Kamis, 03 Maret 2011

PEMUDA ITU

“Kue Kue”

aku berteriak dengan lantang, di pagi hari, agar orang orang yang sedang berkumpul bersama keluarga sebelum memulai aktifitas di hari yang baru, mendengar suaraku
Setiap pagi aku berkeliling kampung menjual kue buatan emak
Bersama dua kakak perempuanku, kami berkeliling pada rute yang berbeda
Semenjak ayah meninggal tiga tahun lalu,
otomatis emak yang jadi tulang punggung keluarga
Sebagai ibu rumah tangga yang berpendidikan cuma sebatas sekolah dasar,
emak tak punya keahlian apa apa selain masak dan mengurus rumah tangga
Jadi untuk penyambung hidup, agar dapur kami tetap mengepulkan asap, terpaksa emak membuat kue untuk dijual
Sebetulnya emak tak menyuruh aku ikut jualan
Tapi aku yang memaksa emak
Aku ingin ikut andil membantu
Aku tahu, sekolahku membutuhkan dana yang tidak sedikit, sedangkan emak hanya punya penghasilan dari membuat kue basah
Tentu saja untungnya cuma pas pasan saja
Kadang kadang aku sedih juga kalau kue yang aku jual tidak habis, apalagi kalau tanggal tua
Sedangkan aku harus menabung agar bisa membeli buku buku pelajaran
Oh ya Aku hampir lupa
Namaku rio, umurku 15 tahun Masih smp kelas 3
Kakak ku yang sulung bernama yanti, kelas 2 smu yang kedua tina, kelas 1 smu
Aku anak bungsu, laki laki satu satunya dirumah
Emak sangat sayang padaku
Meskipun tak kurang sayangnya pada kedua kakak perempuanku
Biasalah, sebagai anak bungsu memang paling di manja
Walaupun emak tak bisa terlalu memanjakanku seperti kebanyakan orang orang yang mampu
Tapi aku bisa merasakan dengan jelas
Aku mengayunkan langkah walaupun terasa lelah
Kue yang aku bawa diatas kepalaku ini belum habis
Pesan mama, kalau sudah jam setengah tujuh, habis atau tidak aku harus pulang
Karena aku harus sekolah

“kue!”

terdengar suara memanggilku
Aku berputar mencari darimana asal suara itu,
ternyata seorang perempuan sebaya dengan emak, tapi penampilannya lebih muda
Aku hampiri ibu itu
Sudah tiga hari ini ia selalu membeli kue dariku
Rumahnya cukup bagus, setahu aku rumah itu sudah lama kosong
Sejak seminggu yang lalu keluarga ibu itu pindah ke rumah ini
Aku turunkan nampan dari atas kepalaku
Kemudian aku letakkan diatas lantai teras
Ibu itu masuk kedalam, kemudian kembali dengan sebuah piring ditangan
Aku buka serbet bersih penutup kue
Ibu itu memilih milih dan membeli cukup banyak 15 potong
“berapa semua nak?”
“seribulimaratus rupiah bu”
jawabku
Ibu itu merogoh saku daster yang ia pakai, mencari uangnya
“wah uangnya ketinggalan di dalam, sebentar ya nak, RIAN!!!”
ibu itu memanggil mungkin anaknya
Tak lama seorang pemuda jangkung seumuran denganku keluar
Ia mengenakan seragam smp
Kulitnya putih bersih, rambutnya lurus Aku jadi minder sendiri, karena penampilanku sendiri jauh beda
Aku lusuh, baju yang aku pakai walaupun bersih, tapi sangat kusam
“ada apa ma?”
tanya pemuda itu
“tolong ambil dompet mama di kamar ya”
“sebentar ma!”
pemuda itu kembali masuk ke dalam, kemudian kembali dengan membawa dompet mamanya
Aku pura pura sibuk menutup nampan kue ku
“ini nak, seribu limaratus kan”
ibu itu mengulurkan uang pas padaku
“terimakasih bu”
aku mengangkat kembali nampan keatas kepala
Sembunyi sembunyi aku melirik anak ibu itu, astaga Ia sedang melihatku juga
Aku jadi malu, tatapan matanya seperti heran, atau tatapan menyelidik, entah lah
Cepat cepat aku berbalik dan kembali ke jalan
Meninggalkan rumah besar itu
Aku baru tahu ternyata orang di rumah baru itu punya anak sepantaran aku
Sekolah di mana ya dia
Bajunya begitu rapi dan bersih, bagaikan baju seragam baru
Terlihat keren sekali, aku jadi agak iri
Coba ayah masih hidup, mungkin aku pun bisa punya seragam yang baru
Ah untuk apa menyesali nasib, hidup ini tak perlu diratapi
Masih banyak hal yang bisa di kerjakan
Tak boleh larut dalam angan muluk
Terima keadaan
Semua orang pasti ingin hidup senang, tapi semua sudah ada jatahnya
Kalau aku ditakdirkan hidup bersahaja, itu adalah takdir yang diatas
Di jalan aku berpapasan dengan beberapa teman sekelasku, mereka sudah memakai seragam sekolah
Beberapa dari mereka menyapaku
Aku tersenyum
Ada juga diantara mereka pura pura tak melihatku
Entah karena mereka malu, atau mereka tak mau membuat aku merasa malu
Aku tak tahu
Bagiku, menjual kue sebelum sekolah bukan satu hal yang memalukan
Sudah jam setengah tujuh sekarang, aku harus bergegas pulang
Walaupun kue belum habis, aku tak mau terlambat ke sekolah
Aku jera
Pernah kejadian aku terlambat
Guru bahasa indonesia di kelasku menghukum aku Ia menjewer telingaku dan berkata dengan keras di muka kelas
“makanya jangan jualan kue Sekolah ya sekolah Jangan cari uang”
hampir seisi kelas tertawa
Mukaku panas sekali waktu itu, ingin menangis rasanya
Aku kembali ke tempat duduk dengan wajah tertunduk
Aku merasa begitu kecil saat itu
Kemiskinan memang selalu menjadi bahan lelucon dan canda bagi guru yang pilih kasih terhadap murid
Sejak saat itu, aku bertekad
Aku harus belajar keras, aku ingin merubah nasib
Tak mau aku dihina lagi
Aku tak jera berjualan kue
Lagipula guru yang memarahiku dan menghina itu tak memberi aku makan
Sebagai guru seharusnya ia tak mengatakan hal itu
Tapi tak semua guru itu patut di tiru bukan
Menjadi guru bisa saja karena butuh pekerjaan, dari pada menganggur
Seperti juga seorang perampok Belum tentu jahat Bisa saja ia merampok karena terpaksa
Tapi kata kata itu akan selalu aku ingat

