tetap ada dihati dan ingatan kami berdua “

ujar rian sambil tersenyum, bagaikan dialiri air yang sejuk hatiku mendengarnya

“eh kita udah sampai !”

teriak erwan yang menjulurkan kepalanya keluar jendela

Memang benar kata erwan, kami sudah sampai di pantai matras, mobil bus yang membawa kami berbelok, meninggalkan jalan yang beraspal, menuju ke jalan berpasir putih, suara hempasan ombak terdengar merdu ditelingaku

Pohon pohon kelapa yang menjulang tinggi berbaris ditepi pantai, diselingi dengan pohon cemara pantai yang rimbun

Aku berdiri dari bangku duduk, menunggu barisan teman teman yang turun dari mobil, saling dorong seolah tak sabar lagi bermain dengan air pantai

Erwan dan rio menarik tanganku agar bergegas turun Sambil tertawa kami meloncat turun dari mobil dan langsung berlari menghampiri air pantai

“erwan Aku dapat kulit kerang Lihat nih bagus sekali !”

rian berseru sambil mengacungkan tangannya keatas menunjukkan kulit kerang yang ia pegang

“sini Coba aku lihat !”

erwan berlari kecil menghampiri rian dengan penasaran

“ini masih banyak Wow siput, Bagus sekali, kerucut dan panjang Siput apa sih ini?”

rian merunduk memungut siput berukuran sebesar jempol kaki

Aku menghampiri rian ingin tahu, aku jarang main ke pantai, jadi kurang tau dengan jenis jenis kerang dan siput laut

“mana coba aku lihat ?”

aku mengulurkan tangan, meminta siput itu pada rian

Rian menaruh siput di telapak tanganku

Siput itu rupanya masih hidup, tapi kok mirip udang, malah lengkap dengan capitnya

“rian Siput apa ini Kok nggak kayak yang ada di buku Biologi, nggak lendir, malah mirip udang Padahal cangkangnya betul betul cangkang siput !”

aku tak bisa menyembunyikan kekagumanku, melihat hewan laut yang merangkak diatas tanganku

“kata mama, itu sejenis kepiting, namanya umang umang Ia tak punya rumah sendiri, makanya ia mengambil rumah bekas siput mati ”

erwan menjelaskan padaku sambil mengamati siput itu

“oh jadi ini yang namanya umang umang ya? Pantas saja emak pernah bilang pada yuk tina kalau ia mirip umang umang, waktu yuk tina sering menginap dirumah susi temannya “

rian dan erwan tertawa terbahak bahak mendengar penjelasanku

+++

“ada ada saja kamu ini Eh kamu ada bawa kantong plastik nggak? Mendingan kita mencari kerang dan siput yang unik unik !”

ajak rian sambil mengambil kembali umang umang dari tanganku

“ada, tapi aku taruh didalam tas, tunggu sebentar ya aku ke mobil dulu ngambil tasku “

aku berlari menuju ke mobil, mengambil tas

Setelah itu aku kembali menghampiri mereka berdua

Kami berjalan di bibir pantai sambil memunguti kulit kerang dan siput, aku menemukan bintang laut yang langsung aku masukkan kedalam kantong plastik

Tak terasa hari sudah semakin siang, guru guru yang ikut serta dalam darmawisata memanggil kami, menyuruh semua murid murid berkumpul untuk makan

Kami diberikan masing masing sebungkus nasi dan air minum

Setelah makan, bu irma mengeluarkan tempat es berukuran besar yang berisi rujak buah

Teman temanku saling berebutan mengambil rujak, sampai sampai teriakan bu irma tak ada satupun yang mendengarkan

Semua teman temanku diliputi kegembiraan, termasuk aku, rian dan erwan

Sungguh kenangan yang tak mungkin bisa aku lupakan seumur hidupku

Baru sekali ini aku merasa benar benar gembira dan bisa tertawa lepas

Seakan akan aku tak ingin ini cepat berakhir, berkumpul dalam suasana suka cita bersama semua teman teman sekolah, yang semula di sekolah tak akrab, tapi hari ini seakan akan kami sahabat

Berbagai macam permainan dibuat oleh guru guru untuk menambah meriah pesta perpisahan ini

Saat mentari sudah agak teduh, guru guru mengizinkan kami untuk mandi air pantai Karena ombak tak terlalu besar

Aku menanggalkan baju dan celana panjangku, hanya dengan memakai celana hawai, demikian juga teman teman yang lain

Aku beradu lari dengan teman teman siapa yang lebih cepat menyentuh air pantai

Bermain main dengan air dan ombak, berkejar kejaran dalam air, aku berteriak saat erwan kena bagian untuk menangkap kami, ia mengejarku, aku berlari, namun air pantai yang sebatas pinggang, membuat aku harus bersusah payah menghindari dari kejaran erwan

Aku menjerit antara panik dan senang, rian tertawa terbahak bahak sambil mengolok olok erwan

Erwan nampaknya makin kesal karena belum berhasil menangkap siapapun

Tanpa disangka sangka ia menyelam, menghilang dari permukaan air pantai

Aku menoleh ke segala penjuru, berjaga jaga jangan sampai ia menangkapku, namun karena air laut yang tercampur dengan pasir didasarnya, membuat air terlihat agak keruh, membatasi jarak pandang, hingga sulit sekali untuk menebak dimana posisi erwan sekarang

Aku mundur menuju ke tengah laut, demikian juga teman teman yang lain

Tiba tiba kakiku ditarik dari bawah air

Aku menjerit kaget, secepat kilat kepala erwan muncul dari permukaan air pantai tepat didepanku sambil berteriak teriak kegirangan

Aku kalah Giliran aku yang harus menangkap teman teman yang lain, untung saja tak butuh waktu terlalu lama, aku sudah berhasil menangkap deni, anak 3c yang juga ikut dalam permainan

Kami mandi dan bermain main dengan air pantai hingga puas

Mata kami semua menjadi merah, dan kulitku juga jadi berkerut karena terlalu lama bermain main dengan air

Guru guru berdiri dipinggir bibir pantai memperhatikan kami, mereka ikut tertawa melihat tingkah kami

Hingga menjelang sore, guru guru memanggil kami, memberi isyarat agar kami naik ke darat

Setelah membilas tubuh dengan air tawar, di sungai yang terletak tak jauh dari pantai, kami kembali mengenakan baju dan berkumpul Sudah jam setengah lima sore kami bersiap siap untuk pulang, namun sebelumnya kami mengakhiri dengan berdoa bersama sama

+++
Saat pak hidayat memberikan pidato singkatnya tentang perpisahan, banyak teman temanku yang terharu, terutama yang perempuan

Banyak diantara mereka yang menangis

Bahkan guru guru yang perempuan juga ikut menangis

Aku tak menangis, cuma ikut terlarut dalam keharuan

Apalagi saat kami semua berbaris untuk bersalaman dengan guru, barulah air mataku jatuh

Berpisah dengan guru guru yang selama tiga tahun telah mendidik dan mengajari ilmu yang sangat bermanfaat untuk hari kami ke depan nantinya

Membuat aku tak kuasa menahan kesedihan

Suasana menjadi mengharu biru Ada perjumpaan pasti ada perpisahan

Setelah mengabsen dan mendata kami satu persatu, kami disuruh naik ke dalam mobil, itu untuk menjaga agar tak ada satupun teman kami yang ketinggalan

Dalam perjalanan pulang, kami semua kembali bernyanyi nyanyi dengan riang, seolah olah ingin betul betul mmenikmati setiap detik detik perpisahan ini

Aku tak ikut bernyanyi

Hanya memandang keluar jendela dengan air mata yang mengalir tanpa bisa aku tahan

Mobil mengantarkan kami kembali ke sekolah yang sudah ramai dengan orangtua murid murid yang mau menjemput anak anaknya pulang

Mama rian dan mama rio juga nampak di kerumunan orangtua yang mau menjemput anak anaknya

Aku mengitari pandangan mencari ayukku

Siapa tahu ayuk tina atau ayuk yanti datang membawa sepeda menjemputku

Namun jantungku nyaris copot waktu aku melihat emak sedang duduk di bangku depan kelasku

Emak sendirian tak ada teman bicara, aku betul betul tak menyangka sama sekali kalau emak yang akan menjemputku

Emak pasti berjalan kaki kesini

Aku turun dari bus dan menghampiri emak

Saat melihatku emak langsung berdiri, ia tersenyum seperti dulu dulu, senyum gelisah seorang ibu yang mengkhawatir kan anaknya yang sedang bepergian

Entah apa yang menggerakanku, langsung saja aku memeluk emak

Ia memakai bajunya yang paling bagus, baju yang bagus menurut ukuran kami

Emak balas memeluk aku dengan erat, aku tak perduli dengan puluhan pasang mata yang melihat aku dan emak dengan heran

“bagaimana tadi wisatanya nak Kamu senang kan?”

tanya emak padaku dengan lembut

“iya mak, rio gembira, tapi juga sedih karena akan berpisah dengan teman teman

“sukurlah, emak senang kamu gembira Sekarang kita pulang ya “

ajak emak sambil mengelus rambutku dengan penuh kasih

Aku menganggukan kepala

Aku dan emak berjalan keluar dari gerbang sekolah menuju ke rumah

Tepat didepan sekolah, kami bertemu dengan rian dan orangtuanya yang sedang masuk ke mobil

Rian menawarkan mengantar kami pulang, namun aku menolak, aku ingin berjalan dengan emak, berjalan berdua saja

Aku ingin menghabiskan waktu bersama emak

Seperti saat dulu, setiap bulan ramadhan, aku selalu berjalan pagi dengan emak, saat menjelang lebaran, subuh subuh setelah sahur, aku, emak dan kedua ayukku, berjalan kaki pagi pagi buta, ke pasar pagi, membeli bahan bahan kue, aku biasanya selalu menenteng kantong plastik berisi bahan bahan kue

Mungkin ini adalah jalan kaki terakhir aku bersama emak

Tak akan ada lagi ramadhan dan lebaran bersama emak, tak ada lagi kebiasaan berbelanja perlengkapan lebaran bersama emak

Walaupun cuma dengan berjalan kaki, namun rasa bahagia yang aku rasakan melebihi apapun juga yang ada didunia ini

Emak berjalan sambil memegang tanganku

Berdua kami menyusuri sisi jalan pulang

Aku mengajak emak ngobrol seperti biasanya

Menceritakan pengalaman waktu dipantai tadi dengan semangat

Emak mendengarkan dan sesekali menimpali, kadang kami tertawa

Hingga tak terasa kami telah sampai dirumah

Hari sudah gelap, hampir jam tujuh malam

Lampu rumah sudah dinyalakan

Emak mengajak aku masuk, saat melihat yuk tina, emak menyuruh yuk tina membuatkan teh hangat untukku

Malam itu aku bersama emak dan kedua ayukku berkumpul bersama dan bercerita

Aku benar benar merasa bahagia

Aku berdoa dalam hati pada Allah, agar masa masa seperti ini selalu aku rasakan

Aku berharap bisa terus bersama emak

Aku ingin tinggal dengan emak hingga nanti aku dewasa

Namun sepertinya itu semua cumalah impian yang terlalu mewah

+++

PEREMPUAN YANG MENCURIGAKAN

Aku betul betul tak tahu harus mengatakan apa lagi, semua ini benar benar tak aku sangka, mendapatkan seragam sekolah yang baru, tak sedikitpun terbayangkan akan secepat ini, aku memang sudah menabung agar bisa membeli sepatu dan baju, tapi jumlahnya masih terlalu jauh untuk cukup membelinya saat sekarang

Erwan memang sahabat yang baik, tak kukira ternyata mamanya juga baik, tak seperti orang kaya yang ada di film film selalu jahat

Aku masukan kembali tas, baju, celana dan ikat pinggang ke dalam plastik, kemudian aku jadikan satu dengan bungkusan kotak sepatu

Berkali kali aku mengucapkan terimakasih pada erwan dan mamanya

“tante cuma berharap, kamu lebih tekun lagi belajar, dan tak bosan bosan membantu erwan, karena tante percaya dengan kamu Semenjak akrab denganmu, erwan jadi bagus nilai nya di pelajaran “

Ujar mama erwan lembut sambil memegang bahuku

Aku menganggukan kepala perlahan, aku tak tahu harus ngomong apalagi

“silahkan kalau mau ke kamar lagi, tante juga mau mandi dulu Sering sering lah main kesini temani erwan, dirumah ia kesepian, kalian berdua bisa belajar bersama sama disini pokoknya tak usah sungkan sungkan Tante senang kalau erwan mendapatkan teman yang bisa mengarahkannya menjadi lebih baik “

Mama erwan menutup pembicaraan lalu berdiri dan berjalan menuju ke kamarnya

Erwan mengajak aku kembali ke kamarnya, sekarang sudah jam setengah lima sore, aku tak bisa terlalu lama pulang, soalnya belum mandi Didalam kamar erwan, aku bertanya kenapa sampai mama erwan memberikan padaku alat alat itu, erwan menjelaskan kalau mamanya memang sering ikut program orang tua asuh, jadi sudah terbiasa membagi bagikan pada orang orang kurang mampu perlengkapan sekolah Tapi biasanya yang ia bantu adalah anak anak yang masih di sekolah dasar Erwan yang meminta pada mamanya untuk memberikan padaku baju sekolah ini Kembali aku mengucapkan terimakasih pada erwan Sampai jam lima aku bersama erwan mengobrol dikamarnya, kemudian aku pamit pulang, erwan menyuruh aku menunggu sebentar, ia keluar kamar dan kembali lagi tak lama kemudian sambil membawa bungkusan berisi sosis yang tadi ia suruh pembantunya membungkusnya untuk aku bawa pulang Lalu ia mengantarku keluar kamarnya, tak lupa aku pamitan juga pada mama erwan menyalaminya dan mencium tangannya Mama erwan menyuruh sopirnya mengantarku pulang, sebenarnya aku sudah menolak dan memilih untuk pulang berjalan kaki, tapi erwan dan mamanya tetap memaksa Akhirnya aku pulang dengan diantarkan oleh sopirnya keluarga erwan Sampai dirumah aku turun, kemudian mengucapkan terimakasih pada sopir erwan, sopirnya mengangguk sambil tersenyum kemudian pulang kembali kerumah erwan Aku masuk kerumah sambil mengucap salam Emak yang sedang duduk menjahit rok yuk yanti, menjawab salamku “apa itu nak ?” tanya emak saat melihat bungkusan yang aku bawa “ini mak, aku dikasih peralatan sekolah sama mama erwan ” jawabku sambil meletakkan bungkusan diatas meja Emak menatapku agak heran kemudian ia membuka bungkusan itu Mengeluarkan kotak sepatu dan baju baju yang aku bawa “wah banyak sekali nak Subhanallah, beruntungnya kamu Kok mereka sampai bisa memberikan kamu semua ini gimana ceritanya ?” tanya emak sedikit penasaran Kemudian aku menceritakan semua kepada emak Emak mendengarkan dengan penuh perhatian “kamu bilang terimakasih nggak sama mereka nak?” “tentu saja mak Nggak mungkinlah rio nggak berterimakasih ” “baik sekali ya mereka, semoga kebaikannya diberi pahala yang setimpal oleh allah ” gumam emak sambil memegang sepatu baruku itu “oh ya mak, rio juga bawa sosis goreng untuk emak, emak loh mak, tadi erwan kasih untuk aku bawa pulang ” aku memberikan bungkusan yang lebih kecil kepada emak “kamu udah mandi belum, mandi dulu sana Bawa perlengkapan sekolah mu ini ke kamarmu, nanti setelah itu kita makan sama sama !” ujar emak sambil mengambil bungkusan yang aku berikan “iya mak Rio memang belum mandi, rio mandi dulu ya mak ” kataku sambil memasukan peralatan sekolahku ke dalam kantong plastik lalu membawanya kekamar Setelah itu aku mengambil handuk, kemudian aku mandi Selesai mandi aku sholat magrib, setelah itu makan malam bersama emak, yuk yanti dan yuk tina Kami makan dengan lauk telur dadar, sayur asem serta sosis goreng “sering sering aja kamu main kerumah temanmu itu dek Biar kita sering makan sosis ” kata yuk yanti sambil bercanda “hus Nggak boleh begitu Kita tak boleh memanfaatkan kebaikan orang lain ” emak menasehati kami “tapi rio kan nggak minta, mereka yang ngasihnya Lagipula aku tahu kalau mereka itu orang kaya Kakaknya erwan kan sekolah di smu yang sama denganku, cuma dia udah kelas tiga ” kata yuk tina sambil menggigit sosisnya dengan lahap “emak tahu, tapi kita juga tak baik kalau bertujuan mengemis, rio kan berteman akrab dengan erwan, ia tak pernah meminta, tapi sebagai teman yang baik, erwan mengerti akan keadaan rio, dia membantunya, itu lah yang dinamakan sahabat sejati Rio juga harus bisa membalas kebaikan erwan Kalau erwan ada kesulitan dalam pelajaran mesti rio bantu juga ” jelas emak panjang lebar “iya mak, itu pasti kok Walaupun nggak dikasih semua ini, rio tetap akan membantu erwan kok mak ” jawabku sambil menuang sayur asem ke dalam piringku “besok kamu pake seragam baru pasti lebih ganteng ya dek ” ujar yuk yanti Aku tersenyum mendengar kata kata kakak sulungku itu +++ selesai makan, yuk yanti membereskan meja dibantu oleh yuk tina Aku kembali ke kamar, mengambil bungkusan berisi seragam sekolahku yang baru yang aku taruh diatas tempat tidur Aku buka plastik pembungkus baju, sebuah kemeja putih berbahan halus, dengan hati hati aku lepas kancingnya satu persatu, kemudian aku pakai Begitu pas ditubuhku, kemudian aku buka plastik pembungkus celana biru tua dari bahan dril yang bagus dan tebal Ku lepaskan celana hawaiku kemudian aku memakai celana sekolah baruku Bagus sekali, seperti celana yang dipesan di tukang jahit Pintar sekali erwan memilihnya Seragam sekolah ini membuat aku jadi terlihat tak lusuh lagi, rasanya tak sabar menunggu pagi datang Ke sekolah dengan seragam yang baru Kurang puas, aku pakai sepatu dan kaus kaki serta ikat pinggang pelengkapnya Aku pandangi penampilanku didepan cermin Terlihat bagai anak gedongan, ternyata baju bisa sangat membuat seseorang itu terlihat begitu beda Aku benar benar pangling seolah tak percaya bayangan yang ada didepanku itu aku Aku berputar putar didepan cermin, mematut diri “ceileee yang seragamnya baru Udah nggak sabar lagi makenya nih !!” terdengar suara yuk yanti di belakangku, aku menoleh dengan malu, seolah maling tertangkap basah, mukaku jadi memerah, entah sejak kapan emak, yuk yanti dan yuk tina melihatku bergaya didepan cermin seperti ini Kenapa aku bisa lupa menutup pintu Mereka menghampiriku, emak mengusap rambutku dengan sayang “gagah sekali kamu nak Baju itu pantas sekali kamu pakai ” kata emak dengan terharu “apa ayuk bilang, adek pasti ganteng pakai baju barunya Beneran dek, kalau pakai seragam itu, adek kelihatan seperti anak orang berada ” puji yuk yanti sambil tersenyum lebar “coba aku juga bisa pake baju kayak kamu rio Beruntung sekali kamu Bisa dikasih seragam selengkap itu ” tambah yuk tina sambil menatapku dari atas hingga ke bawah Aku jadi makin tersipu “eh sudah isya Emak mau sholat dulu Kalian juga jangan lupa sholat, jangan menunda nunda waktu sholat, nggak baik ” ujar emak saat mendengar azan berkumandang di masjid Yuk yanti dan yuk tina keluar dari kamarku bersama emak, aku mengganti kembali seragam ku dengan baju rumahan Saat keluar kamar, aku menabrak yuk yanti yang baru saja dan wudhu sedang berjalan tepat di depan pintu kamarku Ia terkejut “eh adek Jalan itu hati hati dong dek ” nasehatnya sedikit kesal karena aku tabrak tadi Aku buru buru minta maaf “maaf yuk nggak sengaja soalnya tadi aku nggak tau kalau ada ayuk ” “ya sudah lain kali hati hati ” Gerutu yuk yanti sambil kembali ke belakang Aku mengikutinya, ternyata yuk yanti kembali ke kamar mandi dan mengambil wudhu lagi, aku jadi bingung, aku kan adiknya, kenapa yuk yanti ngambil wudhu lagi Dalam keluarga itu, saudara laki laki tak membatalkan wudhu, demikian juga saudara perempuan tak membatalkan wudhu saudara laki lakinya Itu dinamakan muhrim Aku cuma diam saja berdiri disamping pintu kamar mandi menunggu yuk tina selesai Yuk tina keluar dari kamar mandi, aku tak bertanya kenapa dia mengambil wudhu lagi Apakah yuk tina tidak tahu tentang hukum muhrim itu Aku masuk ke kamar mandi mengambil wudhu dengan hati yang masih bertanya tanya Selesai sholat, aku ke dapur bergabung dengan emak, dan kedua kakak perempuanku Aku membantu mereka membungkus ketan dengan daun pisang Emak menaruh abon ikan ke dalam ketan, sedang yuk tina dan yuk yanti membungkusnya Aku membantu menusukan lidi ke ujung ujungnya agar daun pisangnya nggak terbuka “kamu nggak ada PR rio Kalau ada mendingan kamu kerjakan dulu ” emak bertanya sambil menyusun ketan yang sudah selesai di bungkus ke dalam kukusan “nggak mak Nggak ada Habis ini aja aku belajar ” “dek, kaus kaki adek kan ada dua Untuk ayuk ya satu ” kata yuk tina sambil tersenyum manis padaku Dasar ayuk ku satu ini, kalau ada maunya aja pasti senyum senyum gitu Tapi nggak apa lah Aku kasih kaus kakiku satu untuk yuk tina, soalnya kalau nggak aku kasih, pasti emak yang akan kena imbasnya, yuk tina pasti akan meminta beli sama emak “boleh yuk Tapi yang agak panjang aja ya ” “makasih ya Adek ku ini memang adek paling baik diseluruh dunia ” yuk tina memeluk aku erat erat karena kesenangan “eh ayuk Udah dong yuk Norak ah ” aku gelagapan karena jengah, jarang jarang yuk tina memeluk aku seperti ini, kami berdua memang lebih sering berantem, yuk tina yang keras kepala sering marah marah kalau perhatian emak kepadaku agak lebih Aku senang bisa membuat yuk tina gembira “kamu ini tin, Selalu aja nggak mau ngalah sama adek ” tegur emak menggeleng gelengkan kepala melihat yuk tina “ih emak cerewet amat sih, rio aja nggak kenapa napa aku pinta kaus kakinya, lagian sesama saudara itu kan harus saling membantu Tul nggak dek ?” canda yuk tina sambil mengedip mata padaku “iya Mak gak apa apa mak Lagian rio kan masih punya kaus kaki baru mak, kalau mau ganti kan masih ada yang lama ” “kalau memang begitu ya terserah kamu nak, yang penting kalian akur itu yang bikin emak bahagia ” tambah emak sambil tersenyum pada kami Aku berdiri karena telah selesai Yuk yanti membawa wadah kue ke atas meja Baru saja aku mau ke kamar, tiba tiba pintu depan ada yang mengetuk, terdengar suara seorang perempuan memberi salam Emak membuka pintu, seorang perempuan sebaya emak berdiri didepan pintu tersenyum lebar, tiba tiba wajah emak langsung berubah pucat pasi +++ “mega !” desis emak seolah olah sedang melihat hantu ” “apa kabar yuk leni Maaf ganggu malam malam !” sapa ibu itu dengan tenang, entah kenapa aku seperti kurang suka melihatnya Dari dandanannya yang agak menor bagai baru pulang main lenong “ma m masuk ke dalam dik Sama s siapa kesini ?” “sendirian yuk Suami aku lagi sibuk ” jawab ibu itu sambil melangkah masuk kedalam rumah, emak minggir sedikit memberi ruang pada ibu itu untuk masuk “silahkan duduk dik Mega maaf rumah ini berantakan Belum sempat beres beres ” masih dengan suara yang terbata bata emak mempersilahkan ibu itu duduk “maaf ya datang tanpa memberi kabar Soalnya aku benar benar tidak bisa menahan lagi ” ujar ibu itu sambil duduk dikursi tamu Matanya mengitari isi ruangan tamu rumah kami yang standard Aku mengintip dari balik tirai kamarku dengan penasaran, kenapa emak sepertinya kurang suka melihat ibu itu “maaf aku tinggal ke dalam sebentar ya dik ” kata emak, ibu itu menganggukan kepalanya, tapi ekspresi wajahnya seperti orang yang sudah tak sabar untuk mengutarakan sesuatu Emak berjalan ke dapur, sekilas emak memandangku yang sedang mengintip, lalu emak menemui yuk tina Entah apa yang mereka bicarakan, tapi setelah itu yuk tina masuk ke kamarku “dek Temani ayuk sebentar, kita kerumah teman ayuk, mau pinjam buku pelajaran untuk bikin PR Ayuk takut sendirian malam malam gini ” ajak yuk tina, aku menatap yuk tina dengan heran, aneh sekali, kenapa tiba tiba yuk tina minta di temani kerumah temannya, padahal biasanya ia paling malas kalau harus berjalan bersama sama denganku “ayuk aja pergi sendiri Aku lagi malas keluar nih ,” aku menolak, karena aku mau tau apa maksud ibu yang asing itu datang kemari hingga membuat emak jadi ketakutan begitu “nggak usah banyak alasan Ayo temani ayuk !” paksa yuk tina sambil menyeret tanganku keluar dari kamar Terpaksa aku mengikutinya walaupun agak sebal Aku keluar dari kamar sambil memandangi ibu itu, saat melihatku ia berdiri dan agak tercengang Yuk tina mempercepat langkahnya sambil terus menyeret tanganku membuat aku nyaris menabrak meja pendek disamping pintu menuju ke dapur “yuk Katanya mau ketempat teman Kok lewat dapur sih ” protesku kesal, yuk tina bertingkah aneh seperti ini Di dapur aku melihat emak sedang berbisik dengan yuk yanti yang sedang mencelup teh kedalam cangkir Mereka berdua langsung diam waktu melihatku Ini membuat aku jadi semakin curiga Pasti ada apa apanya Yuk tina menarik tanganku lewat pintu dapur, kemudian keluar rumah Setelah di jalan baru ia melepaskan pegangannya “kenapa sih yuk Kayak orang gila Siapa ibu itu yuk ?” aku bertanya sambil mengikuti yuk tina yang berjalan seperti orang mau mengambil gaji “teman lama emak dek Ayuk juga nggak tau Tadi emak yang bilang Ayo buruan ntar teman ayuk keburu tidur ” jawab yuk tina Kami berjalan melewati jalan gelap yang banyak ditumbuhi pepohonan, tak jauh dari situ ada pekuburan Karena sudah sering lewat disini aku dan yuk tina sudah terbiasa Walaupun gelap kami sudah hapal dengan jalan Rumah teman yuk tina sudah terlihat, pintunya masih terbuka Aku dan yuk tina berjalan mendekat kemudian yuk tina mengetuk pintu sambil mengucap salam Rini teman yuk tina sedang duduk diatas lantai, sepertinya sedang membuat pekerjaan rumah, buku buku berserakan dilantai, rini menoleh melihat kami, kemudian ia berdiri menyuruh kami masuk Aku dan yuk tina masuk ke dalam rumah rini “ada apa tin, tumben malam malam kesini ?” tanya rini kembali duduk di lantai Yuk tina berjongkok disamping rini “pinjam buku akutansi dong, aku lupa soal soal yang harus dikumpulkan besok, catatanku tertinggal di mejaku ” kata yuk tina Rini meletakkan penanya diatas buku tulis “loh Bukannya udah kamu masukkan ke dalam tas, aku lihat sendiri ” jawab rini dengan heran “kamu itu salah lihat Yang aku masukkan itu buku lain Ayo lah rin, pinjam dong bukunya Mampus aku kalo sampai lupa ngumpulnya besok ” kilah yuk tina ngotot “tunggu sebentar aku ambilin dulu bukunya di kamar Kamu itu ceroboh banget tin Buku sampe ketinggalan di sekolah ” gerutu rini sambil berdiri lalu berjalan masuk ke kamarnya Yuk tina menoleh melihatku, aku cemberut Yuk tina langsung melengos pura pura membalik balik buku pelajaran punya rini Aku duduk di kursi tamu, tak lama rini keluar dari kamarnya sambil memegang sebuah buku yang berukuran agak besar dan tebal “ini tin, jangan sampai lupa ya dibawa ke sekolah besok ” rini memberikan buku itu pada yuk tina Aku berdiri menunggu yuk tina, aku tak sabar ingin pulang, soalnya aku mau tau siapa sebenarnya ibu yang datang kerumah kami itu “tugas kita itu di halaman berapa rin, aku lupa ” yuk tina bertanya dengan santai sambil membalik balik buku akuntansi itu “halaman 37 bab 12, menghitung hari buku Ada soal yang diakhir bab itu, semuanya ada 15 soal ” jawab rini sambil terus menulis Entah kenapa aku merasa yuk tina sengaja mengulur ulur waktu agar bisa lebih lama disini Aku duduk lagi dengan sebal Memandangi mereka yang asik membahas soal soal Hingga jam setengah sepuluh baru yuk tina pamit untuk pulang “makasih ya rin, aku tadi sempat kebingungan dirumah Untung kamu ada buku ini Aku pinjam dulu ya Makasih ya rin, kami pulang dulu ” kata yuk tina sambil berdiri Rini mengantar kami hingga ke pintu +++ “adek tunggu dong !” jerit yuk tina saat kami melewati pekuburan yang gelap dan banyak pohon besar Cahaya bulan sabit yang redup membuat suasana terasa sunyi “buruan jalannnya Jangan kayak pengantin !” gerutuku sedikit kesal, aku ingin cepat cepat sampai dirumah, aku masih penasaran kenapa sepertinya emak bertingkah agak aneh tadi Yuk tina mempercepat jalannya menyusulku Dingin sekali udara malam ini, sepertinya akan turun hujan, karena aku lihat langit ditutupi awan, mana angin bertiup agak kencang Keheningan malam ini cuma terisi suara nyanyian kodok serta gemerisik langkah kakiku dan yuk tina Setelah beberapa menit akhirnya kami sampai dirumah, emak dan yuk yanti sedang duduk didepan teras Sepertinya mereka sedang menunggu kami “emak kok diluar sih Kan banyak angin mak Nanti masuk angin ” ujarku sambil menghampiri emak mengajaknya masuk ke dalam rumah “emak baru aja mau menyusul kamu dan tina, kok lama sekali sih ” “itu yuk tina tuh Sibuk ngobrol sama temannya Gak tau temannya lagi sibuk belajar ” aduku dengan sebal pada emak Yuk tina melotot melihatku, aku pura pura tak melihatnya Biarin aja ia mau melotot sampai keluar kedua biji matanya Kami masuk ke dalam rumah, yuk yanti mengunci pintu setelah kami semua berada di dalam aku duduk dikursi ruang tamu, kursi yang sudah ada sebelum yuk yanti lahir Busanya sudah memadat dan kainnya pun sudah kusam “siapa ibu ibu tadi itu mak ?” aku bertanya cepat cepat karena kulihat emak mau masuk ke dalam kamarnya Emak yang sedang berjalan langsung berhenti kemudian menoleh padaku “bukan siapa siapa rio, cuma teman lama emak waktu masih sekolah dulu Kenapa memangnya nak ? Jawab emak agak heran, namun aku bisa melihat kalau emak agak gugup dan suaranya terdengar sedikit bergetar “nggak apa apa mak Cuma nanya aja Soalnya rio lihat emak kayak nggak suka sama ibu itu ” aku mengatakan apa yang aku pikirkan Emak tersenyum dengan sabar, lalu menghampiriku dan duduk disampingku “rio Emak tak pernah membenci atau tak menyukai orang lain tanpa sebab Mungkin itu cuma perasaanmu saja nak Perempuan itu memang benar benar teman lama emak yang sudah lama tidak bertemu, datang dengan wajar sebagai teman yang kangen sudah lama tak bertemu ” emak menjelaskan dengan sabar, sebenarnya aku belum puas dengan jawaban emak, tapi aku tak mau membuat emak jadi sedih, aku tahu ada yang emak sembunyikan Tapi aku tak boleh memaksa, biarlah nanti waktu yang akan menjelaskan apa yang jadi pertanyaan dalam hatiku “sudah larut nak Tidur sana Besok sekolah Kamu mau pakai baju baru kan ” aku melihat ke jam dinding, sudah hampir jam sebelas Aku mengangguk angguk dan berdiri, kemudian ke kamar mandi, cuci muka dan gosok gigi Setelah itu aku kekamar dan tidur Sambil berbaring aku merenungkan kembali kejadian tadi, perempuan itu datang dengan memasang wajah angkuh, aku tak suka melihatnya, tapi aku seperti merasa telah mengenalnya Entah kenapa aku seakan akan tak bisa melupakan wajah perempuan itu Apakah emak punya hutang yang belum bisa dibayar, hutang lama pada perempuan itu Kalau memang benar begitu, kasihan emak, pasti begitu kebingungan sekarang, aku tahu emak tak punya uang banyak apalagi tabungan Aku juga tak tau harus membantu bagaimana ======================== Pulang jualan, setelah memberi makan kucingku dengan nasi putih yang diaduk rata campur ikan goreng, aku cuci tangan, lalu mengganti baju sekolah Rasanya semangat sekali hari ini, baju baru, sepatu dan tas baru Dengan percaya diri aku keluar dari kamar, emak tersenyum melihatku “gagah sekali kamu nak ?” ujar emak dengan senang Hatiku jadi berbunga bunga “ah emak bisa aja Rio berangkat dulu ya mak Assalamualaikum ” aku mencium tangan emak, kemudian keluar rumah, baru saja aku menginjakan kaki ditanah, mobil yang biasa membawa erwan berhenti tepat didepan pekarangan rumahku Emak menoleh sedikit heran melihatku “itu mobil erwan teman sekelasku mak !” aku menjelaskan pada emak Emak mengangguk angguk Pintu mobil terbuka, Erwan turun dan menghampiriku Ia tersenyum padaku dan emak “assalamualaikum pagi bu Pagi rio ” ia menyapa aku dan emak “waalaikumsalam pagi juga nak ” emak menjawab salam erwan “tumben mampir kesini Ada apa wan?” tanyaku sedikit heran “nggak, aku tadi baru mau berangkat, tiba tiba ingat kamu, jadi aku minta pak amat lewat sini Sekalian sama aku aja ya ke sekolah ” tawar erwan padaku “wah Kirain kamu udah disekolah makasih ya udah mau jemput aku ” “santai aja, lagian rumah kita kan tak terlalu jauh, ayo masuk ke mobil ” kata erwan membuka pintu mobil, kemudian masuk kedalam, aku mengikutinya masuk lalu duduk disampingnya Erwan membuka kaca mobil “bu kami berangkat dulu ya assalamualaikum ” erwan pamit pada emak, dari dalam mobil sedikit berteriak Emak memandangi kami dari tengah pintu rumah sambil tersenyum lebar Aku melambaikan tangan pada emak “rio pergi mak ” “waalaikum salam Hati hati dijalan ” nasehat emak sambil mengangguk kemudian masuk ke dalam rumah “wow keren sekali kamu rio Sumpah kamu ganteng banget ” puji erwan membuat muka ku mekar karena malu, aku jadi salah tingkah “ini semua kan berkat kamu, telah memberikan seragam baru yang bagus ini Makasih banyak ya sobat ” jawabku sambil tak lupa mengucapkan terimakasih lagi “aku senang banget melihat kamu memakai seragam itu Beneran rio kamu jadi makin cakep” kata erwan dengan antusias +++++ muka ku jadi mekar mendengar pujian erwan yang terlalu berlebihan itu sepanjang jalan menuju sekolah, kami berdua bercanda erwan mengeluarkan beberapa bungkus wafer dan memberikan padaku, bersama sama kami makan wafer Hingga tak terasa mobil yang membawa kami telah berhenti di depan gerbang sekolah aku dan erwan turun, tak lupa aku berterimakasih pada supir erwan Setelah supir erwan pergi, kemudian aku dan erwan bersama sama memasuki gerbang dan berjalan menuju kelas Aku bersyukur pagi ini Karena pakai mobil, aku bisa lebih banyak waktu sebelum bell bunyi Saat melihat Didalam kelas, beberapa murid yang bertugas piket membersihkan kelas sedang menyapu Beberapa kursi masih berdiri diatas meja Teman cowok yang piket membantu menurunkan kursi kursi itu sebelum bell bunyi Aku dan erwan duduk didepan kelas Menunggu hingga kelas selesai dibersihkan Saat aku menoleh ke koridor, rian sedang berjalan dengan gayanya yang santai, tubuhnya yang jangkung dan tegap membuat langkahnya yang tenang itu jadi mempesona Berpuluh puluh pasang mata dari teman teman perempuanku menatap rian dengan kekaguman yang tak disembunyikan Jujur aku akui kharisma rian memang begitu kuat Atmosfir kehadirannya langsung terasa disekeliling kami Namun rian bagai tak menyadari itu Dengan cuek ia menghempaskan pantatnya duduk disamping erwan Dadaku langsung berdetak kencang Ingin rasanya aku menggeser duduk lebih dekat ke rian, namun aku tahan Mengingat kejadian kemarin ia membentakku membuat aku jadi agak antipati, walaupun aku kagum dan menyukai ia secara fisik, namun aku tidak suka dengan perlakuannya padaku Walaupun aku orang yang sederhana namun aku punya harga diri Emak saja tak pernah membentak aku seperti itu “pagi rio Erwan ” sapa rian menoleh pada aku dan erwan “pagi rian Tumben baru datang Biasanya kan jam setengah tujuh kamu udah disini ” jawab erwan Aku cuma diam dan mengangguk tanpa senyum ke rian Sekilas aku tahu ia sedang memperhatikan ekspresi wajahku yang datar, tapi aku pura pura sibuk melihat ke depan dimana beberapa orang murid sedang membuang sampah didalam tempat sampah “iya, tadi aku bangun agak siang, gara gara ada sepupuku datang, semalam ia mengajak aku ngobrol hingga larut, jadinya aku tak bisa tidur cepat, ya gini deh Untung saja aku nggak telat masuk ” jelas rian panjang lebar Aku cuma diam pura pura sibuk sendiri, padahal dalam hatiku menyimak apa yang ia katakan Tapi aku tak mau menimpali, aku masih bete dengan rian “eh rio, kok dari tadi diam saja ?” tanya rian tiba tiba membuat aku kaget Apakah dia tahu kalau dari tadi aku mengacuhkan dia Cepat cepat aku menoleh sambil tersenyum ala kadarnya saja “ah nggak kok ” jawabku singkat, kemudian aku menepuk paha erwan “wan, masuk kelas yuk Bentar lagi bell bunyi ” ajakku sambil melirik jam tangan yang melingkari pergelangan tangan erwan Aku berdiri, erwan melihat jam tangannya lalu menoleh padaku “iya Sekarang udah jam tujuh, yuk ke kedalam, Ayo rian masuk ke kelas ” erwan berdiri sambil melirik rian lalu mengambil tas sekolahnya yang berbentuk ransel, berwarna hitam Rian ikut berdiri lalu mengikuti kami masuk ke dalam Ruangan kelas sekarang sudah bersih, lantai sudah tak berdebu lagi dan kursi sudah tersusun rapi Aku berjalan ke arah bangku kami Kemudian aku menarik bangku dan duduk Bertepatan aku duduk bell berbunyi Dalam sekejab saja kelas yang tadi sepi langsung dipenuhi oleh riuh rendah suara teman temanku yang berebutan masuk ke dalam Aku duduk sambil memandangi punggung rian Ia sedang membuka tas nya dan mengeluarkan buku serta alat tulis Entah apa yang menggerakannya tiba tiba ia menoleh ke belakang, tepat melihatku Mata kami saling berpapasan Aku terkejut karena tertangkap basah sedang melihatnya Cepat cepat aku menoleh ke jendela, pura pura tak sengaja