+++++

“habis nak kuenya?”

tanya emak sambil membantu menurunkan nampan dari atas kepalaku

“masih ada mak, tapi nggak banyak, masih ada tujuh potong, ini uangnya mak!”

aku berikan uang dari dalam kantong krese hitam

“ya nggak apa apa Buruan ganti baju, nanti keburu siang”

emak mengingatkanku

“iya mak”

bergegas aku ganti dengan pakaian sekolah, aku sambar tas dari gantungan di dinding kamar
“mak, rio berangkat dulu”

“nih duit jajan kamu”

emak menyelipkan uang seratus rupiah di tanganku
Aku cium tangan emak, kemudian pergi ke sekolah dengan langkah cepat, aku harus mengejar waktu, sekarang sudah jam 7 kurang lima menit
Sekolahku tak begitu jauh, jalan kaki paling cuma lima menit Bertepatan aku tiba di gerbang sekolah, terdengar bell tanda masuk berbunyi
Setengah berlari aku menuju ke kelas
Untung saja tidak telat lagi, kalau tidak bisa berabe
Aku duduk dibangku paling belakang, teman sebangkuku bernama erwan, anaknya agak kurus, rambutnya ikal, kulit sawo matang
Erwan agak pendiam, tapi denganku dia tidak begitu, walaupun erwan termasuk keluarga yang mampu, ia tak risih bergaul denganku
Erwan baik, sering ia membayar aku makan dikantin

“habis tadi kuenya?”

tanya erwan tanpa ada maksud apa apa

“nggak Makanya aku agak kesiangan”

“kok nggak lewat depan rumahku?”

“nggak keburu lagi, tadi ada yang beli kue Ngajak ngobrol, kalo nggak aku hentikan, bisa bisa sampai sore baru selesai ngobrolnya”

jawabku sambil membuka tas, mengeluarkan buku PPKN Pelajaran pertama hari ini PPKN
Gurunya bu sukma, aku paling favorit dengan guru satu ini, logat jawanya kental, ia juga baik hati

Sudah hampir lima menit aku duduk dalam kelas sejak bell berbunyi, tapi bu sukma belum juga masuk ke dalam kelas
Seperti biasa, setiap guru belum masuk, murid murid pasti ribut
cewek cewek pada bergosip, sedangkan cowok cowok sibuk bercerita tentang film yang mereka tonton

aku heran, Sama sama menonton, kok ceritanya heboh banget, masing masing saling berebut menceritakan lebih dulu
Dasar!

Terdengar suara pintu di ketuk,
serempak teman temanku kembali duduk ke tempatnya masing masing dengan panik, suasana yang tadinya mirip pasar, drastis senyap seakan akan semua murid dikelas ini anak anak yang patuh, disiplin, dan jinak

Sebuah kepala melongok dari pintu, celingak celinguk melihat ke dalam kelas kemudian cengengesan

ternyata si roni, teman sekelasku yang agak nakal Rupanya ia terlambat

“eh bu sukma belum masuk kelas yahehehe?”

tanyanya dengan tampang inosen

Terdengar sorakan seisi kelas

“dasarrr”

“anjriit”

“sialan!”

“kampret”

“kunyuk!”

“setan!”

disertai lemparan lemparan gumpalan kertas ke arah roni
Suasana kembali ribut
Roni cengar cengir
tertawa sambil menghindari serangan yang diarahkan padanya

“dasar lo ron, kirain bu sukma!”

seloroh ema, cewek tomboi berambut pendek sebatas dagu

“loh Emangnya bu sukma sakit ya Ya tuhan engkau maha baik Doaku di tengah jalan tadi engkau kabulkanterima kasih tuhan”

ujar roni dengan suara keras sambil memasang gaya mirip orang sedang berdoa

“TERIMA KASIH KEMBALI”

suara yang sangat aku kenal, dengan logat jawa yang khas menjawab dari depan kelas
Serempak seisi kelas terdiam
Wajah roni berubah pucat seketika

“selamat pagi anak anak”

sapa bu sukma sambil berjalan dengan tegas ke mejanya
Wajahnya agak masam tak seperti biasanya
Ia menghenyakkan pantatnya yang super lebar dikursi kayu meja guru

“roni maju ke depan!”

perintahnya dengan suara sangar
Dengan wajah tertunduk takut, roni berdiri, kemudian berjalan menghampiri bu sukma
Ia berhenti di depan meja bu sukma, masih tetap menunduk seolah olah maling ketangkap basah ngutil diswalayan

“bisa kamu ulangi lagi doa kamu tadi?”

tanya bu sukma sambil menatap roni dengan tajam

Kelas jadi hening, semua murid murid terdiam, menunggu hukuman yang akan diberikan bu sukma terhadap roni
Aku sempat menangkap suara cekikikan tertahan dari beberapa teman temanku

+++++++

“ayo Kenapa jadi diam Tadi suara kamu yang paling keras!”
tikam bu sukma ketus

Roni makin menunduk, terlihat sekali ia gemetaran
Walaupun roni murid yang bandel, namun terhadap bu sukma ia segan juga
Hampir semua murid murid disekolah ini menghormati perempuan gemuk usia paruh baya yang menjadi wali kelas 3b ini
“jadi selama ini pelajaran moral yang ibu tanamkan sejak kamu bersekolah disini, yang kamu dapat cuma ini Menyumpahi biar guru sakit?”

Kembali bu sukma bertanya, wajahnya yang bundar terlihat agak kesal, sementara roni bungkam seribu bahasa tak menjawab walau sepatah kata
Semua murid diam menyimak insiden tersebut

“ibu tak akan memukul kamu, karena kamu sudah dewasa, ibu tak mau membuat kamu malu, dan itu juga tidak efektiftapi kamu juga tak lepas dari sanksi, pertemuan selanjutnya ibu tak mau tahu, kamu harus hafal Undang undang dasar dari pasal 14 hingga pasal 26 Kamu mengerti??”

“iya bu, saya mengerti”
Akhirnya terdengar juga suara dari mulut roni, wajahnya merah menahan malu
“bagus Sekarang kamu boleh duduk!!”
Perintah bu sukma dengan wajah tenang
Roni beringsut mundur, kemudian berbalik dengan gontai kembali ke tempat duduknya
Bu sukma memang guru yang bijak, ia tak mempermalukan murid yang bersalah, tapi dengan sanksi yang lebih berguna demi kemajuan murid muridnya
Aku makin merasa bangga dengan bu sukma

“ini kertas kertas berhamburan begini Siapa yang piket tadi?”
Tanya bu sukma sambil menatap ke lantai melihat kertas kertas berserakan, yang tadi di lempar oleh teman teman ke roni
Beberapa teman temanku menunjukkan tangan ke atas

“ibu tidak mau mengajar kalau kelas kotor, seperti kapal pecah, kalian bersihkan dulu!”

Perintah bu sukma sambil berjalan keluar kelas
Beberapa teman sekelasku yang perempuan cepat cepat mengambil sapu lalu menyapu semua kertas kertas itu
Setelah lantai bersih, bu sukma kembali masuk ke dalam kelas

“baiklah kita lanjutkan pelajaran hari ini, buka bab 14 Kesetiakawanan Keluarkan buku catatan kalian!”

Ujar bu sukma sambil mengambil buku cetak yang ada diatas mejanya, kemudian berjalan ke depan kelas
Semua murid murid hampir serempak mengeluarkan buku pelajaran PPKN dari tas masing masing
Aku membalik lembaran demi lembaran buku, mencari halaman yang menulis bab tentang kesetiakawanan

“rio, pulpenku macet, pinjam pulpen kamu dong”

Bisik erwan pelan di sampingku

“sebentar, aku lihat dulu, bawa pulpen lagi nggak”

Aku balas berbisik sambil merogoh tas, mencari pulpen yang satunya lagi
Kuubek ubek isi tasku, biasanya aku selalu membawa pulpen cadangan, persiapan kalau pulpen yang satunya habis
Akhirnya ketemu juga terselip diantara buku tulisku

“nih”

Aku meletakkan pulpen diatas meja

“pinjam dulu ya, ntar istirahat aku beli pulpen di koperasi”

Erwan mengambil pulpen yang aku taruh tadi

TOKTOKTOK

Terdengar suara pintu di ketuk, aku langsung melihat ke arah pintu, siapa lagi yang datang terlambat nih Pikirku dalam hati
Bu sukma menghampiri pintu, ternyata pak hasan kepala sekolah, sedang berdiri bersama seorang bapak bapak yang memakai baju kemeja rapi berwarna putih garis garis, seorang anak laki laki seusiaku berdiri ditengah tengah mereka dengan wajah agak canggung
Betapa kagetnya aku setelah mengenali anak itu
Anak yang tadi pagi disuruh ibunya mengambil uang untuk membayar kue yang di beli dariku
Aku masih ingat namanya rian, tadi ibunya memanggilnya dengan nama itu
Bu sukma berbicara dengan kepala sekolah, aku tak bisa mendengar apa yang mereka bicarakan
Tak lama kemudian bapak kepala sekolah pergi bersama bapak yang ada disampingnya
Aku menebak pasti itu bapaknya rian

“silahkan masuk “

Kata bu sukma memasang senyum manis kepada rian
Rian berjalan mengikuti bu sukma ke dalam kelas
Aku tak bergeming sedikitpun melihat ke depan kelas
Bu sukma memperkenalkan rian, anak itu tersenyum menatap kami