sedang melihatnya Aku malu sekali, aku tahu pasti mukaku memerah saat ini Walaupun aku sedang melihat lurus ke jendela, namun aku bisa menangkap bayangan rian, ia masih melihat aku Aku pura pura tak menyadari itu Setelah aku yakin ia tak melihat aku lagi, baru aku mengalihkan pandangan dari jendela dan membuka tas baruku “suka nggak dengan tas itu rio ” bisik erwan pelan di telingaku, aku tak menjawab cuma mengangguk dan tersenyum lebar Aku yakin ia pasti tau kalau aku bukan cuma senang tapi aku betul betul senang dengan tas ini, terlihat sekali tas ini mahal, dari mereknya saja aku tahu Kalau beli sendiri, mungkin aku harus lama sekali menabung untuk membeli tas sebagus ini Keluarga erwan memang benar benar baik, di tengah tengah kemewahan yang meliputi mereka, masih sempat untuk berbagi dengan orang yang kurang mampu Seandainya semua orang kaya seperti itu, pastilah akan tercipta keharmonisan di dunia ini Semua akan saling menghormati Sayangnya cuma segelintir orang yang seperti itu Lebih banyak orang yang menumpuk harta kekayaan untuk dirinya sendiri Terkadang malah harta itu cuma untuk disimpan tanpa di pergunakan Aku tak mengerti jalan pikiran orang yang seperti itu Mereka mencari uang bahkan dengan cara yang tak halal, korupsi dan mengambil sesuatu yang bukan haknya Hanya untuk menambah rekening yang belum tentu bisa ia pergunakan secara maksimal Apakah memang orang seperti itu adalah orang yang takut miskin, atau orang itu cuma senang kalau melihat saldo di rekeningnya selalu bertambah Lalu apa fungsi uang bagi mereka Aku benar benar tak habis fikir ++++ bell istirahat berbunyi, setelah bu sukma keluar dari kelas, teman teman sekelasku berebutan keluar kelas, seolah olah dalam kelas ada bom yang siap untuk meledak “wan ke kantin yuk ” aku mengajak erwan yang sedang memasukkan bukunya ke dalam tas Erwan memasukan tas ke dalam laci kemudian berdiri “ayo Perutku sudah lapar, kepengen makan tekwan bu eni ” jawab erwan sambil berjalan keluar kelas Aku dan erwan menuju ke kantin sambil ngobrol Kantin bu eni terletak di belakang kelas satu Setiap jam istirahat, kantin selalu ramai dikunjungi oleh murid murid dari seluruh kelas Selain kantin yang ada di luar pekarangan sekolah, dan kantin yang terletak di ujung ruang laboratorium milik ayah angga Kantin bu eni lumayan ramai dikunjungi, tekwan yang dijual disitu terkenal enak, aku suka sekali Aku duduk di bangku kayu depan meja yang berisi bermacam macam makanan Erwan memesan dua mangkuk tekwan untuknya dan untukku Baru saja aku mau makan, tiba tiba rombongan vendi bersama sekitar enam orang temannya termasuk rian datang Mereka duduk didekat sudut bangku yang ada dibawah pohon akasia Aku pura pura tak melihat dan sibuk makan Kuah tekwan yang panas membuat bibirku terasa melepuh Mungkin karena aku terburu buru hingga tak ingat lagi untuk meniup agar sedikit dingin Erwan tertawa melihatku tersentak kaget karena kepanasan “makanya kalo makan tuh jangan kayak orang kelaparan sobat ” tukas erwan geli Aku tersipu sambil menarik selembar tissue “iya nih Soalnya tadi pagi aku lupa sarapan makanya lapar banget ” jawabku sambil menyeka ujung bibirku dengan tissue hingga kering “mbak minta es jeruk dua ya !” teriak erwan pada seorang pembantu bu eni Gadis itu mengangguk kemudian mengantarkan dua cangkir plastik es jeruk kunci manis ditambah batu es “bro Sore ini ke rumahku lagi ya Main sega lagi kayak kemarin ” ajak erwan sambil minum es nya “wah kalo sore ini mungkin aku nggak bisa wan Kamu aja deh yang ke rumahku ” aku menolak sambil balik menawar erwan “boleh sih Asal kamu nggak keberatan ” jawab erwan sambil meletakan cangkir ke atas meja “ya nggak mungkin keberatan dong wan Malah aku seneng kamu sudi main ke gubuk kami yang sederhana ” “hus nggak boleh ngomong gitu rio Aku tak suka kamu merendah seperti itu !” erwan mengingatkanku Aku cuma tersenyum, menghirup kuah tekwan yang hangat dengan berselera “iya deh Aku bukan merendah, tapi itulah keadaan yang sesungguhnya wan tapi aku tetap merasa bersyukur kok” balasku santai tanpa beban Erwan cuma tersenyum lalu melanjutkan makan tekwannya Setelah tekwan dan minuman kami habis, aku berdiri hendak membayar “biar aku yang bayar bro ” erwan berdiri sambil merogoh kantong celananya mengeluarkan beberapa lembar uang seratusan rupiah “kali ini aku yang bayar !” aku bersikeras “nggak apa apa rio, biar aku aja yang bayarin ” erwan tak mau kalah “biar aja Pokoknya aku mau bayar !” aku tetap dengan pendirianku Bukan apa, aku tak enak hati karena selama ini selalu erwan yang mentraktir aku makan di kantin, bagaimanapun juga aku mau sekali sekali ikut mentraktir erwan Ingin membalas kebaikannya selama ini Erwan menatapku sedikit ragu, aku memasang wajah batu Akhirnya erwan hanya bisa mengangkat bahu Ia tahu aku keras hati, kalau sudah membuat keputsan susah untuk dirubah “terserah kamu Makasih ya Sering sering aja traktir aku kayak gini hehehe ” kata erwan sambil memasukkan kembali uangnya ke dalam kantong celananya Aku cuma tersenyum mendengar kata katanya Erwan memang lucu, aku tau kalau kata katanya tadi hanya sekedar canda “tunggu sebentar ya Aku bayarin dulu makanan kita ” kataku sambil menghampiri bu eni, lalu aku membayar sejumlah yang kami pesan tadi Aku senang sekali bisa mentraktir erwan kali ini, aku tak enak hati kalau terus terusan ia bayarin, aku tak mau kalau nanti ada teman yang usil mengatakan aku penggerogot perekonomian erwan Baru saja aku mengulurkan selembar uang limaratus rupiah pada bu eni, tiba tiba dari sampingku terulur tangan memegang selembar uang limaribuan, tanpa menoleh pun aku tahu siapa pemilik tangan semulus itu “bayar makanan kami tadi bu, sekalian dengan makanan rio dan erwan !” ucapnya dengan tegas pada bu eni Aku menoleh menatap rian dengan sedikit heran Rian cuma tersenyum membalas tatapanku “tadi kalian pesan apa aja ?” tanya bu erni sambil menerima uang dari rian “tujuh mangkuk tekwan dan tujuh gelas es teh manis bu ” jawab rian santai, aku tak berkata apa apa Entah kenapa sejak kejadian itu, aku canggung setiap berada dekat rian, untuk berkata sekedar terima kasih saja susahnya minta ampun “jadi di tambah dengan erwan dan rio, semua ada sembilan mangkuk, dan dua gelas es jeruk di tambah tujuh gelas es teh Semuanya dua ribu dua ratus lima puluh rupiah Ini kembaliannya dua ribu tujuh ratus lima puluh rupiah Di hitung lagi ya siapa tau lebih ” ujar bu eni sambil bercanda Rian mengambil kembalian uangnya dari bu erni lalu mengantongi uangnya “yuk rio Aku duluan ya ” kata rian sambil berlalu dari hadapanku Aku membuka mulut hendak mengucapkan terima kasih Namun langkah rian terlalu cepat, ia tak mendengar kata kataku Aku menghampiri erwan dengan hati yang masih bertanya tanya Kenapa sih rian begitu penuh dengan misteri, kadang ia baik, kadang menyebalkan “sudah dibayar rio?” tanya erwan berbasa basi “udah wan Dibayarin sama rian ” jawabku apa adanya erwan cuma melongo menatapku ++++ SATU RAHASIA “kok bisa si rian yang bayarin, emangnya ada angin apa ?” tanya erwan heran kemudian menoleh ke rombongan rian dengan teman temannya yang sedang berjalan menuju ke kelas “entah lah Aku juga kaget, tadi waktu aku mau bayar, tiba tiba ia sudah bayarin Bahkan aku tak sempat berterimakasih Ia langsung ngeloyor gitu aja ” jawabku apa adanya “mungkin ia lagi ultah kali ” erwan bercanda “ke kelas yuk Bentar lagi udah bell ” ajakku saat melihat suasana di kantin yang sudah tak seramai tadi “eh habis ini pelajaran bahasa inggris ya PR halaman 42 udah kamu kerjakan?” erwan mengingatkanku “udah Dari kemarin dulu juga udah selesai ” “kalo gitu aku pinjam ya, ada beberapa yang belum aku isi ” “boleh Tapi gak jamin juga betul semua ” aku berjalan menyusuri teras belakang laboratorium bersama erwan, menuju ke kelasku yang ada disamping kiri laboratorium Sampai di kelas, aku langsung masuk dan duduk di bangku, mengeluarkan buku PR bahasa inggris lalu ku berikan pada erwan “tuh di salin aja dulu, buruan ntar bell sebentar lagi bunyi ” “thanks ya rio Kamu memang betul betul sahabat yang baik dan bisa diandalkan ” puji erwan dengan gembira lalu mengambil buku dari tanganku Dalam sekejab saja ia langsung menyalin semua jawaban yang ada di buku ku Tak sampai lima menit selesai ia menyalinnya “ini rio, makasih ya ” erwan mengembalikan bukuku, aku hanya mengangguk dan senyum Kami berdua ngobrol hingga bell tanda pelajaran dimulai berbunyi ================== pulang sekolah erwan mengajak aku ikut dengan mobilnya, namun aku menolak, bukan apa apa, aku cuma tak mau terlalu memanfaatkan kebaikan erwan, lagian jalan kaki bagiku lebih menyehatkan, sekalian olahraga Sebenarnya erwan memaksa, namun aku tetap pada pendirianku kalau aku mau pulang jalan kaki saja Erwan berlalu bersama sopirnya, tak lupa ia berjanji akan datang ke rumahku sore ini, sesuai dengan janjinya tadi Aku berjalan keluar dari gerbang sekolah, murid murid berhamburan pulang bagaikan air bah yang tumpah ruah Ada yang mengendarai sepeda, semua buru buru pulang seolah olah tahanan yang dibebaskan dari penjara lebih awal Aku berjalan diantara kerumunan teman teman yang hingar bingar, ku lewati jalan setapak yang memintas lebih dekat ke rumahku “rio tunggu !!” suara rian berteriak setengah berlari mengejarku Aku menghentikan langkah, berbalik ke belakang dan melihat rian dengan tertegun Sepatu baru ini membuat kakiku lecet, jadi aku jalan sedikit pincang karena perih “rio Kamu masih marah ya sama aku ?” terengah engah rian mengimbangi jalanku, walaupun kaget dengan pertanyaannya barusan, tapi aku tak mau terlalu menampakannya di depan rian, gengsi “ngapain juga marah Biasa biasa aja kok Lagian aku gak maksa kamu mau berteman denganku apa nggak ” aku jadi bingung sendiri mendengar jawaban yang terlontar dari mulutku, aku tak mau terlalu kasar, namun seperti keluar begitu saja Sering jadi bulan bulanan dan ejekan telah membuat aku menjadi sedikit peka Apalagi dibentak oleh orang yang selama ini aku senangi, yang aku sangat berharap sekali bisa jadi teman akrabnya Tentu saja membuat aku menjadi kecewa Rian berjalan disampingku masih dengan nafas yang tersengal sengal “waktu itu aku lagi ada masalah Makanya aku agak uring uringan Aku tak bermaksud untuk kasar sama kamu ” rian menjelaskan sambil terus berjalan tertunduk di sampingku Mendengar penjelasannya itu hatiku langsung dingin Menguap sudah segala kemarahan di hatiku Tersenyum aku pandangi rian, ia menatapku agak cemas “makasih ya udah traktir aku tadi ” aku melangkah pelan sambil mengimbangi langkah rian “nggak usah dipikirkan Kebetulan aja aku lagi bawa uang lebih ” “tumben kamu nggak pulang sama vendi, biasanya kalian selalu sama sama ” “vendi tadi di jemput sama papanya eh ngomong ngomong rumah kamu di mana?” tanya rian ingin tahu, saat kami berdua sudah sampai di persimpangan belokan ke arah rumah rian “lurus ke depan agak masuk gang yang di sebelah rumah besar berpagar putih cokelat di ujung jalan ini Memangnya kenapa?” aku sedikit heran dengan pertanyaan rian, untuk apa ia ingin tahu aku tinggal di mana “nggak kenapa napa sih, cuma mau tau aja Emang nggak boleh?” “boleh sih Cuma ” aku agak ragu, rumahku kan jelek, sedangkan rian itu anak orang berada, aku takut nanti ia tak sudi masuk ke dalam rumahku, rian kan selalu rapi dan bersih, selalu menjaga penampilan Aku sangsi ia mau masuk ke dalam rumahku Sementara aku lihat rumahnya yang besar itu selalu bersih dan teratur, sedangkan rumahku berantakan karena emak bikin jualan “boleh nggak sekali sekali aku mampir ke rumahmu?” tegas rian sambil menghentikan langkahnya Aku terdiam menimbang nimbang, aku bingung juga Tak seperti erwan yang sudah tahu keadaanku dan bisa menerima, aku kan banyak tugas di rumah, harus ke warung warung mengambil kue yang kami titipkan, terus aku harus mengambil daun pisang untuk pembungkus kue ketan dan nagasari Pastilah rian bakal kaget, aku tahu, anak tipe seperti rian mana pernah kerja di rumah seperti aku Kulitnya juga mulus kayak kulit cewek, walaupun nggak terlihat seperti cewek, namun itu menunjukkan kalau rian tak pernah mengerjakan yang berat berat, akhirnya setelah berpikir dan menimbang aku memperbolehkan ia main ke rumahku “boleh aja Tapi jangan heran ya nanti melihat keadaan di rumahku ” rian tersenyum lebar Kami berpisah di persimpangan, aku berjalan sambil menoleh ke rian +++ “udah pulang nak ?” tanya emak yang sedang menyerut daun pisang di depan halaman rumah saat melihat aku datang Aku menghampiri emak dan mengangguk “sini aku bantu mak Biar rio yang motong daun pisangnya ” aku menawarkan diri, namun emak buru buru mencegah ku, karena ia takut mengotori seragam baruku “sudah lah Mendingan kamu itu ganti baju dulu, habis itu makan Kamu pasti lapar kan, udah seharian belajar Buruan gih ! emak udah masakin lempah kuning buat kamu Ujar emak sementara tangannya dengan gesit memotong motong daun pisang dan membuang tulang daun nya yang keras Aku tak bisa memaksa, karena kata kata emak benar, bajuku ini baru, lagian ini pemberian dari satu satunya sahabatku di sekolah Jadi aku harus bisa menjaganya “rio masuk dulu ya mak ” emak tersenyum sambil menggulung daun pisang dan membersihkan sisa sisa sampahnya Aku masuk ke dalam rumah lalu langsung ke kamar, setelah ganti baju dengan baju rumah, aku ke dapur mau makan siang dulu Yuk tina sedang makan juga rupanya “lauk apa yuk ?” tanyaku sambil duduk di kursi makan “lihat aja sendiri ” jawab yuk tina tanpa melihatku, yuk tina menyuapkan sesendok nasi ke mulutnya Sementara tangan kirinya sibuk membalik lembaran majalah diatas meja Matanya terfokus pada majalah itu Aku berdiri lagi, kemudian ke dapur mengambil piring dari rak Aku pandangi yuk tina dari balik pintu dapur, sebenarnya aku ingin sekali bisa akrab dengan yuk tina, namun entah mengapa ia seolah olah sengaja menciptakan batas diantara kami, padahal aku sudah mencoba merobohkan batas itu Aku sendiri tak pernah bisa mengerti dengan keadaan ini, kenapa ayuk ku sendiri bersikap seperti ini padaku Mengapa yuk tina seperti tak punya rasa sayang padaku Apakah karena emak lebih memanjakanku hingga membuat yuk tina jadi membenciku Aku menarik nafas dalam dalam, kemudian kembali menghampiri yuk tina untuk mengambil nasi karena perutku sudah lapar Ku buka tutup saji dan mengisi nasi ke dalam piring lalu mengambil lauk seadanya Yuk tina masih sibuk makan sambil membalik balik majalah Aku menarik kursi yang ada di depannya Lalu aku makan Emak masuk ke dapur sambil membawa gulungan daun pisang “sambal terasi nya ada di atas tungku dapur rio ” ujar emak sambil menaruh daun pisang ke dalam bakul Lalu emak ke dapur, tak lama kemudian ia kembali dengan membawa sepiring kecil sambal terasi dan memberikannya kepadaku “makasih ya mak Pantas aja tadi aku lihat ada rebus pepaya mentah, dan pucuk singkong, tapi kok nggak ada sambalnya di atas meja ” kataku sambil mencolek potongan pepaya rebus ke sambal terasi “iya emak tadi lupa mindahin ke meja Makan yang banyak ya nak ” emak duduk di sampingku Memandangi ku yang sedang makan lalapan dengan lahap Emak senang sekali kalau aku makan banyak “giliran rio emak mau ngambil sambalnya Aku udah hampir selesai makan, emak nggak ada bilang kalo ada sambal terasi !” celetuk yuk tina dengan ketus sambil membanting sendok diatas piringnya yang nyaris kosong Emak terdiam tak menjawab, aku melihat emak dengan kasihan, yuk tina selalu tak pernah bisa menjaga emosinya “tina, kamu itu perempuan Seharusnya kamu tidak perlu bertanya sama emak Segala yang ada di dapur sudah sepatutnya kamu tau ” nasehat emak dengan lirih Yuk tina mendengus “bilang aja mak Kalo emak itu pilih kasih !” kata kata yuk tina makin tajam menghujam Ku lihat emak hanya bisa menggeleng gelengkan kepala Yuk tina memang keterlaluan Aku tak pernah meminta pada emak untuk di perhatikan melebihi anaknya yang lain Dan emak juga tak terlalu memanjakan aku Semua masih wajar wajar saja Tapi kenapa yuk tina selalu membesar besarkan semua itu +++ yuk tina berdiri membawa piringnya yang sudah kosong ke belakang Aku dan emak diam seribu bahasa, percuma saja meladeni yuk tina, bisa bisa tak akan selesai selesai ia marah Kalau yuk tina sudah seperti ini, lebih baik diam aja dijamin lebih aman “tambah lagi makannya nak ” ujar emak saat melihat piringku sudah kosong “udah kenyang mak ” jawabku meletakan sendok, si mirah kucing ku menggosok gosok kakiku dengan tubuhnya Sepertinya ia lapar, aku ambil sedikit nasi dan ikan goreng, lalu aku buang tulangnya, ku campur rata untuk memberi makan si mirah Secepat kilat ia menyikat makanannya Kucingku ini semakin gemuk saja, bulunya pun semakin lebat dan berkilat Itu karena aku rajin memandikannya aku sangat sayang dengan kucingku ini Setiap hari ia tidur bersamaku di kamarku Si mirah juga tak pernah buang kotoran sembarangan lagi Rutin minimal seminggu 3 kali pasti aku mandikan Sekarang pipinya juga jadi tembem, kumisnya yang putih dan panjang membuat tampangnya semakin menggemaskan Setiap aku pulang pasti kucing ku tahu, ia akan segera berlari pulang, dan setia menunggu dibawah meja setiap kali aku makan Setelah memberi si mirah makan, aku berdiri membawa piring kotor ke sumur Selesai cuci tangan, aku mengambil sepeda untuk melakukan tugas rutin mengambil kue basah di toko toko Untung saja kue semua habis, aku pulang dengan perasaan senang, setiap kali kue emak habis terjual, aku sangat bersyukur Buru buru ku kayuh sepeda pulang Kemudian memberikan uang dari warung untuk emak “mak semua kue habis ” ujarku dengan nafas yang masih tersengal sengal “alhamdulillah nak Coba kalau setiap hari gini ” emak tersenyum sumringah “iya ya mak Tapi beberapa hari ini memang jualan lagi bagus mak Jarang nggak habis ” “kamu nggak main rio?” tanya emak sambil meletakkan tempat kue ke tempat pencucian piring “nggak mak, kata erwan dia mau kesini ” “temanmu yang anak orang kaya itu?” tanya emak agak heran “iya mak Emangnya kenapa?” aku jadi agak heran juga dengan reaksi emak “nggak rio, cuma emak takut kalo kamu itu main dengan orang yang terlalu tinggi diatas kita, nanti kamu jadi terbawa bawa gaya hidup mereka ” terdengar nada kecemasan dalam suara emak “jangan takut mak, erwan tak seperti itu, walaupun dari kalangan berada namun mereka tak seperti orang kebanyakan Emak lihat sendiri, aku di kasih seragam dan perlengkapan sekolah ” jelasku untuk menutupi kecemasan emak “emak harap juga begitu ” entah kenapa aku merasa emak terlalu kuatir berlebihan “emak mau ngukus ketan dulu ya ” “iya mak, rio mau nunggu erwan di depan ” kataku sambil meninggalkan emak di dapur Yuk yanti sedang duduk di lantai memotong daun pisang sebagai pembungkus lemper Yuk yanti mendongak melihatku sambil tangannya terus menggunting daun “mau kemana dek?” tanya yuk yanti “nggak kemana mana yuk Cuma ke depan aja nunggu temen ” “oh gitu Eh dek, tadi ayuk ada beli keripik kentang, ambil diatas lemari kamar ayuk ” “untuk rio ya yuk?” tanyaku agak heran Tumben yuk yanti membelikan aku makanan Tidak biasanya Ayuk ku yang satu ini memang sangat baik, ia tak seperti yuk tina Yuk yanti juga rajin, kalau tak sekolah biasanya yuk yanti yang masak menggantikan emak Yuk yanti tak lama lagi akan lulus sekolah, banyak sekali cowok cowok yang mau sama yuk yanti, karena memang wajah yuk yanti cukup cantik, punya rambut hitam dan tebal lurus sepinggang Membuat yuk yanti terlihat pantas kalau membintangi iklan produk shampo Kulit yuk yanti juga putih, tak seperti yuk tina yang kuning langsat Walaupun keliling jualan setiap pagi, tak membuat yuk yanti jadi lusuh Ia pembersih Aku ke kamar yuk yanti mengambil bungkusan berisi keripik kentang yang ia taruh di atas lemari kamarnya Ada dua bungkus ku lihat, aku ambil sebungkus kemudian aku keluar dari kamarnya Menghampiri yuk yanti “makasih ya yuk ” ujarku penuh terimakasih Yuk yanti tersenyum, tiba tiba ia memelukku dengan erat Aku jadi bingung Kenapa yuk yanti bersikap seperti ini Yuk yanti aneh Aku merasa begitu canggung Ada apa sih ini yuk yanti terus memelukku Tangannya membelai rambutku dengan sayang Aku diam dengan pikiran yang berkecamuk “dek Sayang nggak sama ayuk?” tanya yuk yanti dengan suara ganjil Aku makin heran saat mendengar pertanyaannya itu Namun aku jawab juga “ya sayang lah yuk Yuk yanti kan ayukku Rio sayang banget sama yuk yanti ” “andai nanti rio jauh Dan kita terpisah Apakah nanti akan tetap ingat dengan ayuk?” tanya yuk yanti terbata bata Aku tersentak, kemudian ku lepaskan pelukan yuk yanti Ku pandangi wajah yuk yanti Matanya berkaca kaca Seolah olah ada sesuatu yang sangat mengganggu pikirannya saat ini “kenapa ayuk bertanya aneh kayak gini yuk Nggak mungkin lah kita berpisah Emangnya ayuk mau kemana yuk?” beruntun pertanyaan keluar dari mulutku Yuk yanti seolah baru tersadar akan sesuatu, cepat cepat ia tertawa, namun aku tahu itu tawa yang di paksa “ah nggak dek Itu cuma seumpamanya aja Ayuk cuma sekedar bertanya aja kok ” jawab yuk yanti agak mencurigakan Ku pandangi mata yuk yanti dalam dalam, ia menunduk menghindari tatapanku “yuk, ada apa sih Ayuk coba sembunyikan sesuatu dariku ya?” yuk yanti jadi semakin gelisah, namun ia berusaha untuk mengatasinya walaupun gagal total “nggak dek Nggak ada yang ayuk sembunyikan kok dek Kenapa adek jadi nanya gitu?” yuk tina tersenyum dan mengacak acak rambutku “katanya mau ke depan nungguin temanmu dek ” ++++ aku meninggalkan yuk yanti, namun pikiranku masih berkecamuk Kenapa sih akhir akhir ini yuk yanti dan emak agak aneh Terlebih emak, perhatiannya padaku semakin membuat aku curiga Seolah olah aku ini mengidap penyakit parah yang di vonis dokter kalau umurku tak bakalan lama Aku duduk di kursi kayu depan rumah Menunggu erwan datang Katanya sekitar jam tiga ia mau kesini Sekitar sepuluh menit aku duduk sambil melihat orang yang lewat depan rumah Sesosok tubuh yang sudah sangat aku kenal sedang mengayuh sepeda BMX warna hitam memasuki pekarangan rumahku Cepat cepat aku berdiri menghampirinya Ada rasa hangat yang menyelinap dalam hatiku saat melihat senyum lebarnya tersungging padaku Barisan gigi rapi dan putih berbingkai bibir merah dan mungil bagaikan wajah model pasta gigi di majalah remaja “hai rio Ganggu nggak?” tanyanya sambil turun dari sepeda dan menyenderkan sepedanya di bawah pohon cermai “nggak kok Aku juga lagi nungguin erwan katanya mau kesini ” jawabku setengah mati menahan agar tak menjerit kesenangan “jadi erwan juga mau kesini ya?” “iya rian Tadi ia bilang waktu di kelas Ngomong ngomong kamu kok bisa menemukan rumahku ” tanyaku sedikit heran “kan tadi siang aku udah nanya sama kamu Lagipula aku tadi tanya sama ibu penjaga toko di depan itu Ia bilang rumah kamu disini ” rian menjelaskan padaku “kalau gitu duduk dulu ya, aku mau ambil minum dulu tunggu sebentar ya ” “udah nggak usah repot repot rio Aku cuma mau ngobrol aja kok ” “nggak apa apa lagi Cuma bikin teh kok Aku masuk dulu ya ” aku tetap memaksa bikin minuman Akhirnya rian cuma bisa mengangguk menyetujui “iya deh Tapi jangan lama lama ya ” “oke bos ” jawabku sambil tertawa Rian pun ikut tertawa Aku masuk ke dalam rumah dengan perasaan senang, sambil bernyanyi nyanyi kecil aku ke dapur Mengambil poci teh Lalu aku membuat teh manis satu poci “udah datang erwan nya nak?” tanya emak yang baru masuk dari belakang Aku menoleh dan tersenyum pada emak “belum mak, itu teman sekolah rio juga yang datang ” aku menjelaskan ke emak “yang mana? Udah pernah kesini sebelumnya ?” tanya emak ingin tahu “belum mak, dia murid baru Rumahnya tak terlalu jauh dari rumah kita mak ” “ya sudah Bawa minuman ke temanmu kasihan ia udah menunggu Jangan lupa Kue di atas meja itu juga kasih ke teman kamu ” kata emak sambil mengambil baskom kecil terbuat dari plastik di atas rak piring “makasih ya mak ” aku mengambil sepiring kue buatan emak kemudian ku bawa ke depan Kemudian menemui