“anak anak Kenalkan ini anggota baru dikelas ini, mulai sekarang Ia duduk dikelas ini bersama kalian Perkenalkan dirimu nak”

Bu sukma mempersilahkan rian berbicara
Tampak rian agak malu malu Ia memandang seputar ruangan, saat melihatku ia sempat mengerutkan kening seperti mengingat ingat
Kelas mendadak jadi hening, sepertinya teman temanku pada penasaran semua
Apalagi yang murid perempuan, biasalah, kalau ada murid baru, pasti mereka senang, apalagi yang tampan seperti rian

++++

“nama saya ferdi Syahrian Saya berasal dari pekanbaru, pindah ke pangkalpinang karena orangtua saya pindah dinas”

Rian memperkenalkan diri dengan malu malu
Bu sukma mengangguk angguk
Teman teman sekelasku menatap rian dengan keingintahuan
Memang rian terlihat agak beda, anaknya sangat rapi, terlihat sekali berasal dari keluarga yang berada
Kulitnya putih bersih, aku rasa tak ada teman teman sekelasku walaupun perempuan, yang kulitnya seperti rian
Rambutnya yang lurus pendek disisir model cepak, mode yang lagi in
Penampilannya Memancarkan aura yang beda
Aku tak bisa disejajarkan dengan dia Sangat jauh

Beberapa teman temanku berbisik bisik Aku yakin mereka pasti senang mendapat teman sekelas baru yang seperti rian
Aku bisa menebak, tak sulit bagi rian untuk mendapatkan simpati dari teman teman

“baiklah, selamat bergabung di sekolah ini, semoga kamu betah dan bisa mengikuti pelajaran disini”

Ujar bu sukma tersenyum manis pada rian
Kemudian ia melihat ke arah kami
Bu sukma sepertinya sedang melihat posisi mana yang bagus untuk tempat duduk rian

“anto, tolong kamu pindah ke belakang, duduk dengan iwan!”

Perintah bu sukma sambil menunjuk ke arah anto yang duduk di deretan kursi nomor dua tepat didepan meja guru
Anto membereskan buku dan alat alat tulisnya diatas meja, kemudian berjalan ke deretan paling belakang ke meja iwan yang selama ini duduk sendiri

Setelah anto sudah pindah, bu sukma dengan ramah mempersilahkan rian duduk di bangku yang tadinya bangku anto

“silahkan kamu duduk disitu, teman sebangkumu namanya vendi”

Jelas bu sukma masih dengan nada ramah kepada rian
Rian mengangguk sopan, kemudian berjalan menuju bangku yang ditunjuk bu sukma tadi

Aku memandang rian dari tempatku duduk
meja rian berbatasan satu meja disampingku, tapi aku duduk di barisan empat dari belakang
Biarlah, dengan begitu aku bisa puas melihatnya dari belakang tanpa harus repot repot sering sering menoleh ke belakang
andaikata bu sukma tadi menempatkan ia duduk dengan iwan

Aku sempat mendengar suara bisik bisik dibelakangku
Pasti ratna dengan nila, mereka berdua kan cewek yang paling centil di sekolah
Bisa dipastikan, nila akan melakukan apa saja untuk mendapat perhatian dari murid baru itu

Aku pura pura sibuk membalik balik lembaran buku pelajaran, padahal aku mencuri curi pandang melihat rian
Punggungnya lebar, baju yang ia pakai masih baru, kaus singlet yang ia pakai tercetak jelas, terlihat sekali bajunya terbuat dari katun bagus
Tidak seperti bajuku, warnanya sudah agak kusam
Dari kelas satu, aku memakai baju ini
Celana biru sebatas lututnya, sangat pas ia pakai
Pasti dijahit dengan ukuran pinggangnya
Tak seperti celanaku yang beli jadi
Ah Kenapa lagi aku ini Membanding bandingkan orang lain dengan diriku Biasanya aku tak begitu perduli dengan apapun yang dipakai ataupun dikenakan oleh teman teman sekolahku

Tiba tiba rian menoleh ke belakang, melihat ke arahku
Bertepatan aku sedang mencuri curi memandangnya
Saat mata kami berpapasan, aku sangat malu sekali ketahuan sedang melihatnya
Aku cepat cepat melihat buku
Rian tersenyum, kemudian kembali melihat ke depan

Bu sukma sedang menulis di buku absen, mungkin menambah nama rian di daftar absen
Sejenak kemudian bu sukma berdiri mengambil kapur, lalu berjalan menuju ke papan tulis

“baiklah Kita lanjutkan kembali pembahasan kita, mengenai kesetiakawanan Siapkan catatan kalian!”

Bu sukma mencatat ringkasan bab dipapan tulis

Aku berpura pura sibuk mencatat, walaupun pikiranku sama sekali tidak konsentrasi sedikitpun
entah kenapa Naluri dalam hatiku selalu ingin melihat kearah rian
Bukan cuma aku yang seperti ini
Aku lihat, beberapa teman perempuan pun menatap rian secara sembunyi sembunyi
Tapi teman teman lelaki yang lain nggak ada yang sembunyi sembunyi melihatnya seperti yang aku lakukan saat ini
Sikap mereka biasa biasa saja, seperti tak ada apa apa
Aku jadi bingung sendiri, kenapa rasanya aku ingin bisa duduk bersama dengannya
Kenapa bu sukma tadi tidak menyuruh erwan saja yang pindah duduk ke belakang
Lagi lagi aku berpikir yang aneh aneh

Hingga bunyi bell tanda pergantian pelajaran, aku tak bisa menyimak apa yang bu sukma terangkan tadi

Sebelum meninggalkan kelas, bu sukma masih sempat memberikan tugas pekerjaan rumah, menulis sepuluh hal yang menunjukkan kesetiakawanan dan sepuluh hal yang menujukkan ketidaksetiakawanan

Selama satu jam pelajaran berikutnya, diisi oleh pak pardede, guru kesenian
Kami disuruh maju ke depan kelas satu persatu, untuk memainkan keyboard mini dengan not not yang kami hapal di luar kepala
Aku memainkan lagu “padamu negeri”
Beberapa kali aku memencet not yang keliru, padahal biasanya aku hapal sekali jika memainkannya dengan soprano
Aku kembali duduk ke bangku

Setelah beberapa anak disuruh maju,
Tibalah giliran rian
Dengan percaya diri ia melangkah ke depan kelas, kemudian memegang keyboard mini itu lalu memainkannya dengan kedua tangannya sekaligus
Semua murid murid terdiam saat alunan lagu hymne guru melantun dengan mulus lewat olahan tangannya yang lincah, jarinya yang ramping, menari nari diatas tuts tanpa canggung
Bahkan ia memainkan chordnya sekaligus
Aku cuma bisa terpana melihatnya
Ternyata rian piawai bermain alat musik
dirumahnya pasti ada keyboard pribadi
Aku merasa rian semakin tak terjangkau untuk menjadi temanku
Bagaikan seorang pangeran dengan rakyat jelata

+++

jam istirahat yang datang, aku cuma duduk saja di dalam kelas, mau ke kantin rasanya malas
Perutku belum lapar
Teman teman sekelasku sudah pada berhamburan keluar, sejak bell berbunyi
Tadi erwan sudah mengajak aku ke kantin, tapi aku tolak dengan halus
Aku bilang, aku sudah sarapan tadi sebelum ke sekolah

Aku sempat melihat, sebelum semua teman teman keluar, rian bersama vendi bersama sama dengan teman teman satu geng dengan vendi, yang semua terdiri dari anak anak orang berada, mereka anak anak gaul, pakaian bagus, sepatu selalu baru, tas pun bermerek
Aku tahu, tak salah lagi, pasti rian akan bergabung dengan geng anak yang satu level

Sejak dari kelas satu dulu, di sekolah ini sudah ada pengkotak kotakan pergaulan
Anak anak yang berasal dari keluarga mampu, lumrah bergaul dengan sesama anak anak mampu
Walau mungkin terjadi tanpa sengaja Tak urung aku merasa minder juga
Aku tak berani untuk bergabung,
walaupun dalam kelas, mereka juga menegur aku, tapi untuk bersahabat lebih dekat, sepertinya tak mungkin

Yang aku tahu ada sekitar belasan anak anak dari kelas 3 a sampai 3d yang setiap hari selalu nongkrong sama sama
Ke kantin bersama sama
Bahasan mereka tak jauh dari komik, film, mobil tamiya,
bahkan ada beberapa dari mereka yang sudah punya motor sendiri, walaupun sekolah ini melarang anak anak muridnya membawa motor ke sekolah
Itu tak menyurutkan mereka
Masih saja Mereka membawa motor ke sekolah walaupun motor itu di titipkan dirumah teman yang ada di depan sekolah kami

Disekolah ini aku cuma berteman akrab dengan erwan saja, dan beberapa murid kelas lain yang aku merasa nyaman dan tidak merasa kecil bila bergaul dengan mereka
Aku lebih senang berteman dengan yang keadaanya tak jauh berbeda dari keluargaku

Aku mengambil sebuah buku tipis yang sengaja aku beli untuk aku gambar
Aku suka sekali menggambar, kadang aku bikin komik yang aku baca sendiri, aku sering membaca komik bergambar
Dalam benakku selalu tertuang ide ide yang aku salurkan diatas buku ini
Satu satunya yang aku beri untuk membacanya cuma erwan
Ia selalu memberikan support padaku, memuji dan mengkritik kekurangan dan kelebihan dari setiap goresan goresan pensil di buku ini

Aku memegang pensil 2b yang biasa aku pakai
Kemudian aku menggores sketsa, sebuah wajah yang entah kenapa setelah selesai, mirip sekali dengan rian

“rio Ke perpus yuk!”

Teriak erwan yang entah sejak kapan sudah berdiri di depan kelas, ia berjalan menghampiriku
Cepat cepat aku tutup buku gambarku, kemudian aku sembunyikan didalam laci

“tumben ke perpus, memangnya kamu mau nyari buku apa wan?”

Tanyaku sambil berdiri erwan duduk diatas meja, di tangannya memegang dua bungkus keripik singkong pedas

“nihkeripik, satu untuk kamu, tadi aku beli di kantin bu norma”

Erwan meletakkan sebungkus keripik diatas meja tepat didepanku

“makasih wan”

Aku mengambil keripik itu, membuka bungkusnya dengan mulutku, kemudian aku ambil sepotong

“enak ya Pedasnya pas”

Erwan mengunyah keripik pedas didalam mulutnya

“iya Berapa satu bungkusnya wan?”