rian di teras, saat aku ke depan, rian sedang ngobrol sama erwan Entah sejak kapan anak itu datang, tampaknya erwan tak diantar oleh sopirnya, sebab kalau sopirnya yang antar, aku pasti mendengar suara mobilnya Betul saja, di bawah pohon sudah ada dua sepeda BMX bertengger Benar benar sama dari tipe serta warnanya “hai wan Udah lama datang?” aku bertanya lalu meletakkan kue dan teh diatas meja kayu Serempak erwan dan rian menoleh, erwan tertawa “barusan aja sobat, aku pake sepeda, kebetulan sepedaku dan rian sama Kami tadi membahas itu ” “iya Gak nyangka Padahal aku baru beli seminggu yang lalu, kata erwan ia juga belinya seminggu yang lalu ” timpal rian ikut tertawa Aku hanya tersenyum, pasti senang sekali rasanya memiliki sepeda sebagus itu Aku harus menabung dulu supaya bisa membeli sepeda semahal itu Kalau satu hari lima puluh rupiah, harus berapa lama aku menabung agar bisa membelinya? Aku jadi nyengir sendiri “loh kok Kenapa senyum senyum gitu ?” tanya erwan agak heran “nggak Cuma lucu aja kok bisa kebetulan kayak gitu ” aku duduk di kursi kayu bersama rian Harum sekali parfum yang di pakai rian, aku suka dengan baunya “diminum dulu teh nya ” tawarku pada mereka berdua “makasih rio Wah kue nya kelihatan enak sekali Aku makan ya ,” kata erwan sambil mencomot sepotong kue dari piring “makan aja Di habisin juga nggak masalah Masih banyak kok di dalam ” kataku dengan sungguh sungguh Rian ikut mengambil kue itu dan memakannya “wah Emang betul betul emak rio Kue buatan emak kamu ya ?” tukas rian tanpa ada kesan basa basi “iya Emak yang buat, kan setiap hari emakku bikin kue untuk di jual ” “apa nggak rugi tuh kalo kamu kasih ke kami?” ujar erwan terus sibuk mengunyah kuenya “ya nggak lah Masa sih rugi cuma sepiring itu aja Lagian kalian juga nggak setiap hari ke sini kok ” aku menuang teh ke dalam gelas kemudian memberikan pada erwan dan rian “buruan di minum, ntar dingin enggak enak ” “enak ya berteman sama rio, bisa bisa aku gemuk di buatnya ” kata kata rian itu membuat kuping ku terasa mekar, senang sekali mendapat pujian dari dia Entah mimpi apa aku tadi malam, bisa bisanya si rian main ke rumahku, seakan akan aku sedang bermimpi Padahal kemarin kemarin aku sempat kesal dan hilang simpati pada anak satu ini, namun hari ini semua berubah seratus delapan puluh derajat Rian begitu manis, ternyata anaknya menyenangkan juga Aku serasa mendapat berkah, dua orang teman sekelas ku, murid paling populer, kaya, dan ganteng ganteng, berkumpul di rumahku yang sederhana ini Menjadi temanku mengingat keadaan keluargaku dengan mereka yang bagai bumi dengan langit, aku tentu saja sangat bersyukur bisa berteman dengan mereka Yuk tina datang entah habis dari mana, ia melihat rian kemudian erwan Kedua temanku tersenyum pada yuk tina “sore yuk ” erwan menegur yuk tina “sore Temannya rio ya Kok nggak masuk ke dalam?” kata yuk tina tersenyum ++++ “kalo gitu ayuk masuk ke dalam dulu ya ” ujar yuk tina kemudian masuk kedalam rumah Erwan dan rian menjawab nyaris serempak Setelah yuk tina sudah di dalam rumah, kami kembali asik mengobrol, “rio Mendingan kita jalan jalan yuk ” ajak erwan sambil meminum habis teh hangatnya yang tadi aku bikin “jalan kemana?” aku menoleh pada erwan “ya terserah kemana aja yang penting jalan ” “ya rio, sekalian aku ingin tahu tempat tempat yang biasa anak anak nongkrong ” tambah rian mendukung usul dari erwan Aku mengangkat bahu, kalau mereka berdua udah kompak seperti itu, aku cuma bisa menyetujui saja “baiklah kalau gitu Aku mau beresin gelas ini dulu ya Tunggu sebentar ” aku berdiri lalu membereskan piring bekas kue dan gelas teh yang sudah kosong Erwan dan rio membantuku, kemudian aku menaruh gelas gelas kotor itu ke dapur Aku pamit sama emak yang sedang memilih beras untuk dimasak “mak rio mau jalan dulu ya Bareng teman ” emak menoleh sambil tangannya memilih bulir bulir padi yang masih tersisa “kemana rio, kan udah sore ” tanya emak heran “iya mak, erwan sama rian yang ngajak Rio sih cuma ikut aja Belum tau juga sih mau kemana, paling juga cari angin sambil cuci mata mak ” aku menjawab “tapi pulangnya sebelum magrib ya nak Hati hati di jalan Banyak motor yang ugal ugalan Jangan sampai nanti kalian bertiga keserempet motor ” nasehat emak “iya mak Makasih ya mak ” aku kegirangan Setelah mendapat izin dari emak, bergegas aku menemui rian dan erwan Keduanya sudah siap dengan sepeda masing masing “rio aku aja yang boncengin ya ” tawar erwan sambil membebaskan standar sepedanya “sama aku aja rio ” rian ikut ikutan menawari aku Aku jadi bingung Sebenarnya aku pengen banget bisa berdekatan dengan rian, tapi aku kan sahabat erwan, aku tak enak sama erwan kalau aku memilih boncengan dengan rian yang baru sehari ini berteman denganku Sepuluh menit kemudian aku sudah berada di jalan, di bonceng oleh erwan Ia mengayuh sepeda dengan santai menyusuri jalan kecil yang sepi, sepanjang jalan kami tertawa dan bercanda Kadang erwan mengayuh sepeda kencang kencang membuat jantungku terasa mau jatuh Rian tak mau kalah, ia mempercepat kayuhannya hingga erwan dan aku dapat ia susul Tentu saja karena ia tak membonceng siapa siapa Sampai di jembatan daerah pintu air, erwan berhenti Kemudian turun Aku ikut turun Setelah mendapat tempat yang agak teduh, kami duduk sambil memandangi sungai Ada beberapa orang yang sedang mandi Diantaranya ada yang memancing Rian mengambil botol air minum yang ada di sepedanya Kemudian meminum isinya Setelah itu ia berikan padaku Aku ambil kemudian meminumnya juga beberapa teguk Ternyata isinya bukan air putih tapi sirup jeruk “makasih ya ” aku mengembalikan botol itu ke rian “bagus juga ya sungainya Ada buayanya nggak?” tanya rian ingin tahu “katanya sih ada Setiap tahun ada satu korban yang dimakan oleh buaya ” aku menjawab pertanyaan rian “apa Setiap tahun sungai ini memakan korban, Tapi kenapa masih banyak yang mandi disini Apa mereka tak takut kalau sewaktu waktu buaya itu datang dan memakan mereka?” rian bergidik ngeri mendengar ceritaku itu “nggak tau juga sih Soalnya kan udah kebiasaan orang orang disini suka mandi di sungai ini Lagipula buayanya itu datang tak setiap hari kok Aku juga belum pernah melihat buaya itu seumur hidup ” tambahku sambil mengambil batu seukuran kepalan tangan lalu melemparkan ke sungai “kata mamaku sih bukan cuma buaya Tapi ada hantu yang suka menarik orang yang sedang mandi hingga tenggelam Katanya ada beberapa orang yang hilang dan ditemukan dalam keadaan yang sudah tak bernyawa disungai ini Setelah hilang biasanya baru beberapa hari kemudian ketemu di rawa rawa Itupun harus memanggil paranormal dulu baru bisa ditemukan ” tambah erwan makin membuat rian ternganga “gila Ngeri banget ya Kenapa paranormalnya nggak sekalian mengusir hantu itu dari sungai ini ?” cecar rian makin penasaran “entah lah Aku juga cuma mendengar cerita ini dari orang orang Tapi memang betul kok Walaupun sungai ini ramai, tapi tetap saja setiap tahun rutin meminta korban Kalau yang aku dengar sih katanya buaya yang ada disungai ini adalah buaya siluman Atau siluman buaya putih ” jelasku makin seru, karena melihat ekspresi rian yang kelihatan tertarik dengan cerita kami “makanya meminta korban, siluman kan suka nyulik manusia Mamaku melarang aku mandi disungai ini Katanya ia tak mau kalau aku jadi korban buaya itu ” “dulu waktu aku masih kecil, pernah akrab dengan temanku Dan sering mandi di sungai ini, tapi temanku itu meninggal saat kami kelas 5, waktu sore hari ia mandi di sekitar sini, ibunya tak tau kalau ia mandi, saat di temukan Mayatnya terapung di sebelah sana ” aku menunjuk ke suatu arah Serempak erwan dan rian berpaling melihat tempat yang aku tunjuk tadi Memang tempatnya agak agak seram Banyak pohon rumbia yang tumbuh Airnya juga tertutup tanaman air yang terapung Sehingga seluas mata memandang yang terlihat hijau bagaikan hamparan karpet tebal Erwan dan rian bergidik ngeri “aku rasa buaya buaya itu sembunyi di balik tanaman air itu ” ujar erwan “bisa jadi, soalnya kan tempat seperti itu, sangat bagus sebagai tempat sembunyi Siapa sih yang bisa melihat apa yang berenang di balik tanaman itu ” timpal rian sambil berkacak pinggang, matanya menatap lurus ke sungai “kapan kapan kita mandi disini ya Mau nggak ?” aku mengajak erwan dan rian ++++ “takut ah Ada buayanya ” jawab rian “iya rio, bahaya Emangnya kamu berani?” tanya erwan “ya nggak masalah Kan kita mandi hari minggu aja Rame kok yang mandi disini ” jawabku santai Rian dan erwan diam seperti sedang menimbang nimbang “bagaimana?” aku kembali bertanya “hari minggu ini ya ?” rian balik bertanya “iya hari minggu ini Biasanya kan rame yang mandi disini ” “baiklah Nanti aku jemput kamu dirumahmu ya Kira kira jam berapa?” erwan menyetujui Namun kulihat rian masih ragu ragu “gimana rian Kamu mau ikut nggak?” aku meyakinkan rian “gimana ya Aku sih pengen Cuma Mendengar cerita kamu tadi bikin aku jadi takut ” “nggak apa apa kok rian Kamu ikut aja Nggak mandi juga gak masalah kok Yang penting kita bertiga pergi sama sama Gimana?” desakku penuh harap Aku benar benar ingin berjalan bersama lagi dengan rian, andai ia nggak mau ikut, rasanya aku jadi kurang semangat “baiklah Jam berapa nanti minggu?” akhirnya rian mau juga “sekitar jam sepuluh aja Sekalian nanti bawa bekal dari rumah Kita jalan jalan ke hutan, kebetulan sekarang lagi musim manggis, pulang mandi kita metik manggis ” aku memberi usul Rian dan erwan terlihat begitu antusias “wah boleh tuh Pasti asik banget, soalnya aku nggak pernah masuk hutan Wah jadi nggak sabar lagi nih nunggu minggu ” seloroh rian senang “sudah mulai gelap nih Hampir magrib, pulang yuk ” ajakku saat melihat ke langit, aku teringat pesan emak “ayo Gak kerasa ya udah magrib ” rian berdiri “antar aku pulang dulu ya ” ujarku pada mereka “ya pasti lah diantar Masa sih ditinggalin disini ” erwan tertawa kemudian berdiri Akupun ikut berdiri Bertiga kami berjalan menuju ke sepeda yang tadi kami parkir “biar aku aja yang ngantar rio pulang, rumah kami kan searah ” usul rian Hatiku melonjak gembira mendengarnya Cepat cepat aku menyetujui kata katanya itu “iya wan Biar aku dengan rian aja Udah sore banget nih Kalau kamu ngantarin aku dulu, bisa bisa kamu magrib di jalan ” kataku pada erwan Ia terdiam sebentar kemudian mengangguk “Nggak masalah kok rio Aku kan bisa ngebut ” erwan bersikeras tetap ingin ikut mengantarku pulang “bahaya loh wan kalo magrib magrib ngebut biar aku aja lah yang antar rio Nggak apa apa kok ” rian memperingatkan erwan akhirnya erwan cuma bisa mengangkat bahu menyetujui kata kata rian Aku naik ke boncengan sepeda rian Senang sekali rasanya dibonceng oleh rian Aku tak tahu kenapa aku bisa senang begini Sepanjang jalan kami bernyanyi keras keras Di tikungan aku dan rian berpisah dengan erwan “sampai ketemu besok di sekolah ya sobat ” teriak erwan sambil membelokan setang sepedanya ke kiri “iya wan Sampai ketemu besok ” jawabku dan rian nyaris bersamaan Rian mengayuh sepedanya lebih cepat, sebenarnya aku ingin sekali lebih lama dibonceng rian, tapi jarak sungai dan rumahku tak terlalu jauh Sekitar sepuluh menit aku sudah sampai dirumah Aku turun dari sepeda rian “rio aku langsung pulang ya ” rian pamit padaku “ya Nggak mampir dulu ya?” “kapan kapan aja lah Besok kan masih bisa Aku takut mamaku ntar kuatir, soalnya sekarang udah mau magrib ” rian memberikan alasan “iya deh Sampai ketemu besok di sekolah ya ” rian mengangguk dan mengayuh sepedanya kembali ke jalan “makasih ya rian ” setengah berteriak aku melambai pada rian Ia mengangguk dan tertawa “sama sama sobat Aku pulang dulu ” “hati hati ya ” idih aku kok segitunya Udah kayak melepas pacar aja “Iya rio Tenang aja Bye ” jawab rian Kok jadi lama gini sih acara pisahnya Udah kayak rian mau kemana aja ! Setelah rian pulang, aku masuk ke dalam rumah Emak, yuk yanti dan yuk tina sedang duduk diruang tamu, tak biasanya mereka berkumpul diruang tamu jam jam segini Saat melihatku wajah mereka tiba tiba jadi tegang Serempak mereka diam sambil memandangku Aku melangkah menghampiri mereka dengan bertanya tanya, wajah emak merah seperti orang yang habis menangis Demikian juga dengan yuk yanti Apa sih yang barusan terjadi disini Kenapa mereka bertiga bersikap aneh begini “darimana aja dek?” yuk tina memecah keheningan diantara kami “dari sungai sama teman Ada apa yuk Kenapa kalian melihatku seperti ini?” tanyaku tanpa dapat menutupi keherananku “nggak apa apa dik mandi gih buruan Ntar keburu malam ” ujar yuk yanti sambil berdiri “iya dek Mandi sana Habis itu kita makan sama sama ” timpal yuk tina sambil tersenyum padaku Aku jadi bingung, tak biasanya yuk tina bersikap sebaik ini padaku Aku pandangi emak, namun emak terlihat seperti melamun Pandangannya terarah ke atas meja “mak kenapa?” aku menghampiri emak “tidak kenapa napa nak buruan mandi sana !” emak tak melihat ke aku sedikitpun Seolah olah menghindari tatapanku Aku masuk kamar dan mengambil handuk lalu ke kamar mandi Selama mandi aku memikirkan sikap emak dan ayuk ayukku tadi Kenapa sih dengan mereka Sepertinya ada sesuatu yang mereka sembunyikan dariku, entah apa itu Kenapa emak dan yuk yanti menangis Walaupun mereka tak menangis didepanku, tapi aku yakin kalau mereka habis menangis Aku betul betul bingung dengan semua ini Semakin lama semakin aneh saja Aku juga heran, biasanya emak selalu menyapaku kalau aku datang Tapi tadi emak tak mengatakan apa apa Emak cuma terdiam murung, seperti berusaha untuk tak melihatku Baru sekali ini aku merasa betul betul asing dengan emak Buru buru aku menyelesaikan mandi kemudian wudhu dengan fikiran yang masih berkecamuk ++++ selesai sholat, aku makan malam bersama dengan emak dan yuk yanti dan yuk tina selama makan tak ada satupun yang bersuara, tak seperti biasanya yuk tina selalu heboh bercerita hari ini yuk tina pun ikut ikutan diam aku mengunyah dengan hambar aku pandangi emak, namun emak seperti sibuk mengunyah tak sekalipun menoleh kepadaku demikian juga dengan yuk yanti sempat kupandangi yuk tina tersennyum sekilas padaku aku balas tersenyum pada yuk tina aku kehilangan selera makan tanpa tahu apa sebabnya aku berdiri dari meja makan lalu kekamar sambil berbaring, aku berpikir kembali akan sikap aneh keluargaku apakah emak punya masalah yang sangat besar? ++++ TOK TOK TOK Pintu kamarku diketuk dari luar, buru buru aku beranjak dari tempat tidur Yuk tina berdiri didepan pintu kamarku begitu aku membuka pintu “dek Lagi ngapain?” tanya yuk tina dengan suara yang tak seperti biasanya, terdengar agak lesu “nggak ngapa ngapain yuk, ada apa?” aku agak heran, tak biasanya yuk tina selembut ini padaku “boleh ayuk masuk dek ” yuk tina tersenyum sumbang “ada apa yuk Masuk aja?” aku jadi makin heran dengan sikap yuk tina Aku membuka pintu lebar lebar, yuk tina masuk ke dalam kamarku kemudian duduk di kursi belajarku “dek Ayuk tau selama ini ayuk sering kasar sama adek Mungkin adek juga nggak begitu suka dengan ayuk ” ujar yuk tina pelan “nggak kok yuk Aku nggak pernah membenci ayuk, aku sayang sama ayuk !” entah kenapa jantungku jadi berdebar debar Yuk tina menghampiriku, kemudian ia meraih tanganku “ayuk memang selalu jahat sama adek Maafkan ayuk ya dek ” “yuk kenapa sih, ayuk ini aneh banget Aku bingung yuk ” “nanti adek akan tau sendiri Dek, emak menunggu di ruang tamu, emak mau ngomong sama adek ” ujar yuk tina penuh misteri, aku berdiri dengan jantung berdebar keras “kenapa yuk Kok kayaknya ada sesuatu yang tak aku ketahui, ada masalah apa yuk?” “kita menemui emak dulu ya dek Nanti adek akan tau sendiri yuk dek ” yuk tina menarik tanganku Aku mengikuti yuk tina keluar kamar untuk menemui emak Hatiku bertanya tanya gerangan apa yang ingin dibicarakan emak, belum pernah emak serius seperti ini Kulihat emak sedang duduk dengan gelisah, tangan emak memegang tasbih dengan gemetaran Aku hampiri emak dan duduk dikursi depan emak Yuk yanti juga sudah duduk dekat emak Yuk tina duduk di kursi sampingku ++++ suasana mendadak jadi hening, yuk yanti memainkan ujung taplak meja dengan jari jarinya Emak nampak gelisah berkali kali menggeser posisi duduknya seolah olah sedang duduk diatas batu kerikil, aku diam menunggu dengan tak sabar ikut ikutan merubah posisi duduk sementara yuk tina yang entah digerakan oleh apa sibuk sendiri mengurut bahuku seolah olah aku lagi pegal Aku tak tahan lagi menunggu apa yang mau disampaikan emak padaku “mak, ada apa sih ?” aku menatap emak lurus tanpa mengedipkan mata Emak masih saja tertunduk seolah olah apa yang ingin ia katakan itu terlalu berat “dek, sabar ya Mungkin apa yang akan adek dengar ini membuat adek kaget ” tutur yuk yanti dengan suara bergetar Aku menoleh pada yuk yanti, namun yuk yanti malah semakin aneh, ia tiba tiba menangis sesungukan Jantungku makin berdebar debar tak karuan Demikian juga dengan yuk tina, entah ada angin apa ia juga ikut ikutan menangis Apa yang mereka tangiskan, kenapa mereka membuat aku bingung seperti ini, apa sih sesuatu yang aku tak tahu yang membuat mereka menjadi bertingkah seganjil ini “mak tolong mak, bilang apa yang terjadi, kenapa mak Rio bingung kalo kalian begini Bilang saja mak Apapun itu rio siap mendengarnya ” ujarku tak sabar lagi Emak mendongak dan memandangku, wajah emak kusut sekali, wajah teduh yang selama ini begitu mengasihku Wajah yang mencintaiku sebagaiman seorang ibu yang sangat menyayangi anaknya Wajah yang mulai keriput dan penuh guratan penderitaan akibat kerja keras Namun wajah itu mampu memberi keteduhan dalam hatiku dan anak anaknya yang lain Mata emak terlihat layu, bagaikan menanggung suatu penderitaan “rio Anakku Mungkin setelah mendengar cerita emak ini, rio akan sedikit terkejut ” emak berkata dengan tersendat sendat ” aku diam menyimak kata kata emak “semua dimulai pada belasan tahun yang lalu dimana saat itu emak baru punya dua orang anak perempuan yang masih kecil kecil Pada saat itu almarhum ayahmu masih ada, kehidupan kita saat itu masih lumayan ” emak memulai ceritanya itu Yuk yanti dan yuk tina ikut diam mendengar, hingga hanya suara emak yang terdengar diruang tamu kecil ini Aku menarik nafas pelan, tak mau menyela cerita emak Aku penasaran emak akan menyampaikan apa ++++ “emak sudah lama sekali mengimpikan untuk punya anak lelaki, hingga pada suatu hari teman emak datang dalam keadaan hamil, ia menjalani hubungan dengan seorang lelaki yang tak disetujui oleh keluarganya karena alasan perbedaan agama Teman emak takut untuk pulang ke rumah, ia takut menghadapi keluarganya Karena dari awal mereka sudah tak menyetujui hubungan itu Saat teman emak ingin meminta pertanggung jawaban pada lelaki yang ia cintai, ibu lelaki itu menyiram teman emak dengan air panas dan mengusirnya Teman emak benar benar sudah putus asa, hingga ia memutuskan untuk bunuh diri Namun saat ia mau meminum racun serangga, tiba tiba pacarnya datang dan mencegah agar teman emak tak sampai melakukan tindakan bodoh itu Diam diam mereka menikah Namun lambat laun keluarga suaminya itu tahu, mereka mencari anak lelakinya yang hilang itu, setelah bertemu, mereka pun menerima teman emak sebagai bagian keluarga mereka Tapi hal itu cuma berlangsung sementara, berbagai macam cara mereka lakukan agar bisa memisahkan anak mereka dengan teman emak Di depan anaknya mereka sangat baik pada teman emak, tapi begitu di belakang anaknya, mereka selalu mengintimidasi teman emak Lama kelamaan teman emak benar benar tak sanggup lagi dan akhirnya memutuskan untuk lari dari rumah itu Waktu itu malam hari emak menemukan dia sedang berjalan sendirian dalam keadaan hamil tua, ia tak menyangka kalau akan bertemu dengan emak Ia menceritakan semua masalahnya Emak sudah mencoba untuk menasihatinya agar kembali pada suaminya, namun ia bersikeras tak mau, akhirnya emak cuma bisa membiarkan saja ia dengan keputusannya itu, emak pun menyuruh ia tinggal di rumah kita Emak kasihan padanya Sebulan setelah ia tinggal dirumah kita, anaknya lahir, ayahmu yang menanggung semua biaya melahirkannya Saat melihat bayinya yang begitu tampan dan montok, emak langsung jatuh hati Emak langsung merasa sayang dengan bayi itu Emak membantunya merawat bayi mungil yang tak berdosa itu Rasanya bayi itu memang benar benar anak kandung emak, yang sudah lama emak inginkan ” emak diam menyusut air matanya dengan baju daster yang emak pakai Aku menahan air mata yang terasa sudah mengambang di pelupuk mataku Rasanya aku sudah bisa menebak akan kemana arah cerita emak itu Kecurigaanku beberapa hari yang lalu bukan tanpa alasan Ingin rasanya aku berteriak sekeras kerasnya Aku tak sanggup mendengarnya, aku benar benar tak mampu lagi untuk mendengar cerita emak selanjutnya Sementara itu yuk tina dan yuk yanti cuma menunduk menatap lantai Mereka tak berani menatapku Aku betul betul merasa begitu asing sekarang Apa saja boleh mereka ceritakan Hal apapun, seburuk apapun aku masih sanggup untuk mendengarnya Namun cerita ini betul betul telah membuat hatiku hancur Emak ku Yang selama ini begini aku kasihi, yang aku cintai melebihi apapun yang ada didunia ini Ternyata bukanlah emak kandungku Hatiku benar benar telah remuk sekarang Aku betul betul tak menyangka sama sekali Lemas seluruh tubuhku, tulang tulangku seolah olah hilang, aku tertunduk dan airmataku mengalir tanpa dapat di bendung lagi Aku rela cacat, aku rela buta, aku rela bila esok aku harus mati, asalkan aku mati sebagai anak kandung emak Ini benar benar telak memukulku Tak terkira tetesan airmataku jatuh ke lantai tepat dibawah kakiku hingga menimbulkan bercak bercak air di lantai semen kasar rumahku Aku dengar yuk yanti mulai terisak begitupun yuk tina Tangisan mereka malah menambah aku merasa makin sakit, jiwaku menjadi lemah dan tak berdaya Hilang sudah kekuatanku selama ini Kebanggaanku menjadi anak emak ternyata harus terengut begitu saja Ya allah kenapa engkau membuat lelucon yang menyakitkan seperti ini Mengapa harus aku yang mengalami hal ini, mengapa kamu timpakan padaku cobaan yang tak mampu aku tanggung Tubuhku bergetar keras, ku gigit bibirku agar tak terlepas teriakan dari mulutku “maafkan emak rio Kamu bukan anak kandung emak Kamu lah bayi itu Teman emak itu adalah ibu kandungmu yang sesungguhnya Namanya mega Ibu yang kamu lihat beberapa hari yang lalu, yang malam itu datang ke rumah kita ” jelas emak melanjutkan ceritanya itu Namun aku sudah tak konsentrasi lagi Aku sudah tak perduli lagi Mau siapapun ibu kandungku itu tak penting, aku tak mau tahu Aku hanya ingin emak yang jadi ibuku Aku benar benar kecewa pada tuhan Kenapa ia tak menciptakan aku terlahir dari rahim emak Aku tak mau siapa siapa selain emak Cuma emak yang aku mau sebagai ibuku Mau semiskin dan sesusah apapun kehidupan yang aku jalani ini, aku tak perduli Aku ikhlas tak mempunyai apa apa Aku rela tak punya apa apa, aku rela misalkan yuk tina tetap membenciku seperti biasanya Tak sebaik ini ketika ia tahu kalau aku bukan adik kandungnya asalkan emak ku tetap menjadi emak kandungku seumur hidupku Namun kenyataan ini tak mungkin lagi dapat di ubah, tuhan telah menggariskan kalau aku bukan lah anak emak Aku hanyalah anak perempuan lain, anak haram diluar nikah, anak yang sebetulnya tak diinginkan kehadirannya dibumi ini Anak hasil dari hubungan terlarang Yang membuat orang susah Menambah beban dalam kehidupan keluarga ini “pada suatu hari, mega menghilang dari rumah kita, ia pergi pagi pagi sekali dengan hanya meninggalkan selembar surat yang isinya ia meminta emak merawat kamu, ia pergi mencari pekerjaan dan ingin menata kembali kehidupannya Ia berjanji akan kembali lagi untuk menjemput kamu Ia minta maaf karena telah membebani emak selama ini, +++ berhari hari almarhum ayahmu dan emak mencari mega, namun nihil, tak membawa hasil, seorang teman ayahmu mengatakan kalau pernah melihatnya naik keatas kapal menuju palembang ” tambah emak dengan murung Aku mendongak menatap