Tanyaku sambil mengunyah keripik pedas ini

“cuma limapuluh rupiah”

“eh sebentar lagi bell bunyi, sepertinya kita belum bisa ke perpus sekarang Gimana kalau istirahat kedua aja ya”

Usulku pada erwan sambil melirik jam tangan yang ia pakai di pergelangan kirinya

“terserah Tapi nanti kamu ingatkan aku ya Aku mau pinjam buku tentang burung, buku ensiklopedia bergambar itu Kemarin aku sempat lihat, bagus bagus gambarnya Kayak tiga dimensi gitu”

Erwan menerangkan padaku
Aku cuma mengangguk, sementara mataku menangkap dari balik jendela, sesosok tubuh sedang berjalan menuju kelas Bersama dengan vendi, faisal dan tedi
Rian Ia sedang tertawa tawa, bercanda dengan teman teman barunya
Nampanya mereka sudah akrab
Memang murid cowok cepat akrab dan mencari teman

Rian memasuki kelas, aku pura pura sibuk bicara dengan erwan
Sesekali aku melirik kearahnya
Aku lihat ia sudah duduk di bangkunya
Ditangannya juga memegang sebungkus keripik pedas, sama seperti yang aku pegang
Ia sepertinya tidak menyadari ada aku dan erwan di dalam kelas bersama mereka
Rian sibuk bercanda dengan vendi

Bell tanda masuk berbunyi
Teman teman sekelasku kembali ke kelas
Satu persatu sehingga semua bangku kembali terisi
Sepanjang pelajaran sejarah, aku mencoba untuk fokus pada penjelasan pak herman
Tentang revolusi perancis dan penyerangan benteng penjara bastilles

Rian tampak begitu serius, wajahnya yang tampan itu sedikit berkerut saat mendengar istilah istilah dalam bahasa perancis seperti “coup de etat” “guillotine” “l’etat ces’t moi”
Aku menahan dorongan untuk meniru gayanya mengerutkan alis
Sungguh aku suka sekali melihatnya

++++

pulang ke rumah, aku langsung cuci muka dengan sabun mandi
Dinginnya air dari gayung membuat wajahku yang tadi panas terkena sinar matahari menjadi segar

Waktu aku keluar dari kamar mandi, emak sedang berada di dapur, mengadon tepung beras untuk membuat kue apem

“makan dulu rio, tadi emak masak sayur asem dan goreng cumi, baju sekolahnya ganti dulu!”

Emak menghentikan sejenak mengadon kue, melihatku yang sedang mengeringkan muka dengan handuk

“iya mak Yuk yanti mana mak Belum pulang sekolah ya?”

Tanyaku sambil menggantung handuk di gantungan tali plastik di bagian luar kamar mandi

“belum nak, katanya ada les tambahan, mungkin pulangnya agak sore”

“kalau gitu nanti rio bisa ngambil kue di warung, takutnya yuk yanti pulangnya terlalu sore”

“iya Tapi makan dulu, emak sengaja beli cumi cuma buat kamu Habis mau beli banyak tadi uangnya nggak cukup Cepatlah makan, nanti yuk tina keburu pulang, kalau ia lihat kamu makan cumi dan dia tidak , bisa bisa dia marah sama emak”

Tukas emak kembali melanjutkan mengadon kue
Aku jadi terharu, emak selalu lebih perhatian padaku, walaupun harus membagi uang yang benar benar pas pasan,
emak selalu berusaha untuk menyenangkan aku
Terkadang aku sudah melarang emak, namun percuma saja
Aku kasihan sekali melihat emak harus bercucuran keringat, membuat kue untuk dijual, emak kurang istirahat
Pagi pagi buta ia sudah bangun, menggoreng pisang, talas, dan onde onde
Kalau Siang emak membuat kue apem dan mengukusnya
Malam, merebus ketan lalu membungkusnya dengan daun pisang untuk dijadikan kue lemper
Belum lagi harus berbelanja dan memasak
Aku sering tidak tega melihat emak terlalu memforsir tenaganya
Aku harus belajar keras, aku harus pintar agar nantinya aku bisa merubah kehidupan kami
Aku ingin sekali bisa membuat emak bahagia, aku ingin membelikan emak kain sutera, perhiasan yang bagus, memperbaiki rumah yang terbuat dari papan ini Atap seng nya sudah banyak yang bocor Terkadang aku harus memanjat untuk menambalnya dengan styrofoam yang dituang bensin hingga menjadi lumat
Pernah aku bertanya pada emak, kenapa anting saja ia tak punya
Emak cuma tersenyum sambil membelai kepalaku

“emak sudah tua, tak perlu lagi pakai perhiasan Kan emak sudah punya perhiasan yang lebih berharga, yaitu kalian anak anak emak Kebutuhan kalian masih banyak, kalian harus sekolah Emak tak mau kalau emak pakai perhiasan tapi anak anak emak jadi terbengkalai Itu sama saja emak tak amanah Tak bisa menjaga anak anak emak”

Begitu jawab emakku sambil tersenyum

“perhiasan di dunia ini hanya akan membuat kita menjadi orang orang yang tamak, manusia tak ada puasnya nak, yang penting perbanyak amal ibadah, insyaAllah kita akan mendapatkan perhiasan yang lebih indah di akhirat nanti Itu yang paling penting Dunia ini cuma sementara, yang kekal itu yang harus kita kejar”

Selalu demikian nasehatnya padaku
Emak memang luar biasa, ia tak pernah mengeluh Walaupun kesulitan, tak pernah ia tunjukkan kepada kami
Cuma kami bisa merasakan kalau hati emak sedang susah
Aku selalu berusaha jangan sampai membuat emak sedih
Selama ini emak selalu bangga dengan nilai nilai yang aku dapat di sekolah
Ia selalu mengatakan kalau aku akan menjadi orang yang berhasil
Emak selalu memberikan semangat kepadaku agar tak mudah menyerah ataupun menyesali keadaan kami yang terlalu bersahaja
__________________________________

Selesai makan, aku langsung ke toko Memakai sepeda mini milik yuk tina
Aku mengambil kue kue yang kami titipkan di beberapa toko yang ada di daerah tempat tinggalku
Aku berkeliling dengan kantong plastik berisi wadah tempat kue yang sudah kosong tergantung di kiri kanan setang sepeda
Aku melewati depan rumah rian
Pintu rumahnya tertutup, mungkin rian sedang tidur siang
Dalam kamusku tak ada istilah tidur siang
Sayang rasanya waktu yang seharusnya aku pergunakan untuk melakukan kegiatan yang bermanfaat, dihabiskan dengan tidur siang
Aku lebih memilih membuat pekerjaan rumah, atau membaca buku, soalnya kalau malam, bersama kedua kakak perempuanku dan emak, kami menyusun kue kue basah ke wadah untuk besok diantar lagi ke toko
Aku perlambat mengayuh sepeda
Aku pandangi rumah rian, rumah sebesar itu pasti banyak sekali alat alat yang bagus bagus
Di depan rumahnya ada tiang basket
Aku senang main basket, tapi aku tidak terpilih jadi tim basket sekolah, karena aku tak mampu membeli sepatu dan baju basket yang mahal itu
Tapi tak apa apalah Aku juga tak punya cita cita untuk jadi pemain basket
Masih banyak hal yang berharga yang bisa aku lakukan
Lagian basket tidak mengubah dunia menjadi lebih baik
Itu cuma sekedar hiburan saja
Aku masih bisa mencari olahraga lain yang lebih murah dan terjangkau yang sama sama menghibur

Karena mataku tidak terfokus di jalan, tanpa sengaja aku menabrak seekor anak kucing
Aku kaget sekali, sepedaku langsung oleng, aku cepat cepat menjaga keseimbangan
Aku tekan rem, kemudian berhenti
Aku turun dari sepeda dengan gemetar, melihat kucing yang terkapar dijalan membuat aku merasa bersalah
Aku berjongkok mengamati anak kucing yang masih kecil itu, nafasnya tersengal sengal menahan sakit
Cepat cepat aku pungut dan masukkan ke dalam keranjang sepeda yang ada di depan
Aku kayuh sepeda kencang kencang menuju ke rumah
Sepanjang jalan aku berdoa jangan sampai anak kucing ini mati
Aku takut sekali
Aku menyesal telah ceroboh hingga menyebabkan anak kucing ini menderita

+++

sampai dirumah aku langsung menaruh sepeda di halaman belakang, lalu aku angkat kucing kecil itu dari dalam keranjang
Terburu buru aku masuk ke dalam rumah, menuang air minum kedalam tatakan gelas, Kemudian aku teteskan ke dalam mulut anak kucing
Tak ada reaksi, nafasnya pun sudah mulai lemah

Aku tak menyerah, aku buka mulutnya pelan pelan dengan jari, lalu aku teteskan lagi air minum hangat sedikit demi sedikit

Aku tunggu hingga tertelan oleh anak kucing ini
Setelah habis dalam mulutnya, aku teteskan kembali
Demikian berulang ulang
Aku baringkan lagi anak kucing ini, aku ambil kain baju yang sudah tak terpakai
Aku masukkan ke dalam kotak bekas sepatu
Lalu aku tidurkan kucing kedalamnya
Kucing ini sebenarnya bagus, bulunya lebat, warna oranye seperti kulit jeruk satsuma, ekornya panjang melebihi panjang tubuhnya
Cuma sayang agak kurus dan kurang terawat
Aku yakin kucing ini tak ada pemiliknya Bulunya juga agak kusam karena debu
Untunglah waktu aku tabrak tadi tidak luka
Aku terus mengamati hingga akhirnya kucing itu tertidur
Aku angkat kotaknya, aku bawa kekamar dan aku masukan ke kolong tempat tidur

Aku pergi ke dapur menemui emak sambil membawa plastik plastik berisi tempat kue yang sudah kosong

“mak Semua kue sudah aku ambil dari toko, semuanya sudah habis”

Emak menaruh kue apem dari loyang ke dalam kukusan diatas kompor Lalu menghampiriku

“alhamdulillah Beberapa hari ini selalu habis Kalau begini terus, kita bisa menabung untuk membelikan sepatu baru buat kamu”

“sepatu rio kan belum robek mak”

Jawabku sambil memberikan uang kue itu

“iya, tapi kamu butuh sepatu cadangan, supaya kalau robek tidak kelabakan Kalau ada dua kan kamu bisa ganti ganti, jadi lebih awet”

Tukas emak, kemudian ia duduk di kursi makan kayu peninggalan almarhum ayah Kursi dan meja makan itu dulu ayah membuatnya sendiri

Emak menghitung uang yang aku berikan tadi Wajahnya berbinar binar

“mak ada nyimpan ikan asin nggak?”