emak, wajah emak yang terlihat sedih penuh dengan linangan air mata Kalau dalam situasi biasa kalau melihat emak menangis aku pasti langsung memeluk emak, namun entah kenapa kali ini terasa begitu berat, aku merasa seakan tak punya lagi hak untuk memeluk emak Ku pandangi yuk yanti dan yuk tina, aku merasa iri sekali dengan mereka, kenapa bukan salah satu diantara mereka berdua saja yang bukan anak kandung emak, atau tak satupun yang bukan anak kandung emak diantara kami bertiga, aku ingin seperti kemarin kemarin, aku ingin selalu bernafas dan hidup dengan fikiran dan kesadaran sebagai anak kandung emak seperti biasanya Aku benar benar kecewa dengan keadaan ini Betul betul tak adil bagiku “sebetulnya dalam lubuk hati emak yang paling dalam emak senang mega pergi meninggalkan kamu untuk emak, doa emak setiap hari hanyalah agar mega tak pernah kembali lagi untuk mengambilmu emak tak mau kamu tahu kalau sebenarnya kamu bukan anak kandung emak, perasaan sayang dan cinta emak padamu bukan sekedar main main rio, bagi emak kamu adalah anak kandung emak, sama seperti yanti dan tina, emak menganggap kamu anak yang lahir dari rahim emak juga Hingga setahun yang lalu tepatnya emak bertemu kembali dengan mega, ia mencari emak kemana mana, karena kita sudah pindah rumah, semenjak ayahmu meninggal waktu kamu masih berumur dua tahun, keuangan kita semakin krisis hingga emak terpaksa pindah dan menjual rumah kita yang dulu Emak pindah ke pangkalpinang, dirumah kita sekarang ini Segala kesusahan tak pernah menyurutkan segala langkah emak, semua masih mampu emak lewati selama masih ada anak anak emak Dan kamu adalah semangat emak, emak ingin melihat kamu tumbuh dewasa dan menjadi orang yang berhasil, emak minta maaf rio, tak bisa membuat kamu senang, tak bisa memanjakanmu dengan mainan serta kemewahan seperti teman teman kamu Kadang emak sedih kalau melihat kamu harus berkeliling kampung menjual kue untuk membantu emak ” isak emak sambil bercerita Aku hanya diam dan menangis, tak mampu untuk berbicara apa apa lagi rasanya Rasa kaget dan kecewa yang melanda dalam hatiku membuat jiwaku terasa kosong Yuk tina meraih tanganku dan meremas jari jariku sambil ikut menangis bersamaku “mega meminta kembali kamu nak Namun emak meminta agar diberi waktu untuk merawatmu lagi Mega setuju, ia kasih emak waktu setahun Hingga tak terasa waktu berlalu dan emak menyadari kalau mega akan kembali untuk menagih janjinya Dua bulan yang lalu ia kembali, waktu itu kamu sedang bersekolah, mega mendesak emak untuk segera bercerita padamu, namun berat rasanya bagi emak untuk bercerita sebenarnya Emak menunda nunda sambil berdoa agar mega merubah pikirannya Namun doa emak tak dijawab oleh tuhan Mega sering datang untuk menagih janji emak Dan sempat mengancam akan membawa masalah ini ke pengadilan andaikan emak tak menyerahkan kamu padanya , ditengah kebingungan ini emak meminta pendapat yanti ayukmu Karena cuma dialah yang tahu kalau kamu adalah anak angkat emak, waktu kamu lahir, yuk yanti sudah berumur empat tahun lebih, sedang tina baru berumur dua tahun jadi tak mengerti apa apa Yanti tahu kalau dibawa ke pengadilan, emak tak akan pernah memang, karena sekarang mega sudah menikah lagi dengan seorang pengusaha, mega juga punya bisnis sendiri dan cukup sukses hingga mereka hidup berkecukupan Namun mega tak punya anak dari suaminya itu, saat suaminya tahu kalau mega punya anak kandung, ia menyuruh mega untuk mengambil kembali anak yang dulu pernah ia tinggalkan Makanya mega datang kembali malam itu, emak tak mau kamu dan tina mendengar pembicaraan kami, emak menyuruh tina pergi dengan alasan emak punya hutang dan tak mau sampai kamu dan tina melihat emak dimarahi orang itu Makanya tina cepat cepat menyuruh kamu pergi menemaninya Namun pada saat kamu sedang berjalan dengan teman kamu kemarin, tiba tiba mega datang lagi Bersama suaminya dan seorang pengacara Mereka menghina emak Dan saat itulah tina tahu tentang persoalan ini Mereka mengatakan kalau emak egois, menyeret kamu dalam kesusahan, seharusnya kamu bisa mendapat kehidupan yang lebih baik, pendidikan yang lebih baik Emak sadar Mereka memang benar Akhirnya emak putuskan akan menyerahkan kamu kembali pada mereka, karena bagaimanapun mereka lebih berhak atas kamu Karena kamu anak kandung mega Dialah ibumu sesungguhnya ” emak menutup ceritanya sambil menangkupkan kedua tangannya ke wajah, dan menangis terisak dengan tubuh berguncang Yuk yanti langsung berdiri memeluk emak Demikian juga dengan yuk tina Aku diam tak bergeming, aku merasa aku tak lagi punya hak untuk memeluk emak Aku adalah orang asing di tengah tengah mereka Aku tak pantas untuk memeluk emak, aku bukan anak emak Aku hanya hidup dari belas kasihan emak selama ini padaku Dengan dada yang semakin sesak dan airmata yang membanjiri mukaku, aku menghambur berlari keluar dari rumah, terakhir ku dengar suara jeritan emak dan ayuk ayukku memanggilku namun tak kuindahkan sama sekali Aku terus berlari tanpa tahu harus kemana Aku berlari sekencang kencangnya melewati jalan setapak dan pekuburan yang gelap Takut tak lagi aku rasakan, yang terpikir olehku hanyalah ingin berlari sejauh mungkin +++++ “jadi kamu betul betul akan pergi rio?” tanya erwan dengan sedih, saat kami bertiga, aku, erwan dan rio, duduk di bawah pohon akasia pada saat jam istirahat Setelah tadi aku menceritakan kalau aku akan pindah dari pangkalpinang, ikut mama kandungku Sementara itu rian cuma diam sambil menyobek daun akasia yang ada di tangannya Entah apa yang ia pikirkan “rio pamit mak Doakan rio berhasil ya ” aku memeluk emak erat erat dengan keharuan yang menyesak didadaku Yuk tina dan yuk yanti berdiri disamping emak sambil terpaku memandangku Sambil tersenyum aku hampiri yuk yanti Aku cium tangannya dan berpamitan Yuk yanti cuma mengangguk Air mata mengalir dari sudut matanya Kemudian yuk yanti memelukku, kuat sekali pelukannya seolah yuk yanti tak rela aku pergi Hampir satu menit sebelum akhirnya yuk yanti melepaskannya Kemudian ku hampiri yuk tina Ia tersenyum Senyuman yang aneh Badannya tiba tiba berguncang, saat aku mencium tangannya, meledak tangisan yuk tina Lututku jadi gemetaran “perkenalkan ini teman baru kalian, namanya rio khrisna julian ” ujar pak ridwan memperkenalkan aku pada seisi kelas, aku mengitari pandanganku ke seisi kelas sambil tersenyum tipis Aku seolah olah merasakan deja vu dengan kejadian ini, saat dulu ketika di sekolahku yang lama, waktu rian baru masuk menjadi murid baru “jangan om Rio tak bisa !!” aku mencoba mendorong tubuh adik bungsu papa yang hanya mengenakan secarik celana dalam tipis Namun tenaganya begitu kuat Bagaimanapun aku meronta hanya membuat tenagaku makin hilang “aku betul betul tergila gila sama kamu rio !” ia berbisik di telingaku, sambil menjilat bagian bawah telingaku dengan buas membuka seragam smu yang masih menempel dibadanku aku pandangi dari balik jendela mobil jalan di pangkalpinang yang telah delapan tahun tak aku lihat, begitu banyak perubahan, beberapa gedung baru yang dulu belum ada sekarang berdiri dengan megahnya Aku sudah tak sabar lagi ingin bertemu dengan emak, yuk tina dan yuk yanti, entah bagaimana kabar mereka sekarang Aku ingin memberi kejutan pada mereka Berkotak kotak oleh oleh aku siapkan untuk mereka Kain sutera untuk emak, baju dan bermacam macam lagi yang mahal mahal, aku akan merenovasi rumah emak, seperti cita citaku dulu Tak sabar lagi aku membayangkan akan melihat ekspresi wajah emak ketika melihatku datang “masih jauh rio rumahmu?” tanya pemuda tampan bertubuh atletis yang duduk di sampingku, sudah setahun ini menjadi kekasihku “rio Benarkah ini rio Astaga rioo !!” teriak erwan dengan terkejut saat melihatku berdiri di depannya Erwan langsung memelukku dengan kuat, aku balas memeluknya untuk melepaskan rasa rindu yang bertahun tahun ini telah mengisi hari hariku “iya wan ini aku rio Apa kabar bro ?” aku berbisik di telinga erwan, banyak sekali perubahan erwan semenjak lama aku tak melihatnya Semakin tampan saja erwan sekarang, tubuhnya jangkung, berbentuk dan padat, aku yakin erwan rajin fitness “siapa pacar kamu sekarang rio Kamu begitu tampan, mustahil tak ada pacar ” kata erwan sambil menatap mataku ku peluk tubuh kekar yang berbaring tanpa mengenakan apa apa di sampingku, kulit putih mulus yang semalam bercinta tak lelah lelah denganku, di kamarku yang mewah, yang dulu tak pernah terpikir akan aku miliki, semua peralatan canggih memenuhi kamarku yang ditata oleh seorang desain interior cukup terkenal Tubuh yang telanjang dan kekar disampingku bergerak terbangun, membuka matanya tersenyum menatapku “kok belum tidur sayang ” ujar rian sambil mencium keningku dengan lembut “aku mencintaimu rian, tolong jangan siksa aku seperti ini Kasihanilah aku ” aku beringsut di lantai merendahkan diri di kaki rian, namun tak sedikitpun rasa kasihan terpancar dari sinar matanya Rian menendangku hingga aku tersungkur diantara serpihan dan pecahan pecahan porselen yang berhamburan diatas lantai granit ruang tamuku Tubuh rian yang menjulang tinggi berdiri terkangkang sambil berkacak pinggang menatapku penuh kemarahan Aku tak berani menatapnya Kalau sudah mengamuk seperti ini, rian bagaikan hewan buas yang siap untuk mencabik cabik mangsamya +++ PERENUNGAN aku terus berlari tanpa menghiraukan apapun lagi, perasaan sakit membuat tubuhku terasa kebas, gelapnya malam dan rasa dingin yang menusuk tak menyurutkan aku untuk berbalik ke rumah, hanya suara rumput dan ranting berderak terinjak oleh kakiku, serta suara nyanyian jangkrik dan kodok sebagai pertanda kalau malam ini akan turun hujan Aku tak bisa menerima ternyata aku bukanlah anak emak, tuhan begitu jahat, mempermainkan aku seperti ini Segala perasaan bahagia dalam hatiku tinggalah puing puing, tak mampu aku mencerna semua ini, aku ikhlas apapun yang akan di timpakan padaku, segetir dan sesakit apapun itu Tapi ini lebih menyakitkan dari segala apapun yang pernah aku lewati Aku tahu pasti emak dan ayuk ayukku sangat cemas sekarang, aku tak perduli, aku marah sekarang, aku marah kenapa mereka tak dari dulu berterus terang agar aku tak merasa sesakit ini Aku yakin pasti sekarang mereka sangat sibuk mencariku Aku sengaja sembunyi di tengah hutan dan pekuburan Karena aku tahu kalau mereka tak mungkin akan mencariku disini, aku meringkuk dibawah pohon besar menjulang dan rimbun tanpa rasa takut sedikitpun Angin bertiup membawa uap air hingga membuat tubuhku menggigil kedinginan Air mataku tak berhenti mengalir, mengutuk kemalangan nasib yang selalu menimpaku tanpa belas kasih sedikitpun Mengasihani diri sendiri Tak ada lagi yang bisa aku banggakan lagi sekarang, satu satunya harta yang aku miliki selama ini hanya keluargaku Sekarang semua pun harus direngut dariku Sungguh hidup ini tak adil, tak memihak padaku Segala hinaan dan cercaan yang aku dapatkan sejak aku masih kecil, karena kemiskinan yang melilit masih bisa aku abaikan dengan tersenyum getir, tak mendapatkan banyak teman serta mainan bisa aku terima dengan lapang dada, setiap hari berkeliling kampung membawa kue untuk dijual, walau harus menebalkan muka setiap bertemu dengan teman teman sekolah yang memandangku dengan tatapan iba, atau menghina, ataupun pandangan salut, semua itu tak penting bagiku asalkan aku bisa melihat emakku tersenyum, asalkan bisa membantu meringankan beban emak apapun akan aku jalani Kenapa perempuan yang mengaku ngaku sebagai ibu kandungku itu harus datang, setelah ia meninggalkan aku bertahun tahun, setelah ia membuangku, seenaknya sekarang ia ingin mengambilku kembali, apakah ia pikir aku ini patung yang tak punya hati, seenaknya ia bisa memindah mindahkan aku dimanapun ia suka, apakah ia pikir aku akan begitu saja menuruti keinginannya untuk tinggal bersamanya Aku sangat membenci perempuan itu, dari awal aku melihatnya aku sudah tidak menyukainya Aku tak akan mau mengikutinya, aku tak akan mau Bagiku tak ada emak yang lain, sampai matipun aku hanya punya satu emak Yang telah membesarkan aku selama ini, yang aku sayangi Walaupun aku tak mempunyai satu titik pun darah emak yang mengalir dalam tubuhku, walau kenyataan ini tak dapat diubah meski aku menukarnya dengan nyawa sekalipun Memikirkan hal ini membuat aku menangis terisak isak, sungguh serasi sekali aku saat ini dengan keadaan tempat aku bersembunyi Pekuburan yang sunyi, menguarkan aroma suram, sesuram hatiku Pekuburan yang begitu sunyi dan tenang, tak membuat aku merasa takut lagi, ada yang lebih membuat aku takut saat ini ketimbang hantu Aku takut menghadapi kehidupan yang menantiku ke depan nanti, aku takut aku tak mampu mempertahankan hidup, aku takut goncangan jiwa membuat aku melakukan hal hal yang buruk Aku lebih takut jika aku akhirnya berbuat nekat karena aku sudah tak sanggup lagi menjalani hidup Lelah pikiran serta perasaanku membuat sekujur tubuhku terasa lemas Kekuatan seolah olah sudah menguap dan hilang dari diriku Yang terpikir saat ini hanyalah pergi sejauh jauhnya dari dunia, meninggalkan semua kesakitan yang selalu setia menemaniku Meninggalkan nasib buruk yang seolah olah telah lekat dan menjadi bagian dalam hidupku Tiba tiba aku jadi kangen dengan ayah Sosok yang cuma sebentar aku kenal, yang telah pergi sebelum aku sempat mengenalnya lebih dalam Ayah yang mungkin andai saat ini masih hidup pasti akan menyayangiku, sebagaimana seorang bapak yang menyayangi putranya Aku memang tak mengenal ayah Wajah ayah hanya aku ingat sekilas, wajahnya hanya aku kenal dari foto foto kenangan yang disimpan emak dengan rapi, seolah olah itu adalah harta yang tak ternilai harganya Andai beliau masih ada, tak mungkin keluarga kami akan hidup dalam belitan kemiskinan seperti sekarang Mungkin ia akan mempertahankan aku, tak akan mengizinkan siapapun yang mencoba coba untuk mengambil aku dari keluarganya Entah mengapa aku merasa begitu rindu akan sosok ayah Walaupun sekarang aku tahu kalau ayah yang aku kenal selama ini Meskipun cuma dalam hati serta memori indah di celah terdalam hatiku, bukanlah ayah kandung seperti yang selama ini aku pikirkan Aku hapal posisi kuburan ayah Setiap lebaran biasanya emak dan ayuk ayukku mengajak aku nyekar di kuburan ayah Aku merangkak perlahan menggeser posisiku yang tadi meringkuk bertopang lutut kemudian aku berdiri, daun kering menempel pada celana pendek yang kupakai aku tak perdulikan, rasa gatal terkena perdu dan semak tak ku indahkan lagi Pelan pelan aku berdiri dan berjalan menuju ke kubur ayahku Kuburan yang tak disemen, hanya sebuah nisan usang dari kayu bertuliskan nama ayah Rumput liar tumbuh menyemaki seluruh permukaan kuburnya Batang kamboja setinggi puncak kepalaku sedang berbunga Melati menguarkan aroma harum menusuk hidung ++++ kembang rose yang berbunga jarang yang dulu aku ingat waktu aku masih kelas tiga sekolah dasar, aku tanam bersama yuk yanti Sekarang sudah tumbuh dengan liar, nyaris menyamarkan kubur ayah Kuburan yang tak terawat serta terbengkalai Emak dan ayuk ayukku terlalu sibuk berusaha agar dapur tetap berasap, bukan sengaja mengabaikan kuburan ayah Aku berlutut dan menangis lagi dikubur ayah, ku tumpahkan semua rasa sesak dalam hati, aku ceritakan segala gundah seolah olah ayah bisa mendengar segala keluhanku Kubiarkan air mata tumpah menetes diatas tanah berumput yang basah karena embun Entah berapa lama aku membiarkan posisiku duduk tengkurap dengan pipi menempel pada gundukan tanah kuburan ayah Entah berapa banyak airmata yang tumpah seiring curahan perasaanku pada ayah hingga aku akhirnya tak sadar lagi telah tertidur Suara sayup sayup memanggilku dari kejauhan membuat aku terbangun, dengan kepala yang terasa sakit, aku menegakkan badan Terdengar suara langkah kaki orang ramai yang semakin dekat sambil berteriak memanggilku, sorotan lampu senter simpang siur menimpa pepohonan, lalang dan rumput, aku cepat cepat beringsut sembunyi dibalik semak semak, agar mereka tak bisa menemukanku “RIO !!!” “RIO ” “RIOOO !!!” bersahut sahutan suara teriakan memanggilku, memecah keheningan di malam yang gelap, titik air hujan mulai jatuh rintik rintik, mengenai wajah dan tubuhku, bajuku sudah mulai basah, gemetaran antara takut dan dingin Sementara itu orang orang yang mencariku sudah semakin dekat dengan tanah pekuburan Aku mendengar suara emak dan ayuk yanti, sempat hatiku luluh saat mendengar teriakan emak yang terdengar parau, namun ego serta kemarahan membuat aku mengurungkan niat untuk keluar dari tempat aku sembunyi “rio Kemana kamu nak ?” betapa memilukan suara emakku “dek Pulang lah dek Kasian emak Dek Dimana adek Hujan sekarang dek ?” teriak yuk yanti Aku tahu pasti sekarang ia lagi menangis dari suaranya yang kudengar Semakin mereka dekat, aku makin merapatkan tubuhku tak berani bergerak, seolah olah maling yang takut dikejar massa Tak lama setelah langkah mereka menjauh dan suara mereka tak lagi terdengar, baru aku berani keluar dari persembunyianku Terus terang hari ini aku tak mau mendengar apa apa lagi, aku belum siap pulang ke rumah, penjelasan emak hanya akan membuat aku makin hancur, ini saja aku sudah kehilangan semangat hidup Bukan aku tak kasihan dengan emak, walaupun aku tahu aku bukan anak kandung emak, bagiku emak lah ibuku tak akan tergantikan dengan siapapun Itulah yang membuat aku begitu kecewa, aku benar benar sayang dengan emak, aku begitu menghormati beliau, tak dapat aku katakan betapa besar rasa sayangku, namun ternyata emak bukanlah emak kandungku sendiri, aku hanyalah seorang anak yang tak diinginkan oleh ibu kandungku sendiri, anak yang dibuang Aku merasa begitu kecil sekarang Dari kecil aku tak memiliki banyak teman, anak anak seumuranku, jarang ada yang mau bergaul denganku Karena aku orang susah yang setiap hari berjualan keliling kampung Aku cuma punya keluargaku, yang selama ini sebagai harta yang aku miliki, namun sekarang aku tak memiliki apa apa lagi Bagaimana aku tidak shock seperti ini Tetes air hujan semakin membesar, dan lebat, bajuku basah kuyup menambah lengkap penderitaanku Bibirku menggeletar kedinginan Baru sekali ini aku mengalami penderitaan seperti ini, dengan tubuh gemetaran aku berjalan meninggalkan tanah pekuburan, mencari tempat berteduh Tanah becek tergenang air yang berkecipak tersiram air hujan bak panah memedihkan mata Untung saja aku bisa menemukan sebuah pondok tempat orang biasa ronda, walaupun minim tapi cukup untuk tempat sekedar berteduh menhindari air hujan Aku jadi kangen dengan kehangatan kamarku, tempat tidur walaupun kasur tipis namun nyaman, emak pasti kuatir sekali memikirkan aku, bisa kubayangkan emak gelisah sama seperti yang ku rasakan saat ini Beliau pasti tak bisa tidur, memikirkan aku tak pulang ke rumah Sudah cukup kesusahan emak tanpa perlu aku tambah tambah lagi, aku jadi menyesal telah pergi dari rumah Aku membuat emak jadi sedih, aku tak boleh begini, kasihan emak Bukan salah emak semua ini, tentu saja emak tak menghendaki aku tahu, bahkan selama ini emak menyayangiku lebih dari kedua ayukku Aku sering berantem dengan yuk tina karena masalah itu juga Yuk tina sering marah justru karena ia merasa emak timpang Yang bikin aku jadi heran sekarang, kenapa emak begitu menyayangiku sedangkan beliau tahu kalau aku bukan anak kandungnya Tentu sulit bagi emak menjaga rahasia ini Memikirkan ini membuat aku menangis lagi Aku telah menyusahkan emak yang menyayangiku Emak sudah banyak berkorban untukku, apakah ini balasanku pada beliau yang telah membesarkan aku dengan tiap tetesan serta cucuran keringat hingga lelah tak pernah ia rasakan, aku tak boleh memikirkan diri sendiri Aku harus pulang sekarang juga Emak pasti menungguku sekarang Bergegas aku berdiri dan berlari menembus hujan deras, pulang ke rumah Sampai didepan rumah, ruang tamu masih terang, lampu belum dimatikan, aku mendengar suara emak dan ayuk ayukku disela sela bunyi hujan yang bergemerisik Kuketuk pintu perlahan lahan, seakan akan emak sedang menunggu di pintu, langsung saja terbuka “riooo !!! ” jerit emak saat melihatku berdiri mematung di depan pintu, dalam waktu sekian detik Emak dan ayuk ayukku langsung menghambur memelukku, tangisan mereka langsung pecah, kami bertangis tangisan bersama “masuk rio Anakku Mengapa kamu jadi basah kuyup seperti ini sayang ” isak emak sambil menarikku masuk ke dalam rumah “tina Cepat ambil handuk untuk adikmu !” perintah emak pada yuk tina “iya mak ” buru buru yuk tina ke dapur mengambil handuk untukku “yanti, ambil baju bersih rio di lemari kamarnya ” emak menoleh pada yuk yanti, segera yuk yanti mengangguk dan bergegas mengambil baju untukku Emak menuntunku duduk dikursi ruang tamu Sambil membelai pipi dan rambutku dengan lembut, emak memelukku, aku menangis dibahu emak, aku tak berkata apa apa, demikian juga emak Segala perasaan sedih dan putus asa perlahan lahan menguap seiring kehangatan pelukan emak ++++ PERTENGKARAN EMAK DAN MAMA “keringkan dulu badanmu nak, kasian kamu nak kehujanan subuh subuh begini kemana sih tina, kok ngambil handuk aja lama ” emak mendesah prihatin melihat aku yang gemetaran dan menggigil “makasih mak Maafkan rio ya mak Rio udah bikin emak susah ” aku memenangkan emak, aku berusaha meredakan menggigil yang menggigit, namun sulit “sudahlah nak, jangan dipikirkan lagi, yang penting sekarang kamu tak apa apa -emak kuatir banget mikirin kamu ” “rio nggak bermaksud menyusahkan emak, rio sayang sama emak, tapi rio tak mau pergi dari rumah ini Rio mau tinggal sama emak Tolong mak Jangan suruh rio pergi dari sini, rio sayang sama emak, rio tak akan menyusahkan emak, rio janji mak Biarlah rio makan sekali sehari, tolong mak Jangan berikan rio sama ibu itu Rio akan bantu emak jualan kue Biarlah rio tak usah sekolah, rio tahu kalau itu hanya menambah beban emak Rio ikhlas tak emak kasih jajan, yang penting emak izinkan rio tinggal sama emak ” aku terisak isak dibahu emak Emak tak menjawab apa apa, hanya air mata yang melinangi wajahnya, emak menatapku dengan sendu, terbayang penderitaan yang sama dengan yang aku rasakan “mak kenapa diam jawab mak, rio tak mau kehilangan emak ” aku meratap mengharapkan emak menjawab walau hanya sepatah kata “iya” atau “tidak” namun emak hanya diam saja sambil terus mengusap usap punggungku Sementara itu yuk yanti kembali sambil membawa baju gantiku “nih mak bajunya ” yuk yanti mengulurkan baju kaus dan celana pendekku yang terlipat rapi di tangannya “tina mana yanti? Kok ngambil handuk gini lamanya, kasihan adikmu udah menggigil kedinginan dari tadi, tiap kali disuruh selalu lama !!” kata emak sedikit kesal “loh Dari tadi ia belum balik juga, emangnya dimana ia ngambilnya, di jakarta ya? Yuk yanti keheranan “coba kamu aja yang ambil !!” perintah emak, aku menegakan badan sambil menggeletar kedinginan Yuk yanti langsung menyusul yuk tina kedapur Tiba tiba aku merasa sesuatu yang hangat sedang menjilati kakiku, aku merunduk ke bawah, rupanya si merah yang menjilatinya, aku angkat si merah ke pangkuanku, kuelus elus bulunya yang tebal dan lembut, seolah olah mengerti dengan kesedihan dalam hatiku, si merah tak meronta, dengan jinak ia menyelusupkan kepalanya di sela sela tanganku, menjilati tanganku yang berkerut karena dingin Tak lama kemudian yuk yanti dan yuk tina keluar dari dapur menghampiri aku dan emak sambil membawa handuk biruku “nih dek, keringin badannya Ntar keburu sakit !” perintah yuk yanti sambil memberikan handukku Segera aku ambil, karena memang aku sudah tak tahan lagi kedinginan, ku buka bajuku yang basah lalu ku lap dengan handuk seluruh tubuhku hingga kering Setelah berganti dengan baju dan celana kering, rasanya lebih nyaman, tak lagi menggigil, sementara itu yuk tina, yanti dan emak cuma mengamati aku seolah olah aku orang asing dirumah ini “sekarang tidurlah dulu nak Istirahat dulu, sudah jam empat subuh !” emak berangkat dari duduknya, tersenyum padaku dengan senyum lemah, seolah dipaksakan “mak Boleh rio tidur sama emak nggak?” tanyaku ragu ragu Emak menatapku seolah olah barusan yang kukatakan tadi itu kata kata terlarang “kenapa mak Rio nggak boleh tidur bareng emak malam ini mak?” aku mengulangi pertanyaanku pada emak untuk meyakinkannya lagi Seolah baru tersadar, emak tersentak, kemudian buru buru tersenyum padaku “tumben rio mau tidur bareng emak ” “boleh ya mak?” tanyaku agak ragu karena melihat ekspresi wajah emak yang bimbang “boleh nak, kamu tidurlah dulu nanti emak nyusul Mendengar kata kata emak, aku senang sekali “aku juga tidur sama emak ya ” tiba tiba yuk tina membuka suara “aku juga ya mak !” yuk yanti ikut ikutan Emak memandangi kami semua, kemudian tersenyum dan menganggukan kepala “baiklah, kita tidur bersama sama hari ini ” ujar emak, lalu bertiga aku dan kedua ayukku ke kamar emak Saat berbaring aku merasa ada yang lain dalam hatiku, suatu perasaan yang tak bisa aku ungkapkan dengan kata kata, aku merasa seolah olah ini adalah kali terakhir aku bisa menikmati saat saat seperti ini Yuk yanti dan yuk tina sudah tertidur, emak masuk dan langsung berbaring di sampingku, aku pura pura tidur, ku rasakan keningku dicium oleh emak Setetes cairan hangat jatuh diatas keningku Emak menangis Tapi tangisan tanpa suara Entah karena memang aku sudah terlalu mengantuk, atau aku terlalu lelah, tak lama kemudian aku tertidur +++ aku terbangun kesiangan, saat aku melirik jam dinding, ternyata sudah pukul sebelas siang, tubuhku menggigil tak karuan, kepalaku berdenyut denyut, kerongkonganku kering, pokoknya benar benar tak nyaman Saat mau beranjak dari tempat tidur, tubuhku terasa begitu lemah, seolah olah kekuatanku menguap entah kemana, kupanggil emak, namun suaraku seperti tertahan dikerongkongan, hanya seperti bisikan parau yang keluar “mak Emak !” aku terus memanggil emak, mau pingsan rasanya saking haus yang ku rasakan, mau berdiri tak bisa, pandanganku makin kabur Untung saja emak mendengar, bergegas ia masuk ke kamar dan menghampiriku “ada apa nak ?” tanya emak dengan kuatir saat melihatku Emak mendekatiku, kemudian meraba keningku, mata emak terbelalak “mak Haus ” ujarku dengan susah payah “astaga rio Tubuhmu panas sekali Kamu demam nak ” emak terlihat begitu panik, buru buru ia menyelimutiku hingga sebatas leher Kemudian emak keluar kamar, kembali lagi dengan membawa segelas besar air putih “minum dulu nak ” emak membantuku duduk, kemudian menempelkan bibir gelas ke mulutku, segera aku minum, namun air yang mengalir lewat tenggorokanku, seolah olah bagaikan duri yang menyakitkan Langsung ku dorong kembali gelas itu, emak menatapku penuh tanda tanya Aku cuma menggelengkan kepala dengan berat, seperti mengerti, emak langsung meletakkan gelas di atas sandaran dipan tempatku tidur Lalu membaringkan aku lagi “tunggu sebentar nak, emak mau beli obat dulu ke toko Kamu jangan banyak bergerak dulu ” kata emak dengan cemas Aku cuma mengangguk pelan Emak meninggalkanku sendirian, sekitar sepuluh menit, emak kembali masuk sambil membawa mangkuk plastik berisi air dan saputangan handuk Kembali emak membantuku duduk, memberikan sebutir obat padaku, aku menelan obat itu dengan bantuan emak serta segelas air Kemudian aku baring lagi Emak mengompres keningku Aku memejamkan mata, rasanya otakku bagaikan tertusuk jarum, menarik nafaspun susah, bagaikan ada yang menekan dadaku serta menutup hidungku Lama sekali emak terus mengompresku, hingga aku tertidur lagi Aku terbangun karena mendengar suara ribut ribut yang berasal dari luar kamar, mungkin diruang tamu, suara yang sangat asing bagiku, selain suara emak dan ayuk ayukku ++ Seperti ada beberapa orang yang sedang memarahi emak, dengan susah payah aku berangkat dari dipan emak, aku berjalan walau terasa pusing dan pandanganku kabur, walau sulit, akhirnya aku bisa berjalan hingga pintu kamar Dari balik tabir, ku melihat emak sedang menangis, sementara kedua ayukku memeluk emak, ibu yang waktu malam itu datang, ada disitu Bersama dua orang lelaki dewasa “ayuk tak bisa menjaga anakku, kenapa sampai ia sakit seperti itu Kenapa dibiarkan saja ia berhujan hujanan di tengah malam !” teriak ibu itu dengan nada tinggi “kami juga sudah berusaha mencegahnya, tapi rio berlari sangat kencang, tina dan yanti sudah mengejarnya, namun mereka berdua tak bisa menyusulnya Tolong jangan salahkan kami seperti itu mega !” emak membela diri, sementara itu yuk tina tanpa rasa takut sedikitpun langsung berdiri dan berkacak pinggang, dengan emosi, yuk tina balik memarahi ibu itu Ibu yang aku tahu adalah ibu kandungku “bu Tolong sopan sedikit ya ! Ibu mana tahu dengan keadaan kami, ibu hanya tahu bersenang senang Sementara kami disini sedang ada masalah, gara gara kedatangan ibu Setelah ibu meninggalkan rio begitu saja tanpa kabar, sekarang seenaknya saja ibu mau mengambilnya Apa ibu tak punya hati ?” tantang yuk tina berapi api dengan penuh emosi Yuk tina memang agak temperamental, ia tak kenal takut, walaupun ia tahu orang itu lebih dewasa dan kuat, selama ia merasa benar, maka yuk tina tak akan gentar sedikitpun Melihat perlawanan dari yuk tina, wajah ibu itu langsung berubah merah padam “hei ! Jaga mulutmu ya Pernah diajari nggak sama emakmu itu ? Kamu itu perempuan, apa kamu pikir bagus kelakuanmu itu?” balas ibu itu tak kalah sengit Kedua pria yang bersamanya cuma duduk melihat tanpa bersuara sedikitpun Kepalaku makin pusing, aku kasihan melihat emak yang cuma bisa diam, aku ingin membela emak, tapi aku tak bisa, karena entah mengapa aku merasa pandanganku makin kabur, dan tubuhku seolah melayang layang “emak selalu mengajari kami yang baik baik Tapi kami juga tak akan tinggal diam kalau ada yang menghina kami Jangan ibu pikir mentang mentang ibu banyak duit, ibu pikir bisa seenaknya saja memperlakukan kami Justru ibu itu yang tak sopan, datang ke rumah orang marah marah Kayak orang tak berpendidikan !” maki yuk tina makin meradang “tina cukup !!, jangan tak sopan sama orang tua ” sela emak diantara isakannya “nah Betul kan Kamu memang anak tak tahu adat Emak kamu sendiri juga bilang kamu tak sopan Dasar anak kurang ajar ” balas ibu itu dengan melecehkan Yuk tina menatap emak dengan pandangan terluka, seolah olah kata kata emak tadi telah membuat ia sakit hati Emak sepertinya sadar akan hal itu, buru buru emak membela yuk tina “mega Kamu yang harusnya sadar diri, jangan mentang mentang kamu merasa berada diatas angin, kamu jadi bisa memperlakukan kami seenaknya Ingat dulu, siapa yang datang ke kami, siapa yang meminta tolong dalam keadaan susah dulu, saat kamu tak punya apa apa Saat mertua kamu tak menerima kamu, kamu mengemis meminta belas kasihan pada kami, ingat mega !!! Ternyata kami sudah menolong macan terluka, yang akhirnya menggigit kami Kamu kira kamu sudah baik, kamu itu benar, kamu memang tak tahu terima kasih Jangan kamu pikir mentang mentang kamu sudah punya banyak uang, sudah sukses, kamu bisa begitu saja memperlakukan kami dengan hina !” semprot emak dengan emosi, membuat ibu itu terkejut, mungkin ia tak mengira kalau emak juga bisa berkata kasar “eh Yuk Berapa sih kerugian ayuk dulu Bilang saja berapa Aku bayar sekarang Aku juga terpaksa minta tolong sama kalian itu Kalian pikir aku suka ya kalian tolong, kan dulu kamu juga yang memaksa aku tinggal dengan kalian Sebelum pergi aku sudah bilang kalau aku akan kembali lagi untuk menjemput anakku Kenapa sekarang kalian malah marah marah Seharusnya kalian senang, kalian itu sudah susah Aku cuma mau membantu meringankan kesusahan kalian Aku cuma mau mengambil rio kembali Dia itu anak kandungku, coba kalau ayuk yang berada pada posisiku sekarang Apa yang ayuk rasakan Berpisah bertahun tahun dari anak kandungnya sendiri Merasa bersalah karena telah meninggalkan anak sendiri, setiap hari cuma memikirkan apa nasibnya, apakah ia baik baik saja Sudah cukup makan belum Apa ayuk begitu egoisnya Menyeret rio dalam kesusahan Padahal ayuk tahu kalau aku bisa memberikan kehidupan yang lebih baik pada rio Memberikan pendidikan yang lebih baik untuknya Apa ayuk tega melihat rio berjualan setiap hari Memakai pakaian jelek Tak mendapatkan uang jajan cukup, tak mempunyai apa apa Ayuk jangan kuatir Setiap sen yang ayuk keluarkan untuk rio akan aku ganti semua Bahkan dua kali lipat dari itupun akan aku berikan Aku tak mau bertengkar seperti ini, aku meminta rio baik baik, tapi kenapa kalian malah bersikap seperti ini ?” tantang ibu itu tak mau kalah Aku muak sekali mendengarnya Kata kata ibu itu membuat aku merasa semakin tak menyukainya , malah aku menjadi bertambah benci kepadanya “ibu itu sadar apa pingsan sih Ngomong itu dipikir dulu bu Jangan mencari cari kesalahan orang lain dong !” timpal yuk yanti yang sedari tadi cuma diam +++ aku tahu yuk yanti pasti sangat kesal sekali, biasanya yuk yanti tak pernah seperti itu, yuk yanti sangat menghormati orang yang lebih tua Mungkin yuk yanti sudah tak bisa lagi menahan rasa kesalnya saat mendengar kata kata ibu itu, yang tak bermutu sama sekali “eh Ini lagi mau ikut ikutan Memang kalian itu tak sopan semua Aku tak mau rio berada disini, bisa bisa nanti ia tumbuh menjadi anak yang tak sopan juga seperti kalian ” balas ibu itu makin meradang karena merasa di keroyok “kalau kamu tak memulainya mega, tak mungkin anak anakku tak sopan padamu, aku sangat mengenal anak anakku, biasanya mereka menaruh hormat pada orang yang lebih tua, tapi kelakuanmu sendiri tak bisa dikatakan sopan, padahal kamu itu sudah tua !” emak membela yuk yanti, sambil memberi penekanan pada kata katanya itu Kenapa sih hari ini bisa seperti ini, biasanya emak tak pernah seperti itu, aku sangat mengenal emak, beliau begitu baik, tak pernah aku melihat emak bertengkar dengan siapapun sebelumnya, emak sangat menjaga hubungannya dengan siapapun, bahkan tetangga tetangga disini mengenal emak begitu baik, emak tak pernah bergosip, daripada emak membuang buang waktu untuk mengurusi orang lain, emak lebih memilih membereskan rumah, ketimbang emak sibuk menceritakan kejelekan orang lain, emak lebih memilih sibuk membuat kue untuk dijual, emak juga tak pernah berlama lama belanja di toko, kalau cuma untuk bergosip dengan ibu ibu disini Orang orang sudah tahu dengan karakter emak, justru mereka menaruh hormat pada emak Mereka segan, walaupun kami tak punya banyak uang, tetangga disini sangat menghargai emak “yuk Saya malas bertengkar, saya cuma mau meminta anakku kembali dengan baik baik Saya rasa ayuk sudah cukup puas bisa merawatnya selama ini, sekarang giliran saya yang ingin merawatnya Saya ingin anak saya menjadi orang yang berhasil, apa ayuk bisa menjamin bisa memberikan yang terbaik untuk anak saya, sementara keadaan ayuk seperti ini, untuk makan saja ayuk mesti kerja mati matian membanting tulang, ku mohon ayuk pikirkan lagi, jangan egois, ini semata mata demi masa depan rio Kalau ayuk berpikir, pasti ayuk tahu kalau kata kataku ini benar Aku ingin kita baik baik Percuma bertengkar yuk Tak akan menyelesaikan masalah Aku toh bisa aja menempuh jalur hukum, dan aku bisa jamin kalau ayuk tak akan menang, jadi daripada urusan semakin merembet kemana mana, aku minta ayuk ikhlaskan saja aku mengambil kembali anakku Apa ayuk tega dalam keadaan sakit begini, untuk membawanya ke dokter pun ayuk tak punya uang Masa depan seperti apa yang akan ayuk janjikan pada rio Kalau memang ayuk menyayanginya, ayuk pasti tahu apa yang terbaik untuk rio ” tandas ibu itu sambil mengambil tas tangan yang ia letakkan diatas meja, kemudian ia memberi isyarat pada kedua orang pria yang mengikutinya agar berdiri +++ Ibu itu membuka tas nya lalu mengeluarkan setumpuk uang pecahan sepuluh ribu rupiah dan memberikan pada emak “bawa rio ke rumah sakit, secepatnya Tolong jangan tolak uang ini Carikan perawatan yang terbaik, aku mau anakku segera sembuh ” ujar ibu itu sambil meletakkan setumpuk uang ke atas meja Tanpa berkata apa apa lagi, ibu itu berjalan diiringi kedua pria yang bersamanya, keluar dari rumahku, emak bengong demikian juga kedua ayukku, mereka seolah olah kehilangan kata kata untuk menjawab Setelah deruman mobil terdengar meninggalkan rumah, baru emak seperti tersadar dan menangis, yuk tina langsung menghibur emak “dasar orang sombong, dia pikir dengan uangnya ia bisa melakukan apa saja ” kata yuk tina dengan kesal “sudahlah tin, kita bisa ngomong apa lagi Ibu rio benar, kita ini orang susah, harus tau diri, ini bukan menyangkut tentang kita, tapi anaknya rio Adikmu Emak juga tak mau kalau sampai terjadi apa apa sama adikmu, kita cuma bisa pasrah sekarang, apapun yang terjadi Mungkin memang sudah saatnya kita melepaskan rio dengan ikhlas walaupun itu sangat menyakitkan !” emak berkata sambil melamun Seolah olah emak sedang terkena stress “coba kita punya uang banyak ya mak, kita bisa membayar pengacara, jadi kita tak dihina seperti ini, kita bisa mempertahankan rio ” ujar yuk yanti murung Mendengar semua itu, tanpa terasa airmataku mengalir, aku kasihan sama emak, aku telah membuat emak kesulitan Aku hanya menambah beban saja bagi emak Aku anak yang tak berguna, tak bisa membantu emak Semua masalah berawal dariku Kalau saja tak ada aku dirumah ini, pasti emak tak akan mendapat hinaaan seperti ini Emak mengambil uang yang ada diatas meja, lalu memberikan pada yuk yanti “kamu pegang uang ini yanti, untuk membawa rio ke dokter Emak terpaksa menerimanya, karena memang emang tak punya uang untuk membawa adikmu berobat Emak ingin sekali bisa membayar sendiri biaya adikmu, tapi kalian juga tahu bagaimana keadaan kita Maafkan emak ya tina, yanti Emak tak bisa membuat kalian bahagia ” ucap emak murung nyaris berbisik, pada yuk tina dan yuk yanti “mak jangan ngomong begitu Yanti bahagia kok mak Walaupun tak berlimpah uang, tapi aku senang menjadi anaknya emak Kebahagiaan kan tak bisa digantikan dengan uang mak ” yuk yanti menghibur emak, sambil mengurut bahu emak dengan lembut “iya mak Tina juga begitu, tina minta maaf selama ini sering bikin emak susah Tina bahagia bersama emak, tina janji akan lebih mendengarkan kata kata emak Yang penting kita bisa berkumpul bersama sama mak ” timpal yuk tina dengan wajah berlinang air mata Emak tersenyum walau saat ini beliau sedih, emak merangkul kedua ayukku Bertiga mereka berpelukan dengan penuh kasih sayang Aku mundur perlahan, dadaku terasa sesak, kembali perasaan asing menyergap Dingin menjalar keseluruh tubuhku Hingga membuat ku menggigil Aku merasa asing ditengah tengah keluarga ini Lututku lemas, tak bisa menopang lagi tubuhku hingga ambruk terjatuh menggelosor ke lantai, aku memanggil emak, namun suaraku tak keluar Sementara kepalaku makin sakit, terasa ditusuk tusuk jarum, aku mengerang kesakitan Hingga akhirnya aku tak sadar apa apa lagi Sempat aku mendengar yuk yanti menjerit sambil mengoyang goyang tubuhku Setelah itu tubuhku menjadi ringan seolah melayang dalam kegelapan yang pekat +++ aku membuka mata perlahan, terasa silau, hingga aku harus memicing untuk menghindari perih Tanganku sedang di genggam oleh emak, yuk tina berdiri disisi tempat tidur sambil tersenyum padaku “udah agak mendingan dek ?” tanya yuk tina memastikan keadaanku Aku menggelengkan kepala, memaksakan senyum pada yuk tina dan emak “sakit nak ? Tanya emak sambil memegang tanganku yang terkena infus “nggak mak Cuma tubuhku agak kedinginan ” jawabku dengan susah payah, aku tak mau membuat emak semakin kuatir memikirkan keadaanku “mak Aku tak mau ikut ibu itu ” ucapku dengan lirih Namun emak langsung menyentuh bibirku dengan ujung jari telunjuknya “sst Jangan berpikir yang berat berat dulu nak Yang penting kamu harus sembuh dulu, hal itu bisa kita bahas nanti ” jawab emak pelan, emak menatapku dengan murung, seolah olah beliau merasakan kegundahan yang saat ini melilit hatiku “rio tak apa apa mak Rio takut, kalau emak emang sayang sama rio, jangan biarkan ibu itu membawa rio ” aku bersikeras mempertahankan keinginanku pada emak “iya nak, emak pun mau rio tetap bersama emak, kita menjalani hari hari seperti biasa, selalu bersama sama, makan tak makan selama kita tak terpisah, itulah yang membuat emak bahagia ” “iya dek Betul kata emak, kita pasti akan tetap bersama sama, adek tidak usah kuatir, ayuk akan berusaha keras mempertahankan adek, ayuk juga tak rela kalo adek sampai pergi dari rumah, kita selama ini selalu bersama dan akan tetap begitu ” tambah yuk tina sambil mendekat padaku dan membungkuk hingga posisi kepalanya lebih dekat denganku “ayuk janji ya Yuk, maafkan selama ini rio sering berantem sama ayuk Rio sebenarnya sangat sayang sama ayuk Bagi rio, yuk tina dan yuk yanti adalah kakak paling hebat, yuk tina cantik Rio bangga punya ayuk kayak yuk tina ” “ayuk juga bangga punya adek kayak rio, adek baik sama ayuk, justru selama ini, ayuk lah yang sering marah marah tanpa alasan sama adek, ayuk udah sering nyakitin perasaan adek ” balas yuk tina sambil memegang tanganku yang tak terinfus Aku tersenyum sama yuk tina TOK -TOK TOK suara pintu di ketuk dari luar, serempak kami menoleh kepintu, sesosok kepala menyembul dari balik pintu melongok ke dalam kamar rupanya si erwan “masuk nak erwan ” kata emak sambil membuka pintu lebar lebar, mempersilahkan erwan masuk Rupanya erwan tak sendirian, ada mamanya juga ikut bersamanya masuk ke dalam, ia membawa bungkusan di tangannya Mama erwan menyalami emak, lalu ia menyuruh erwan meletakkan bungkusan itu ke atas meja di samping ranjangku “gimana sobat, udah mendingan Tadi aku bingung kamu nggak masuk, mana nggak ada kabar, pulang sekolah aku ke rumahmu, nggak ada siapa siapa, tetanggamu yang bilang kalau kamu dibawa kerumah sakit ” jelas erwan lalu duduk disisi ranjang “makasih ya wan Kamu memang baik ” “tuh aku bawa roti, cokelat dan buah Dimakan ya sobat, biar cepat sembuh ” “iya sobat Terimakasih banyak Kamu datang aja aku udah seneng banget, tapi dibawa buah buahan juga aku nggak nolak, seneng banget ” aku bercanda biar erwan tak terlalu kuatir “gimana sih kok bisa sakit kayak gini Padahal baru aja kemarin kita sama sama ke kantin, kamu sehat sehat aja Muka kamu juga pucat banget, kayak lagi ada masalah besar aja ” selidik erwan memandang wajahku dengan tajam “nggak kok wan, kemarin aku berhujan hujanan Jadi aku kena demam ” “loh Seingatku, kemaring nggak hujan, cuma tadi subuh memang hujan Emangnya kamu hujan hujanan subuh subuh Ngapain bro ?” selidik erwan agak keheranan Aku terdiam, tak mungkin saat ini aku bercerita pada erwan, karena masalah ini saja sudah membuat kondisiku turun drastis hingga sampai opname dirumah sakit “nanti aku ceritakan, tapi jangan sekarang ya wan Aku belum siap ” aku berbisik lirih pada erwan, jangan sampai emak dan yuk tina mendengar “jangan di paksa kalau kamu belum siap Andai kamu nggak mau cerita juga nggak apa apa kok ” balas erwan penuh perhatian “makasih ya wan ” ucapanku terpotong karena mama erwan menghampiriku Emak berjalan disampingnya “rio Kok bisa sampai sakit gini sayang ” mama erwan berdiri disamping erwan di tepi ranjang, aku memaksakan tersenyum, walaupun agak berat karena kepalaku sakit “nggak tau tante Tiba tiba bangun kesiangan langsung badanku menggigil,” aku menjawab pertanyaan mama erwan “lain kali lebih teliti kalau jajan, soalnya jaman sekarang banyak makanan yang berbahaya, mengandung zat pewarna yang tak seharusnya ditambahkan dalam makanan, belum lagi musim seperti ini, terkadang panas terkadang hujan tak menentu, itu juga membuat kekebalan tubuh menurun ” nasehat mama erwan keibuan “iya tante makasih ya tante, rio perhatikan kata kata tante ” aku tersenyum walau susah payah Mama erwan mengangguk puas mendengar jawabanku Setelah sekitar limabelas menit, mama erwan mengajak erwan pulang, mereka berpamitan Erwan masih sempat menghiburku “besok aku kesini lagi ngajak rian ya ” mendengar nama rian, aku jadi teringat kami baru saja mulai akrab, dan mungkin kami akan jarang bertemu lagi nantinya Ada perasaan sedih, nasibku sekarang ditentukan oleh ibu itu Kalau ia berkeras membawaku kembali, aku cuma bisa pasrah, karena aku masih usia baru beranjak remaja, belum bisa menentukan nasibku sendiri, sedangkan emak tak punya daya untuk mempertahankan aku +++ “iya wan Jangan lupa ya Aku tunggu loh ” jawabku lugas “Sampai ketemu besok sobat ” “iya wan Sampai besok ya ” erwan dan namanya keluar dari ruanganku Aku melihat mama erwan sempat menyelipkan amplop sama emak, walaupun emak berusaha menolak, tapi mama erwan tetap memaksa, malah langsung menaruh amplop itu di kantong emak Dengan perasaan tak enak hati, emak mengucapkan terimakasih pada mereka Aku terharu sekali karena keluarga erwan baik sekali sama aku, aku beruntung punya teman seperti erwan, yang selalu ringan tangan membantu orang orang, hanya tuhan lah yang bisa membalas kebaikan mereka Sedikit dari sekian banyak orang kaya yang masih mau perduli dengan orang susah, mau berbagi Setelah pintu di tutup, emak kembali menghampiriku “lapar nak?” tanya emak dengan perhatian “nggak mak Lidah rio rasanya agak pahit, nggak pengen makan ” “walau cuma sedikit makan lah nak Emak kupasin apel ya ” tawar emak sambil membuka bungkusan yang tadi dibawa erwan “terserah emak, tapi temani rio makannya ya mak ” “iya, nanti emak temani” emak mengambil sebuah apel, lalu mengupasnya pakai pisau lipat, memotongnya dan menaruh ke dalam piring “yuk tina Kok diam aja Tuh ambil aja buah apa yang ayuk suka, mau makan roti atau cokelat itu juga ada yuk ” aku menawari yuk tina yang wajahnya terlihat sekali sudah begitu capek Yuk tina cuma tersenyum sambil berdiri menghampiriku “makasih dek, adek ini sakit kok masih sempat sempatnya mikirin orang lain Nanti kalo ayuk lagi pengen, bisa ngambil sendiri ” jawab yuk tina sambil mengusap usap rambutku Aku senang sekali yuk tina seperti ini, karena biasanya mana mau ia melakukan hal seperti ini, yang ada juga dia mengatakan kalau aku penyakitan Tapi kenapa saat saat seperti ini terjadi justru ketika aku sedang mengalami kejadian ini, mungkin semua ada hikmahnya juga, kalau yuk tina tak tahu aku bukan anak kandung emak, mungkin ia tetap tak perduli denganku, walaupun aku menyayanginya Emak sudah selesai mengupas apel dan buah pir, yuk tina mengambil piring dari tangan emak, lalu menyuapiku Aku membuka mulut dengan enggan, tapi aku juga tak mau menyia nyiakan kesempatan ini, seumur hidupku baru kali ini yuk tina mau menyuapiku makan Yuk tina menungguku mengunyah dengan sabar, setelah ia lihat aku berhenti mengunyah, yuk tina menyodorkan lagi sepotong buah Demikian terus sampai aku merasa mual, aku menggelengkan kepala waktu yuk tina mau memberikan lagi potongan buah padaku “udah yuk Ayuk aja yang ngabisin, aku udah kenyang, perutku mual ” “ya udah jangan dipaksa kalau memang udah nggak pengen ” jawab yuk tina penuh perhatian Aku bergeser agak duduk, jadi aku tak pegal lagi, karena sudah dari tadi berbaring Yuk tina duduk dikursi dekat samping televisi, makan buah bersama emak Sampai suster datang menyuntikku, dan memberikan obat yang membuat mataku mengantuk Aku tertidur dan terbangun subuh subuh, emak tidur di lantai bersama yuk yanti, beralaskan tikar pandan Aku duduk di ranjang memperhatikan emak Yuk tina mungkin pulang waktu aku lagi tidur tadi malam Aku sudah merasa lebih segar, kepalaku tak terasa berat dan tubuhku pun tak menggigil lagi Aku mau pulang saja hari ini, semakin lama aku dirumah sakit, akan semakin banyak biaya yang harus dikeluarkan, padahal emak bisa memakai uang yang diberikan oleh ibu itu untuk hal lain yang lebih penting Suster masuk, menyeka tubuhku dengan handuk hangat basah, aku berdiri sementara suster menggantikan seprei tempat tidurku dengan yang baru Emak dan yuk yanti terbangun dan membereskan tikar serta bantal tempat tadi mereka tidur Emak masuk kamar mandi mencuci muka Setelah emak keluar, yuk yanti masuk Aku hampiri emak, melihatku terlihat sehat, emak agak heran “kok udah berjalan nak Hati hati nanti keserimpet tiang infus ” ujar emak sambil mengambil tiang infus yang aku pegang di tanganku “mak, rio mau pulang aja ” kataku langsung ke intinya “mau pulang? Memangnya kamu udah tak apa apa lagi ?” tanya emak keheranan “rio udah sehat mak, justru lama lama disini bikin rio tambah sakit ” “ya udah kalau memang mau kamu gitu, nanti kita tanya sama dokter aja, kamu udah boleh belum pulang hari ini ” jawab emak Aku mengangguk setuju dengan kata kata emak Setelah suster keluar, aku sarapan pagi dengan nasi putih, dan lauk yang semua rasanya hambar Sekitar jam sepuluh, dokter yang menanganiku datang, setelah ia memeriksaku, emak mengutarakan maksudku untuk pulang hari ini Dokter mengizinkan aku pulang, menurut dokter, aku sudah lebih baik Dan boleh pulang Emak berkemas kemas dibantu oleh yuk yanti, suster melepaskan infus di pergelangan tanganku Erwan datang bersama rian dan sopirnya, waktu yuk yanti menyelesaikan urusan administrasiku dirumah sakit Mereka mengantarku pulang Rian duduk disampingku dalam mobil dibangku belakang Rasanya aku jadi sembuh sampai tak tersisa sedikitpun sakit kepalaku Rian menghiburku dengan cerita cerita lucu membuat aku tertawa terpingkal pingkal hingga terlupa semua masalah yang membebani pikiranku dari kemarin Sampai dirumah aku turun dengan dipapah oleh rian dan erwan Sebetulnya aku bisa berjalan sendiri, tapi aku tak mau melewatkan kesempatan dirangkul oleh rian Aku langsung dibawa ke kamar, rian dan erwan ikut ke kamar, membantuku berbaring, setelah itu mereka ikut duduk diatas ranjang kamarku yang cuma pas untuk satu orang saja tidur diatasnya Kami berbincang bincang dan bercanda Yuk tina membuatkan teh hangat dan kue untuk rian dan erwan +++ Aku belum boleh Hingga sore hari jam tiga, ketika erwan dan rian mau pamit, tiba tiba ibu yang kemarin itu datang kembali, turun dari mobilnya yang mewah, memakai baju yang sangat bagus dari bahan sutera warna salem, sepatunya begitu tinggi, rambutnya pun disasak menunjukkan kalau ia baru pulang dari salon Saat melihatku berdiri di halaman bersama rian dan rio, ibu itu menghampiriku dan langsung memelukku seolah olah kami sudah begitu akrab Aku mencoba melepaskan diri namun tak bisa, pelukannya terlalu ketat “rio anakku, sudah sehat kamu nak Mama sampai nggak bisa tidur memikirkanmu semalaman nak Syukurlah Mama sayang sekali sama kamu ” aku tak tahu harus menjawab apa, merasa risih dan rikuh, bisa ku lihat erwan dan rian ternganga melihatku dipeluk perempuan ini Yang dari penampilannya saja sudah begitu beda dengan ibu ibu yang ada disini Lebih mirip dengan style ibu pejabat dalam sinetron dan film Aku mematung bengong tak bisa mengatakan apa apa Rasanya begitu ganjil Sementara itu rian sedang sibuk mengagumi mobil berwarna hitam metalik yang dipakai ibu kandungku SAAT PERPISAHAN “rio, betulkah itu Ibu ibu cantik itu mama kandungmu?” erwan menatapku menuntut penjelasan Aku jadi bingung harus mengatakan apa, terlalu dini mereka harus sudah tau semuanya, sedangkan aku saja masih belum bisa meredakan keterkejutan yang kurasakan “iya rio Tadi aku dengar sendiri Rio Kamu Anak ibu itu, gila rio ! Ibu itu punya mobil semewah itu Dia pasti luar biasa kaya !” teriak rian setengah histeris, seolah olah tak percaya dengan ini semua, aku tak perduli seberapa kaya ibu kandungku, ia bukan ibu yang baik untukku, meninggalkan aku selama ini, demi mengejar kekayaan Bukan seperti itu ibu yang aku inginkan! Aku cuma ingin bersama emak, karena emak dengan segala keterbatasan yang ia miliki, namun mampu membuat aku bahagia, bisa menjadi sosok ibu panutan Salah besar kalau rian pikir aku silau harta “maaf rian, aku tak perduli berapa harga mobil dan sebanyak apa kekayaan ibu itu Memang betul ia yang melahirkan aku, tapi emak lah satu satunya ibu bagiku ” aku menjawab sedikit ketus sambil menendang kerikil merah yang tergeletak diatas tanah dibawah kakiku Rian dan erwan saling berpandangan dengan heran, sepertinya mereka berdua agak kaget mendengar kata kataku barusan Erwan mendekatiku dengan hati hati bertanya “rio, sepertinya kamu tak bisa menerimanya Aku mengerti kalau kamu nggak mau membahas ini, aku hanya ingin kamu baik baik saja sobat ” “makasih wan, terus terang aku malas membahasnya, mendingan kita jalan jalan aja, malas aku ketemu ibu itu !” “jalan kemana rio, ini sudah sore ” tanya rian agak heran “terserahlah, aku cuma tak nyaman kalau ada ibu itu ” “ya sudahlah, kita jalan sekarang !” erwan memandangku dengan penuh pengertian Rian mengambil sepedanya dibawah pohon, aku mengikuti erwan yang mengambil sepedanya juga Tak sampai lima menit kami bertiga sudah berada dijalan, tanpa tau mau kemana Erwan mengayuh sepedanya menyusuri jalan kecil belum diaspal, melewati pinggiran sungai tempat kami bertiga duduk beberapa hari yang lalu, aku lebih banyak diam, seperti mengerti, erwan dan rian pun ikut ikutan diam Hari sudah semakin sore, cahaya matahari sudah mulai meredup karena matahari sudah mulai turun Menurut perkiraanku, ibu kandungku sudah pulang sekarang, jadi aku mengajak rian dan erwan pulang, sebenarnya aku tak enak juga sama mereka Mau bagaimana lagi, saat ini aku sangat butuh teman untuk melupakan sejenak masalahku Sampai dirumah tepat seperti perkiraanku, tak ada lagi mobil ibuku Aku turun dari boncengan erwan, menawari kedua temanku ini untuk mampir dulu, namun mereka menolak karena sudah hampir maghrib Mereka langsung pulang Setelah mereka berdua pergi, aku masuk kedalam rumah Yuk tina sedang mencuci piring didapur, emak sedang mandi, sementara yuk yanti kulihat sedang mengangkat baju dari jemuran “adek darimana aja, tadi emak nyari nyari ” tanya yuk tina saat melihatku “rio malas yuk ketemu ibu itu, risih rio ia peluk peluk ” aku duduk disamping yuk tina “mungkin adek belum terbiasa aja Nanti juga pasti adek bisa menyayanginya ” yuk tina menepuk bahuku, tersenyum dengan aneh “ayuk kok ngomong gitu, emangnya rio mau tinggal sama ibu itu, nggak lah yuk Rio kan tetap tinggal sama emak dan ayuk disini Protesku sedikit heran juga, kenapa yuk tina bicara seolah olah begitu yakin kalau aku mau tinggal dengan ibu kandungku Pintu kamar mandi terbuka, emak keluar dengan handuk terlilit dikepala Begitu melihatku, emak langsung bertanya “rio ini darimana saja, dicari cari sama yuk yanti tadi Kok keluar nggak bilang bilang sama emak ?” “malas mak ketemu sama ibu itu ” jawabku singkat sambil mengambil potongan daun pisang yang tergeletak diatas meja, kemudian aku menyobek daun itu seakan akan daun itu bersalah kepadaku Emak menggelengkan kepala melihat kelakuanku, kemudian emak menghampiriku, menarik kursi lalu duduk disampingku “rio nggak boleh begitu, dia itu ibu kandungmu, yang sudah melahirkanmu, tadi dia sedih sekali waktu kamu mendorongnya Ia bilang ia kangen sekali sama kamu nak, emak jadi tak tega waktu ia tadi menangis ” aku mendongak menatap emak Ibu itu menangis Perasaan tadi ia biasa biasa saja waktu aku menolak ia peluk “rio belum bisa menerimanya mak, rio masih canggung, bagi rio cuma emak lah ibu rio !” kataku dengan keras kepala Sekilas aku seperti melihat emak tersenyum senang, tapi cuma sebentar, emak langsung mengubah ekspresi wajahnya “sebentar lagi kamu ujian, setelah lulus kamu harus melanjutkan ke smu, ibumu sudah mempersiapkan semuanya, ia berencana untuk memasukanmu ke smu favorit di palembang Katanya ia akan membawamu pindah ke palembang nak ” “mak rio nggak mau ikut ibu itu, rio cuma mau tinggal sama emak disini, boleh kan mak?” aku berharap emak mengiyakan namun jawaban emak sungguh membuat aku terkejut “sebetulnya emak tak keberatan, tapi rio tau sendiri bagaimana keadaan kita, emak ini orang susah, tak mampu lagi emak untuk menyekolahkan kamu, beban kita sudah semakin berat, emak tak bisa memasukkan kamu ke smu, hanya ibu kandungmu yang bisa mengatasi masalah itu Emak tak mau kamu jadi pengangguran nantinya ” kata emak dengan lembut, namun entah mengapa aku merasa seperti di tolak, emak mengatakan itu berarti emak mengisyaratkan kalau keberadaanku dirumah ini telah menambah beban bagi emak Batinku menjerit, tak kusangka aku akan mendengar juga hal ini dari mulut emak Tubuhku gemetaran, dengan gontai aku berdiri, meninggalkan emak dan ayuk ayukku di dapur Aku masuk kekamarku, kemudian mengunci pintu Suara adzan di masjid tak aku hiraukan lagi Ranjang yang sempit cuma cukup untuk aku sendiri, tempat aku berbaring merenungi semua kejadian yang aku alami, mengenang hari hari aku melewati masa kecil hingga sekarang, bersama emak dan ayuk ayukku Dalam susah dan senang, suka duka, apakah tak lama lagi semua ini harus aku tinggalkan Sementara hatiku begitu berat untuk melakukannya Namun aku juga tak mau menjadi benalu yang hanya menambah beban bagi emak Aku tak ada jalan lain, terpaksa aku pergi dari sini Meninggalkan emak, yuk tina, yuk yanti dan semua yang aku sayangi Mengawali hidup baru entah dimana, aku akan berusaha untuk menerima, mungkin sudah saatnya aku memutuskannya Aku akan mencoba untuk mengenali ibu kandungku, walaupun aku tak mengenalnya, namun aku tahu seorang ibu tak akan tega untuk melukai darah dagingnya sendiri Tak terasa airmataku jatuh Kenapa aku tak punya pilihan, aku hanya bisa menerima nasib Terdengar suara ketukan di pintu kamarku, yuk yanti memanggilku untuk mengajak makan malam, tapi aku pura pura tak mendengar, hingga tak lagi terdengar suara yuk yanti Aku bisa mendengar langkah kakinya menjauh dari kamarku Aku tertidur hingga pagi Saat aku bangun rumah dalam keadaan sepi, kucari emak didapur tapi tak ada Kenapa aku bisa tidur seperti orang pingsan Perutku lapar, untung saja ada makanan diatas meja Hari ini aku tak jualan, entah kenapa emak tak membangunkan aku Tak biasanya emak tak berada dirumah sepagi ini, kemana emak? Hatiku jadi bertanya Apakah mungkin emak yang berjualan sekarang? Membayangkan emak berjualan membuat aku jadi merasa bersalah, emak sudah tua, kasihan kalau harus berkeliling kampung menjajakan kue Biasanya itu tugas aku dan kedua ayuk ayukku Ku letakkan kembali kue yang baru aku gigit sedikit tanpa nafsu, laparku mendadak hilang Jam didinding menunjukan pukul enam lewat sepuluh menit, aku harus mandi dan bersiap siap ke sekolah Setelah mandi dan berpakaian, aku duduk diruang tengah menunggu emak Tak lama kulihat yuk yanti pulang sambil membawa dulang yang telah kosong Aku langsung bertanya pada yuk yanti Ternyata betul dugaanku, emak menjual kue keliling kampung, menggantikan aku Aku tak mengatakan apa apa lagi, sekitar lima menit kemudian yuk tina pulang, kue yang ia bawa masih ada tapi tak banyak, saat melihatku sudah memakai baju sekolah, yuk tina tersenyum “dek, tunggu ayuk ya, kita berangkat sama sama ” kata yuk tina sambil menaruh dulang diatas meja “iya yuk, tapi jangan lama lama, sudah siang, takutnya nanti kita telat ke sekolah ” aku menjawab sambil duduk lagi di kursi tamu Yuk tina langsung kekamar mandi mencuci muka dan gosok gigi Aku duduk menunggu sambil melihat lihat ke jalan, namun emak belum juga pulang Yuk tina menghampiriku setelah ia telah siap “berangkat yuk dek ” ajaknya sambil merapikan rambutnya “emak kok belum pulang juga yuk ?” aku berdiri kemudian mengambil tas diatas meja, memakainya ke punggung “mungkin emak agak siang udahlah nggak usah nungguin emak, pesan emak tadi kita nggak usah nunggu emak ” jawab yuk tina sambil berjalan ke pintu Aku mengikutinya “dek nih uang jajan adek, emak nyuruh ayuk yang ngasih ke adek, takut emak lupa ” yuk tina memberikan selembar uang seratus rupiah padaku Aku mengambil uang itu dengan tangan sedikit gemetar Entah kenapa rasanya aku tak pantas lagi menerima uang dari emak “ayo dek, nanti kita terlambat !” yuk tina mempercepat langkahnya Aku mengikuti yuk tina, kami berpisah di perempatan jalan Sampai disekolah pun hatiku tak bisa tenang Erwan yang duduk disampingku seperti mengerti dan tak banyak tanya saat melihat aku sedikit murung +++ Ibu itu menangis Perasaan tadi ia biasa biasa saja waktu aku menolak ia peluk “rio belum bisa menerimanya mak, rio masih canggung, bagi rio cuma emak lah ibu rio !” kataku dengan keras kepala Sekilas aku seperti melihat emak tersenyum senang, tapi cuma sebentar, emak langsung mengubah ekspresi wajahnya “sebentar lagi kamu ujian, setelah lulus kamu harus melanjutkan ke smu, ibumu sudah mempersiapkan semuanya, ia berencana untuk memasukanmu ke smu favorit di palembang Katanya ia akan membawamu pindah ke palembang nak ” “mak rio nggak mau ikut ibu itu, rio cuma mau tinggal sama emak disini, boleh kan mak?” aku berharap emak mengiyakan namun jawaban emak sungguh membuat aku terkejut “sebetulnya emak tak keberatan, tapi rio tau sendiri bagaimana keadaan kita, emak ini orang susah, tak mampu lagi emak untuk menyekolahkan kamu, beban kita sudah semakin berat, emak tak bisa memasukkan kamu ke smu, hanya ibu kandungmu yang bisa mengatasi masalah itu Emak tak mau kamu jadi pengangguran nantinya ” kata emak dengan lembut, namun entah mengapa aku merasa seperti di tolak, emak mengatakan itu berarti emak mengisyaratkan kalau keberadaanku dirumah ini telah menambah beban bagi emak Batinku menjerit, tak kusangka aku akan mendengar juga hal ini dari mulut emak Tubuhku gemetaran, dengan gontai aku berdiri, meninggalkan emak dan ayuk ayukku di dapur Aku masuk kekamarku, kemudian mengunci pintu Suara adzan di masjid tak aku hiraukan lagi Ranjang yang sempit cuma cukup untuk aku sendiri, tempat aku berbaring merenungi semua kejadian yang aku alami, mengenang hari hari aku melewati masa kecil hingga sekarang, bersama emak dan ayuk ayukku Dalam susah dan senang, suka duka, apakah tak lama lagi semua ini harus aku tinggalkan Sementara hatiku begitu berat untuk melakukannya Namun aku juga tak mau menjadi benalu yang hanya menambah beban bagi emak Aku tak ada jalan lain, terpaksa aku pergi dari sini Meninggalkan emak, yuk tina, yuk yanti dan semua yang aku sayangi Mengawali hidup baru entah dimana, aku akan berusaha untuk menerima, mungkin sudah saatnya aku memutuskannya Aku akan mencoba untuk mengenali ibu kandungku, walaupun aku tak mengenalnya, namun aku tahu seorang ibu tak akan tega untuk melukai darah dagingnya sendiri Tak terasa airmataku jatuh Kenapa aku tak punya pilihan, aku hanya bisa menerima nasib Terdengar suara ketukan di pintu kamarku, yuk yanti memanggilku untuk mengajak makan malam, tapi aku pura pura tak mendengar, hingga tak lagi terdengar suara yuk yanti Aku bisa mendengar langkah kakinya menjauh dari kamarku Aku tertidur hingga pagi Saat aku bangun rumah dalam keadaan sepi, kucari emak didapur tapi tak ada Kenapa aku bisa tidur seperti orang pingsan Perutku lapar, untung saja ada makanan diatas meja Hari ini aku tak jualan, entah kenapa emak tak membangunkan aku Tak biasanya emak tak berada dirumah sepagi ini, kemana emak? Hatiku jadi bertanya Apakah mungkin emak yang berjualan sekarang? Membayangkan emak berjualan membuat aku jadi merasa bersalah, emak sudah tua, kasihan kalau harus berkeliling kampung menjajakan kue Biasanya itu tugas aku dan kedua ayuk ayukku Ku letakkan kembali kue yang baru aku gigit sedikit tanpa nafsu, laparku mendadak hilang Jam didinding menunjukan pukul enam lewat sepuluh menit, aku harus mandi dan bersiap siap ke sekolah Setelah mandi dan berpakaian, aku duduk diruang tengah menunggu emak Tak lama kulihat yuk yanti pulang sambil membawa dulang yang telah kosong Aku langsung bertanya pada yuk yanti Ternyata betul dugaanku, emak menjual kue keliling kampung, menggantikan aku Aku tak mengatakan apa apa lagi, sekitar lima menit kemudian yuk tina pulang, kue yang ia bawa masih ada tapi tak banyak, saat melihatku sudah memakai baju sekolah, yuk tina tersenyum “dek, tunggu ayuk ya, kita berangkat sama sama ” kata yuk tina sambil menaruh dulang diatas meja “iya yuk, tapi jangan lama lama, sudah siang, takutnya nanti kita telat ke sekolah ” aku menjawab sambil duduk lagi di kursi tamu Yuk tina langsung kekamar mandi mencuci muka dan gosok gigi Aku duduk menunggu sambil melihat lihat ke jalan, namun emak belum juga pulang Yuk tina menghampiriku setelah ia telah siap “berangkat yuk dek ” ajaknya sambil merapikan rambutnya “emak kok belum pulang juga yuk ?” aku berdiri kemudian mengambil tas diatas meja, memakainya ke punggung “mungkin emak agak siang udahlah nggak usah nungguin emak, pesan emak tadi kita nggak usah nunggu emak ” jawab yuk tina sambil berjalan ke pintu Aku mengikutinya “dek nih uang jajan adek, emak nyuruh ayuk yang ngasih ke adek, takut emak lupa ” yuk tina memberikan selembar uang seratus rupiah padaku Aku mengambil uang itu dengan tangan sedikit gemetar Entah kenapa rasanya aku tak pantas lagi menerima uang dari emak “ayo dek, nanti kita terlambat !” yuk tina mempercepat langkahnya Aku mengikuti yuk tina, kami berpisah di perempatan jalan Sampai disekolah pun hatiku tak bisa tenang Erwan yang duduk disampingku seperti mengerti dan tak banyak tanya saat melihat aku sedikit murung Aku jadi kebingungan, pak rahmat guru yang killer, ia suka ringan tangan terhadap murid, sudah beberapa orang temanku yang pernah merasakan di tampar wajahnya oleh pak rahmat Aku tak mau kalau sampai kena tampar juga olehnya “rio kurang enak badan pak ” erwan yang menjawab “betul rio?” tanya pak rahmat meyakinkan kalau aku memang sakit “iya pak ” jawabku pelan, aku tak bohong karena jujur saja kepalaku rasanya masih pusing “kalau sakit kamu istirahat saja di UKS, percuma saja kamu disini, tak bisa mengikuti pelajaran, malah mengganggu teman yang mau belajar ” ujar pak rahmat penuh perhatian, memang teman teman tahu kalau aku sempat menginap dirumah sakit “biar aku yang ngantar rio ke UKS pak !” erwan menawarkan diri Pak rahmat cuma mengangguk kemudian berdiri menulis di depan papan tulis “ayo rio ” erwan membantuku berdiri, seolah olah aku tak bisa berjalan kalau tak ia bantu Sebenarnya aku risih juga, tapi karena didepan kelas, aku tak mungkin menolaknya Kami berdua keluar dari kelas, berjalan menuju ke ruang UKS “makasih erwan Tadi aku udah gemetaran ” aku berkata sejujurnya “tak apa apa rio Aku mengerti kamu lagi ada masalah, paling tidak kamu ceritalah, aku kan sahabatmu, tak perlu kamu merasa sungkan atau malu ” “maaf ya wan Bukan maksudku bertingkah Tapi aku memang lagi ada masalah Aku butuh ketenangan ” aku meminta pengertian dari erwan “masalah kemarin itu ya ?” “iya ” “mamamu mau membawa kamu bersamanya?” “iya ” “kamu mau ?” “entahlah” “kok entah?” “aku bingung ” “kenapa bingung ?” “aku tak bisa memilih ” “kamu bisa memilih ” “emak menyuruhku ikut ibu kandungku ” “terus ?” “aku ragu ” “jadi kamu akan pergi ?” “kemungkinan ” “kamu pindah dari bangka?” “bisa jadi ” “kenapa kamu nggak minta sama emak kamu agar diizinkan tinggal bersamanya?” “emak tak sanggup lagi untuk menghidupiku ” erwan terdiam mendengar jawabanku barusan, langkahnya langsung terhenti Aku memandang erwan dengan heran “kenapa wan?” “jadi kamu akan betul betul pergi?” erwan mengulangi lagi pertanyaanya tadi Aku terdiam sejenak sebelum menjawab Aku tahu erwan adalah sahabatku yang terbaik yang aku punya Aku pasti akan sangat kehilangan erwan nanti “rio Kita ke kantin aja yuk Kita bicara disana ” “sekarang sedang jam pelajaran wan Tadi kita izin mau ke UKS, nanti kamu kena hukum sama pak rahmat !” tolakku dengan halus “tak masalah Aku tak ingin melihat kamu kalut seperti ini rio Tentang pak rahmat nanti aku bisa hadapi ” erwan membantah dengan keras kepala “terserah kamu kalau gitu ” aku mengikuti erwan berjalan menuju ke kantin belakang sekolah Sampai di kantin, erwan mengajakku duduk di kursi bagian dalam kantin, jadi tak terlihat kalau dari luar “kamu mau makan apa rio?” tanya erwan sambil menarik kursi Aku baru teringat kalau dari semalam perutku belum diisi apa apa Masalah yang aku hadapi ini membuat selera makanku jadi hilang “kamu pesan aja untuk kamu sendiri Aku lagi gak pengen makan ” “muka kamu pucat, pasti kamu tak sarapan tadi pagi Nanti kamu sakit lagi rio Kan yang repot emak kamu juga ” nasehat erwan dengan sabar +++ Aku merenung, kata kata erwan itu ada benarnya Akhirnya aku mengalah dan memesan mie goreng pada ibu kantin “kok kalian nggak belajar Bolos ya?” tanya bu kantin sok tau “rio sakit bu, tadi udah diizinkan sama guru ke UKS, tapi karena ia belum makan, aku ajak kesini dulu ” jelas erwan sabar Aku menyender dikursi Melihat suasana sekolah yang sepi Pohon akasia bergoyang ditiup angin, menjatuhkan bunga berwarna kuning tua ke tanah Cuaca hari ini sedikit panas, keringat mengalir terus dari dahiku Ibu kantin berbalik untuk mengambil pesanan kami Sementara menunggu, erwan kembali bertanya padaku “aku berharap kita bisa kembali bersama di smu nanti rio Tapi sepertinya itu cuma angan angan saja ” cetus erwan dengan pandangan menerawang “aku juga berharap begitu Tapi keadaan tak memungkinkan wan Emak tak mampu membiayai aku Walaupun aku terus memaksa untuk tetap disini, yang ada aku tak sekolah ” hampir aku menangis saat mengatakan itu “kalau soal itu, aku bisa ngomong sama mama Kamu kan bisa masuk program anak asuh Atau, kamu kan pintar Siapa tau kamu bisa dapat beasiswa ” erwan mencoba memberi jalan keluar, tapi aku ragu Aku tak mau selalu merepotkan orang, selama ini aku selalu diajarkan emak untuk selalu berusaha Jangan menggantungkan hidup dari kebaikan orang lain “aku tahu niat kamu baik wan Tapi tak segampang itu Beasiswa itu tak pasti Iya kalau aku dapat, Kalau nggak gimana?” aku balik bertanya Erwan langsung terdiam “nah kamu sendiri juga bingung kan Aku tak mau terlalu tinggi bermimpi Aku takut terjatuh lagi Mungkin ini sudah garis hidupku Aku harus kembali pada ibu kandungku ” aku menghentikan bicara karena ibu kantin menghampiri kami sambil membawa dua piring berisi mie goreng dengan telur “makasih bu ” kataku pada bu kantin saat ia meletakkan piring diatas mejaku “bu, es jeruk dua gelas ” ujar erwan sambil menarik piringnya lebih dekat “jadi kamu sudah bulat benar benar ingin meninggalkan bangka ?” tanya erwan dengan sedih “aku bisa apa wan Aku tak mau menambah beban bagi emak Kalau dituruti, sedih hati ini wan Meninggalkan orang orang yang aku cintai ” aku mengaduk aduk mie goreng dengan tidak berselera “dimakan rio ” “iya wan ” aku menjawab sambil menyuap sesendok mie goreng, lalu mengunyahnya dengan malas Aku tak enak hati sama erwan kalau tak memakan mie yang telah ia pesan “kalau kamu jadi pergi Jangan pernah lupa padaku ya rio ” suara erwan terdengar agak parau Wajahnya agak menunduk seolah olah sedang mengamati isi piringnya “mana mungkin aku bisa melupakan kamu sobat Selama ini kamu telah baik padaku Bagiku kamu saudaraku wan Sahabat terbaik yang pernah aku punya ” aku mencoba menghibur erwan, sekaligus menghibur diriku sendiri yang tak yakin apakah nantinya aku mampu menghadapi semua ini Apakah aku mampu berjauhan dengan emak Sementara selama ini tak pernah satu haripun emak pergi dari rumah Aku paling tak bisa ditinggal emak Aku juga tak yakin nanti bisa bertemu teman sebaik erwan ditempat lain Sahabat sejati tak mudah di cari Aku belum bisa membalas kebaikan erwan padaku, walaupun aku begitu berniat Selama ini aku tak pernah punya rejeki lebih untuk mentraktir ataupun membelikan sesuatu untuk erwan Aku menghabiskan mie gorengku Lalu minum es jeruk lewat sedotan Kenyang rasanya perutku “nah gitu dong Baru namanya anak pintar ” erwan menggodaku saat melihat piring di depanku telah kosong Aku tersenyum lebar melihat wajah erwan yang lucu, aku tahu ia berusaha menghiburku Erwan menghabiskan minuman dalam gelasnya “sekarang kita ke UKS Aja Nanti ketahuan sama pak rahmat ” erwan berdiri kemudian menghampiri bu kantin untuk membayar makanan kami tadi “iya wan, ntar dikira sama pak rahmat, kita berdua sekongkol berpura pura sakit biar bisa menghindari pelajarannya ” aku mengingatkan erwan Jangan sampai ia mendapat masalah gara gara aku Aku membuka pintu UKS, penjaganya kebetulan temanku juga anak kelas 3c Namanya dewi, begitu melihat aku dan erwan datang Ia langsung berdiri menghampiri kami dan bertanya “kenapa rio, kamu sakit lagi ya?” aku mengangguk, dewi menyuruhku masuk kedalam “aku cuma sedikit nggak enak badan aja kok wi Cuma mau baring sebentar ” cepat cepat aku menjelaskan, begitu melihat dewi membuka lemari untuk mengambil peralatan P3K “ini ada obat sakit kepala, kamu minum aja dulu agar lebih mendingan, setelah itu kamu tiduran aja Sebentar aku ambilin segelas air putih ” ujar dewi penuh perhatian Anak satu ini memang pantas sekali menjadi perawat Aku menelan sebutir obat sakit kepala yang diberi oleh dewi dengan bantuan segelas air Sebenarnya aku paling malas minum obat, tapi sepertinya beberapa hari ini aku harus selalu berhadapan dengan yang namanya obat Cuma gara gara tadi aku tak bisa menahan suara didalam kelas, aku harus terdampar di UKS “makasih ya dewi ” aku mengulurkan gelas kosong padanya Dewi tersenyum dan mengangguk “sama sama rio Sekarang istirahatlah Aku mau duduk di depan dulu Tirainya perlu aku tutup nggak?” “tutup aja wi Agak silau sih ” aku melihat ke jendela dari kaca yang sinar matahari bisa menerobos melaluinya Dewi menarik tirai hingga tempat tidur tak bisa terlihat dari pintu Erwan berdiri disampingku, meraba keningku seolah olah aku memang betul betul kena penyakit yang parah “sedikit panas Kamu tidur aja, aku mau kembali ke kelas Nanti aku kesini lagi ” ujar erwan sambil tersenyum lebar Aku ikut tersenyum sambil mengedipkan mata Setelah erwan pergi aku memejamkan mata, disaat sendiri seperti ini, pikiran yang tadi sempat sirna kembali datang Aku akan meninggalkan erwan, dia adalah teman yang sangat baik, aku tak mampu membayangkan berjauhan darinya nanti Erwan sudah banyak membantuku, ia begitu perhatian Sahabat sejati yang pernah aku miliki Mana mungkin aku bisa melupakan erwan Ia akan selalu ada dihatiku Walaupun nanti kami tak bertemu lagi Aku akan selalu mengenang erwan Aku tertidur sebentar dan terbangun karena sebuah tangan hangat sedang meraba leherku Begitu aku membuka mata, ada rian dan erwan sedang berdiri sambil memandangku Aku jadi salah tingkah “eh sejak kapan kalian berdiri disini Maaf ya aku ketiduran ” aku bangun lalu duduk diatas ranjang “belum lama kok, kami datang kamu langsung bangun, gimana udah mendingan?” tanya rian sambil duduk diatas ranjang Rupanya tadi yang meraba leherku itu rian “makasih rian, nanti aku pinjam catatan kalian ya Aku tak mau ketinggalan, soalnya kita udah mau ujian Kalau NEM ku kecil, bisa bisa aku nggak lulus ” “santai aja rio Kamu kan pintar, mana mungkin bisa ketinggalan ” hibur erwan Aku tertawa mendengarnya “biasa aja kok Aku kan nggak terlalu pintar pintar amat ” “tapi kalau dibandingkan denganku, kamu jauh lebih pintar Justru aku yang takut nggak lulus nanti Soalnya kalau ujian kamu nggak mungkin bantu aku kan ” seloroh erwan ikut tertawa “gimana nanti kita belajar sama sama Soalnya aku juga ingin lulus ” timpal rian tak mau kalah “loh Kamu kan biasa ngumpul sama rombongan vendi, kalian kan biasanya belajar sama sama ” aku menggoda rian sambil melirik pada erwan, sembunyi sembunyi mengedipkan mata Karena satu kelas juga sudah tahu, kalau dulu, vendi pernah nggak naik kelas, seharusnya sekarang ia sudah duduk di kelas satu smu Anak itu selalu mengandalkan harta orangtuanya untuk menutupi kelemahannya dalam belajar “gila apa Mau belajar gimana sama mereka Tiap hari yang selalu di bahas mobil tamiya, kalau nggak, membahas cewek, motor, mobil, film Bisa bisa isi ujianku nantinya Dash yankuro, saint seiya Mario bross dan mobil mobil keluaran jepang Ingat gak waktu ditanya sama bu irma siapa nama pemain tenis perempuan di indonesia, masak ia jawab yayuk suseno !” ujar rian sedikit sebal Aku dan erwan tertawa terbahak bahak mengingat kejadian lucu itu Waktu itu seisi kelas tertawa mendengar jawaban vendi, termasuk bu irma juga “eh Kok ribut ribut di UKS sih Ayo keluar Mengganggu aja !” serempak kami bertiga menoleh ke belakang, rupanya dewi sudah berdiri di belakang kami “sudah agak baikan rio?” tanya dewi sambil berjalan menghampiriku “sudah wi, makasih banyak ya Maaf tadi udah bikin ribut ” jawabku sedikit tak enak hati “oh nggak apa apa Aku kira tadi rian sama erwan mengganggu kamu yang lagi istirahat ” rian turun dari ranjang saat melihat tatapan mata dewi yang agak berkerut saat melihat ia duduk diatas ranjang “kenapa, Kamu sakit juga?” sindir dewi agak mengejek Rian cengengesan tak jelas sambil buru buru berdiri disamping erwan “wi aku udah sehat, makasih ya untuk tumpangan tidurnya Sekarang aku mau kembali ke kelas ” aku turun dari ranjang dan berdiri “ya nggak apa apa Aku juga mau ke kelas sebentar lagi Habis ini giliran rosita yang jaga disini ” ujar dewi sambil membereskan tempat tidur UKS “perlu dibantu nggak ?” goda rian sambil memasang senyum mautnya pada dewi “kalau nggak keberatan sih Aku minta tolong keluar dari sini, soalnya aku mau nyapu !” balas dewi tak acuh Aku dan erwan tertawa melihat wajah rian yang langsung berubah dari senyum menggoda menjadi ternganga “dasar cewek sok !” gumam rian kesal, untung saja tak terdengar oleh dewi, kalau nggak Bisa bisa sapu yang ia pegang mendarat dipunggung rian Aku mengajak erwan dan rian keluar dari UKS, kemudian kami bertiga mencari tempat yang teduh dan tenang untuk mengobrol Rian menunjuk ke pohon akasia didepan lab kimia, kami langsung berjalan dan mengambil tempat dibawah pohon itu Aku duduk diatas bangku yang terbuat dari sebilah papan tebal Sambil memandangi murid murid dari kelas satu hingga kelas tiga yang sedang menggunakan waktu istirahatnya Ada yang bergerombol didepan kelas, ada yang berjalan hilir mudik sambil makan es, ada juga yang sedang latihan berbaris “rio Kata erwan kamu mau pindah ya?” tanya rian tanpa aku sangka sangka Aku menoleh pada rian dan mengangguk “kemungkinan Aku juga belum tau ” jawabku pelan “padahal kita baru mau akrab ya rio ” “kita kan bisa tetap menjadi teman Tenang aja, walaupun jauh nantinya, aku tak akan pernah lupa sama kalian berdua ” aku berpura pura tenang, padahal dalam hatiku bergemuruh tak menentu Aku sangat sedih membayangkan akan meninggalkan mereka berdua “aku harap juga begitu Aku jadi menyesal kenapa baru kenal kamu sekarang Dulu aku pernah kasar sama kamu Aku minta maaf rio ” kata kata rian membuat aku jadi makin sedih, aku juga menyayangkan kenapa baru mengenal rian, padahal setelah aku akrab dengannya ternyata rian sangat baik, kalaupun dulu ia pernah kasar, aku tak marah, aku sudah memaafkannya “tak masalah rian Sudahlah kenapa sih jadi pada sedih sedih begini Aku kan bukan mau mati ” selorohku sedikit garing Rian dan erwan diam “loh kok malah melamun sih ” aku mengibaskan kedua tangan didepan wajah mereka “apa apaan sih rio Aku nggak melamun tau !” sungut erwan sebal Rian cengengesan tak jelas “rio, kapan kamu pindah?” rian bertanya sambil mengambil bunga akasia yang terjatuh tepat dibawah tempatnya duduk “kemungkinan setelah pengumuman kelulusan, soalnya ibuku pasti tau kalau nggak memungkinkan kalau aku pindah sekarang Jadi beliau hanya bisa membawaku setelah aku lulus ” aku menjawab seadanya “berarti masih satu bulan lebih kita bisa bersama sama ” timpal erwan yang sedari tadi sibuk menggaruk kakinya yang terkena gigit semut yang penuh dipohon akasia ini “iya Pokoknya tenang aja Aku pasti bilang kok kalau udah mau pergi nanti !” “kamu pasti lebih senang nanti, soalnya ibu kandungmu itu kaya sekali ” lagi lagi rian membahas tentang kekayaan ibu kandungku “rian aku udah bilang, tak perduli mau sekaya apapun ibuku, aku tak perduli, coba kamu yang jadi aku Selama ini menganggap ibu yang ada dirumahmu itu adalah ibu kandungmu, ternyata bukan Sedangkan kamu sudah terlanjur mencintainya dan menganggap kalau dialah ibu yang melahirkanmu Kamu tak merasakan betapa sakitnya harus pergi dan meninggalkan orang yang kamu sayangi Apa arti kekayaan kalau kita harus kehilangan orang yang kita sayangi ” “maaf kalau aku membuatmu tersinggung, tapi aku hanya ingin kamu tak merasa apa yang kamu jalani terlalu berat, pasti ada sisi baiknya juga Mungkin saat ini belum kelihatan ” rian masih tetap mempertahankan pendapatnya Aku tahu kata katanya itu ada benarnya juga, cuma aku yang tak bisa menerima hingga saat ini, aku belum merasakan sesuatu yang membuat hatiku bergetar saat bertemu dengan ibu kandungku Sampai saat ini aku masih merasa ini seperti satu mimpi buruk Rian berdiri lalu meloncat menggapai daun akasia, aku hanya duduk memperhatikan apa yang ia lakukan Sementara erwan cuma diam tak mengatakan apa apa, mungkin ia memang sudah tak tahu harus mengatakan apa lagi Hingga bell masuk berbunyi, kami tak membicarakan apa apa lagi ******** pulang sekolah, aku langsung kerumah, tak kemana mana lagi, yuk tina sedang makan, ia mengajak aku makan sama sama Emak sedang di beranda menyerut daun kelapa untuk diambil lidinya Saat aku sapa emak hanya tersenyum tak seperti biasa kalau melihat aku pulang sekolah, ia langsung menyuruhku makan sekaligus menemani aku makan siang, tapi kali ini emak cuma memberitahuku kalau ia telah memasak lauk kesukaanku Sebetulnya aku ingin sekali bermanja dengan emak, tapi aku malu, aku takut kalau emak nanti menolak Rasanya tersiksa sekali dengan keadaan ini Hingga berhari hari setelah ini, tak ada perubahan, malah aku semakin merasa jauh dengan emak, hanya yuk tina yang semakin akrab denganku Ibu kandungku sering datang kerumah, membawakan aku makanan yang enak enak, serta pakaian yang bagus bagus Perlahan lahan aku sudah mulai bisa akrab dengan ibu kandungku Aku mulai memanggilnya mama Karena memang ia yang memintanya Walaupun semula aku merasa agak janggal, tapi lama kelamaan aku terbiasa Kadang kadang ia mengajak aku berkeliling ke tempat tempat rekreasi yang selama ini hanya bisa aku kunjungi dalam mimpi +++ Beberapa kali mama mengantarkan aku ke sekolah, beberapa teman yang dulunya selalu memandang rendah aku menjadi kaget, mereka tak menyangka kalau sebenarnya aku ini tak jauh beda dengan mereka, tapi aku tak mau terlalu mempersoalkan itu Biarlah orang menilaiku dengan pendapat mereka masing masing, karena tak mungkin untuk membuat semua orang bisa menyenangi kita Cuma yang pasti sekarang tak ada lagi yang memandangku dengan tatapan menghina lagi Cuma itu yang bisa aku ambil sisi postifnya Mamaku kembali ke palembang karena ia ada urusan bisnis yang sudah terlalu lama ia tinggalkan Namun mama berjanji akan kembali untuk menjemputku setelah aku selesai ujian Dirumah, Aku tak dikasih emak untuk berjualan lagi Entah mengapa setiap melihat emak berkeliling kampung setiap pagi, hatiku terasa teriris iris, aku tak tega melihat emak yang sudah capek membuat kue, harus berjualan lagi pagi hari Seberapa keras aku memaksa emak untuk tak berjualan, namun emak selalu menjawab kalau ia sudah terbiasa membuat kue Dan ia tak mau hidup dari rasa kasihan orang lain Mamaku bukan tak mau membantu, tapi emak selalu bisa menolaknya walau dengan berbagai alasan, hingga aku dan mama menyerah Tak terasa saat ujian telah tiba, aku, rian dan erwan menghadapi ujian akhir dengan belajar bersama Kadang dirumah rian, kadang juga dirumah erwan Setelah satu minggu ujian, kami tinggal menunggu pengumuman hasil ujian dengan jantung berdebar debar Aku tahu, dengan diterimanya hasil ujianku nanti, itu artinya aku akan segera meninggalkan emak Meninggalkan rumah ini beserta kenangan kenangan indah yang pernah aku lalui Erwan dan rian sering main kerumahku, karena kami tidak perlu ke sekolah lagi Satu hari menjelang pengumuman kelulusan akan tiba Jantungku semakin berdebar debar, aku takut sekali kalau nilai yang aku peroleh tak sesuai dengan harapanku selama ini Aku tak mau membuat emak kecewa, walaupun saat ini aku tak seakrab dulu dengan emak, tapi aku masih menganggap emakku adalah emak yang dulu, yang selalu menyayangiku Yang perduli andai aku sakit, dan ikut risau kalau aku risau Saat pengumuman kelulusan tiba Aku bertiga dengan rian dan erwan ke sekolah bersama, untuk mengambil hasil ujian Begitu hasil di umumkan, ternyata aku memperoleh nilai yang cukup bagus, malah NEM ku urutan kedua terbesar di sekolah Aku benar benar gembira Tak sabar aku pulang kerumah untuk mengabarkan pada emak Saat melihat nilai nilaiku, emak tersenyum, namun airmatanya mengalir Sesaat aku seperti menemukan kembali emak yang aku kenal dulu Aku mau memeluk emak, namun baru saja aku mau memeluknya, emak langsung meletakkan ijazahku, pura pura tak tahu kalau aku mau memeluknya Ingin rasanya aku teriak karena kesal Mengapa emak harus begini, apakah tak ada lagi rasa sayang untukku Kenapa secepat itu semua berubah, padahal aku tak ingin ada yang berubah +++ Pesta perpisahan kelulusan sekolah, kelas kami merayakannya dengan berdarmawisata ke pantai, ada tiga mobil bus besar yang cukup untuk menampung dari kelas 3a hingga 3d Aku memilih bangku disamping erwan dan rian, beberapa teman teman yang lain ada yang membawa gitar Sepanjang perjalanan kami bernyanyi Bahagia sekali perasaanku saat ini, namun ada juga perasaan sedih karena akan berpisah dengan semua teman temanku Perpisahan yang benar benar perpisahan bagiku Mungkin teman temanku yang lain masih akan saling bertemu lagi di smu, rasanya aku iri dengan mereka “rio Aku bawa tustel, nanti kita foto foto untuk kenang kenangan ya !” ujar erwan diantara suara berisik teman teman yang bersenda gurau “iya wan Aku mau berfoto diatas batu karang, pasti bagus banget, dengan latar air laut serta langit ” jawabku dengan antusias “kita berfoto bertiga Soalnya aku juga kan sahabat kalian berdua !” rian nimbrung nggak mau kalah “tentu saja rian Kita bertiga tak akan pernah terpisahkan, akan selalu menjadi sahabat selamanya Bahkan nanti sampai tua renta ” timpal erwan bersemangat “tapi aku kan minggu depan mau berangkat ke palembang ” aku mengingatkan mereka berdua Aku sedih mendengar kata kata erwan tadi “aku tahu rio Tapi kita tetap sahabat, bertiga kita selalu bersatu, walaupun kamu jauh nantinya Tapi akan tetap ada dihati dan ingatan kami berdua ” ujar rian sambil tersenyum, bagaikan dialiri air yang sejuk hatiku mendengarnya “eh kita udah sampai !” teriak erwan yang menjulurkan kepalanya keluar jendela Memang benar kata erwan, kami sudah sampai di pantai matras, mobil bus yang membawa kami berbelok, meninggalkan jalan yang beraspal, menuju ke jalan berpasir putih, suara hempasan ombak terdengar merdu ditelingaku Pohon pohon kelapa yang menjulang tinggi berbaris ditepi pantai, diselingi dengan pohon cemara pantai yang rimbun Aku berdiri dari bangku duduk, menunggu barisan teman teman yang turun dari mobil, saling dorong seolah tak sabar lagi bermain dengan air pantai Erwan dan rio menarik tanganku agar bergegas turun Sambil tertawa kami meloncat turun dari mobil dan langsung berlari menghampiri air pantai “erwan Aku dapat kulit kerang Lihat nih bagus sekali !” rian berseru sambil mengacungkan tangannya keatas menunjukkan kulit kerang yang ia pegang “sini Coba aku lihat !” erwan berlari kecil menghampiri rian dengan penasaran “ini masih banyak Wow siput, Bagus sekali, kerucut dan panjang Siput apa sih ini?” rian merunduk memungut siput berukuran sebesar jempol kaki Aku menghampiri rian ingin tahu, aku jarang main ke pantai, jadi kurang tau dengan jenis jenis kerang dan siput laut “mana coba aku lihat ?” aku mengulurkan tangan, meminta siput itu pada rian Rian menaruh siput di telapak tanganku Siput itu rupanya masih hidup, tapi kok mirip udang, malah lengkap dengan capitnya “rian Siput apa ini Kok nggak kayak yang ada di buku Biologi, nggak lendir, malah mirip udang Padahal cangkangnya betul betul cangkang siput !” aku tak bisa menyembunyikan kekagumanku, melihat hewan laut yang merangkak diatas tanganku “kata mama, itu sejenis kepiting, namanya umang umang Ia tak punya rumah sendiri, makanya ia mengambil rumah bekas siput mati ” erwan menjelaskan padaku sambil mengamati siput itu “oh jadi ini yang namanya umang umang ya? Pantas saja emak pernah bilang pada yuk tina kalau ia mirip umang umang, waktu yuk tina sering menginap dirumah susi temannya ” rian dan erwan tertawa terbahak bahak mendengar penjelasanku +++ “ada ada saja kamu ini Eh kamu ada bawa kantong plastik nggak? Mendingan kita mencari kerang dan siput yang unik unik !” ajak rian sambil mengambil kembali umang umang dari tanganku “ada, tapi aku taruh didalam tas, tunggu sebentar ya aku ke mobil dulu ngambil tasku ” aku berlari menuju ke mobil, mengambil tas Setelah itu aku kembali menghampiri mereka berdua Kami berjalan di bibir pantai sambil memunguti kulit kerang dan siput, aku menemukan bintang laut yang langsung aku masukkan kedalam kantong plastik Tak terasa hari sudah semakin siang, guru guru yang ikut serta dalam darmawisata memanggil kami, menyuruh semua murid murid berkumpul untuk makan Kami diberikan masing masing sebungkus nasi dan air minum Setelah makan, bu irma mengeluarkan tempat es berukuran besar yang berisi rujak buah Teman temanku saling berebutan mengambil rujak, sampai sampai teriakan bu irma tak ada satupun yang mendengarkan Semua teman temanku diliputi kegembiraan, termasuk aku, rian dan erwan Sungguh kenangan yang tak mungkin bisa aku lupakan seumur hidupku Baru sekali ini aku merasa benar benar gembira dan bisa tertawa lepas Seakan akan aku tak ingin ini cepat berakhir, berkumpul dalam suasana suka cita bersama semua teman teman sekolah, yang semula di sekolah tak akrab, tapi hari ini seakan akan kami sahabat Berbagai macam permainan dibuat oleh guru guru untuk menambah meriah pesta perpisahan ini Saat mentari sudah agak teduh, guru guru mengizinkan kami untuk mandi air pantai Karena ombak tak terlalu besar Aku menanggalkan baju dan celana panjangku, hanya dengan memakai celana hawai, demikian juga teman teman yang lain Aku beradu lari dengan teman teman siapa yang lebih cepat menyentuh air pantai Bermain main dengan air dan ombak, berkejar kejaran dalam air, aku berteriak saat erwan kena bagian untuk menangkap kami, ia mengejarku, aku berlari, namun air pantai yang sebatas pinggang, membuat aku harus bersusah payah menghindari dari kejaran erwan Aku menjerit antara panik dan senang, rian tertawa terbahak bahak sambil mengolok olok erwan Erwan nampaknya makin kesal karena belum berhasil menangkap siapapun Tanpa disangka sangka ia menyelam, menghilang dari permukaan air pantai Aku menoleh ke segala penjuru, berjaga jaga jangan sampai ia menangkapku, namun karena air laut yang tercampur dengan pasir didasarnya, membuat air terlihat agak keruh, membatasi jarak pandang, hingga sulit sekali untuk menebak dimana posisi erwan sekarang Aku mundur menuju ke tengah laut, demikian juga teman teman yang lain Tiba tiba kakiku ditarik dari bawah air Aku menjerit kaget, secepat kilat kepala erwan muncul dari permukaan air pantai tepat didepanku sambil berteriak teriak kegirangan Aku kalah Giliran aku yang harus menangkap teman teman yang lain, untung saja tak butuh waktu terlalu lama, aku sudah berhasil menangkap deni, anak 3c yang juga ikut dalam permainan Kami mandi dan bermain main dengan air pantai hingga puas Mata kami semua menjadi merah, dan kulitku juga jadi berkerut karena terlalu lama bermain main dengan air Guru guru berdiri dipinggir bibir pantai memperhatikan kami, mereka ikut tertawa melihat tingkah kami Hingga menjelang sore, guru guru memanggil kami, memberi isyarat agar kami naik ke darat Setelah membilas tubuh dengan air tawar, di sungai yang terletak tak jauh dari pantai, kami kembali mengenakan baju dan berkumpul Sudah jam setengah lima sore kami bersiap siap untuk pulang, namun sebelumnya kami mengakhiri dengan berdoa bersama sama +++ Saat pak hidayat memberikan pidato singkatnya tentang perpisahan, banyak teman temanku yang terharu, terutama yang perempuan Banyak diantara mereka yang menangis Bahkan guru guru yang perempuan juga ikut menangis Aku tak menangis, cuma ikut terlarut dalam keharuan Apalagi saat kami semua berbaris untuk bersalaman dengan guru, barulah air mataku jatuh Berpisah dengan guru guru yang selama tiga tahun telah mendidik dan mengajari ilmu yang sangat bermanfaat untuk hari kami ke depan nantinya Membuat aku tak kuasa menahan kesedihan Suasana menjadi mengharu biru Ada perjumpaan pasti ada perpisahan Setelah mengabsen dan mendata kami satu persatu, kami disuruh naik ke dalam mobil, itu untuk menjaga agar tak ada satupun teman kami yang ketinggalan Dalam perjalanan pulang, kami semua kembali bernyanyi nyanyi dengan riang, seolah olah ingin betul betul mmenikmati setiap detik detik perpisahan ini Aku tak ikut bernyanyi Hanya memandang keluar jendela dengan air mata yang mengalir tanpa bisa aku tahan Mobil mengantarkan kami kembali ke sekolah yang sudah ramai dengan orangtua murid murid yang mau menjemput anak anaknya pulang Mama rian dan mama rio juga nampak di kerumunan orangtua yang mau menjemput anak anaknya Aku mengitari pandangan mencari ayukku Siapa tahu ayuk tina atau ayuk yanti datang membawa sepeda menjemputku Namun jantungku nyaris copot waktu aku melihat emak sedang duduk di bangku depan kelasku Emak sendirian tak ada teman bicara, aku betul betul tak menyangka sama sekali kalau emak yang akan menjemputku Emak pasti berjalan kaki kesini Aku turun dari bus dan menghampiri emak Saat melihatku emak langsung berdiri, ia tersenyum seperti dulu dulu, senyum gelisah seorang ibu yang mengkhawatir kan anaknya yang sedang bepergian Entah apa yang menggerakanku, langsung saja aku memeluk emak Ia memakai bajunya yang paling bagus, baju yang bagus menurut ukuran kami Emak balas memeluk aku dengan erat, aku tak perduli dengan puluhan pasang mata yang melihat aku dan emak dengan heran “bagaimana tadi wisatanya nak Kamu senang kan?” tanya emak padaku dengan lembut “iya mak, rio gembira, tapi juga sedih karena akan berpisah dengan teman teman “sukurlah, emak senang kamu gembira Sekarang kita pulang ya ” ajak emak sambil mengelus rambutku dengan penuh kasih Aku menganggukan kepala Aku dan emak berjalan keluar dari gerbang sekolah menuju ke rumah Tepat didepan sekolah, kami bertemu dengan rian dan orangtuanya yang sedang masuk ke mobil Rian menawarkan mengantar kami pulang, namun aku menolak, aku ingin berjalan dengan emak, berjalan berdua saja Aku ingin menghabiskan waktu bersama emak Seperti saat dulu, setiap bulan ramadhan, aku selalu berjalan pagi dengan emak, saat menjelang lebaran, subuh subuh setelah sahur, aku, emak dan kedua ayukku, berjalan kaki pagi pagi buta, ke pasar pagi, membeli bahan bahan kue, aku biasanya selalu menenteng kantong plastik berisi bahan bahan kue Mungkin ini adalah jalan kaki terakhir aku bersama emak Tak akan ada lagi ramadhan dan lebaran bersama emak, tak ada lagi kebiasaan berbelanja perlengkapan lebaran bersama emak Walaupun cuma dengan berjalan kaki, namun rasa bahagia yang aku rasakan melebihi apapun juga yang ada didunia ini Emak berjalan sambil memegang tanganku Berdua kami menyusuri sisi jalan pulang Aku mengajak emak ngobrol seperti biasanya Menceritakan pengalaman waktu dipantai tadi dengan semangat Emak mendengarkan dan sesekali menimpali, kadang kami tertawa Hingga tak terasa kami telah sampai dirumah Hari sudah gelap, hampir jam tujuh malam Lampu rumah sudah dinyalakan Emak mengajak aku masuk, saat melihat yuk tina, emak menyuruh yuk tina membuatkan teh hangat untukku Malam itu aku bersama emak dan kedua ayukku berkumpul bersama dan bercerita Aku benar benar merasa bahagia Aku berdoa dalam hati pada Allah, agar masa masa seperti ini selalu aku rasakan Aku berharap bisa terus bersama emak Aku ingin tinggal dengan emak hingga nanti aku dewasa Namun sepertinya itu semua cumalah impian yang terlalu mewah +++

0 komentar:

Posting Komentar