Tanyaku takut takut

Emak menatapku sedikit heran

“untuk apa nak Kamu lagi pengen makan ikan asin ya Ada sih, tapi belum di goreng Nanti kalau sudah selesai bikin kue, emak goreng buat kamu”

“terimakasih ya mak Ikannya di mana, biar rio goreng sendiri, Rio kan lagi santai juga”

“bener nih mau goreng sendiri, nggak takut keciprat minyak goreng panas?”

Tanya emak kurang yakin

“ya iyalah mak Masak rio nggak bisa goreng ikan asin Mak ini ada ada saja Mana ikan asin nya mak?”

Aku tertawa mendengar kata kata emak
Sebenarnya aku mau memberi makan kucing malang yang baru aku tabrak tadi
Aku tak tega melihat tubuhnya yang kurus

“tuh di gantung di dinding, dalam plastik krese warna hitam yang ada di rak bumbu”

Tunjuk emak ke arah dinding yang ia maksudkan

Aku menyalakan kompor yang satunya lagi, kemudian memanaskan minyak goreng dalam wajan berukuran sedang
Lalu aku ambil ikan asin dalam plastik yang digantung di dinding, aku masukkan ke dalam minya panas
bau harum ikan asin langsung memenuhi dapur yang sempit ini, setelah matang aku angkat

Emak sedang ke halaman belakang, mengambil daun pisang yang sengaja ditanam disana

Sambil melihat lihat keluar, aku mengambil mangkuk kecil tempat air kobokan, aku isi dengan nasi sedikit, lalu aku campur dengan ikan asin hingga rata
Aku bawa kekamar
Aku berjongkok mengambil kotak dalam kolong ranjang, ternyata kucing kecil itu masih tidur, aku letakkan mangkuk ke dalam kotak kemudian aku taruh lagi kotak itu dibawah kolong

Aku kembali ke dapur untuk mencuci tangan
Emak sedang meraut daun pisang untuk membuang tulangnya yang keras

“sudah selesai makannya nak, kok cepat sekali?”

Tanya emak dengan heran

“biasalah mak, kalau lagi kepengen, jadi makannya cepat cepat”

Aku berdalih

“mak, rio mau main dulu ya Nggak lama kok, cuma cari angin sebentar”

Aku minta ijin sama emak

“main saja rio, kalau ketemu yuk tina dijalan, kamu suruh pulang ya, bilang emak minta tolong piring piring kotor yang dibelakang belum dicuci, nanti keburu ayam ayam tetangga yang mencucinya”

Kata emak sambil membakar daun pisang diatas bara, supaya layu Jadi kalau digulung tidak bakalan pecah

“ih Emak bisa aja Masak ayam bisa cuci piring sih”

Aku tertawa geli mendengar kata kata emak tadi

“tuh Dengar aja bunyinya Prang Prong Dibelakang itu, pasti ayam ayam sedang cuci piring, cuma kalau ayam yang nyuci dijamin bakalan banyak yang pecah nggak karuan Sudah sana buruan kamu susul dulu yuk tina Sebelum piring piring itu pecah diserbu ayam”

“oke mak Rio cabut dulu”

Teriakku sambil berlari keluar
Biasanya yuk tina nggak jauh jauh, paling cuma kerumah sari teman sekolahnya
Rumah sari nggak jauh dari rumahku, paling cuma berjarak delapan rumah

Benar dugaanku, yuk tina memang berada dirumah sari, ia sedang main biji saga

“yuk Ayuk tina Dipanggil emak, disuruh pulang cuci piring tuh!!!”

Teriakku dari depan rumah sari
Yuk tina yang sedang asik main saga langsung menoleh melihatku, matanya agak melotot, mungkin ia malu

“iyaiyanggak usah teriak teriak napa?”

Jawabnya sedikit kesal

Aku nyengir lalu berlalu dari rumah sari sambil menahan ketawa
Biarin aja dia malu sama teman temannya, kebiasaan, tugas belum selesai udah kelayapan

++++

aku berjalan kaki menuju ke rumah angga, teman sekolahku waktu aku masih sekolah dasar dulu
Biasanya jam segini angga sibuk dengan ayam ayam peliharaannya

Aku memasuki pekarangan rumahnya yang dipagari tanaman bonsai, yang buahnya seperti setangkai anggur tapi berwarna kuning
Aku langsung saja berjalan melewati samping rumahnya, menuju ke halaman belakang, dimana kandang ayam angga berada

Benar saja dugaanku, angga sedang berdiri menaburkan jagung ke tanah
Aku hampiri dia pelan pelan

“DORR”

“eh Monyotmonyoteh monyot”

“hahahahahaha”

Aku tertawa ngakak melihat angga yang latah karena kaget

“sialan lo rio Bikin jantung gue mau lepas aja”

“kayak nenek nenek jaman dulu aja pake latah segala”

Kataku sambil mengambil segenggam jagung, lalu aku taburkan ke tanah
Ayam ayam langsung mematuknya

Angga menggantung plastik berisi jagung ke dinding kandang ayam Kemudian mengajak aku berteduh dibawah pohon jambu
Ada bangku panjang tanpa sandaran dari kayu
Aku mengikuti angga duduk dibangku itu

“kamu mau ngopi nggak?”

Tanya angga

“boleh Kalau nggak ngerepotin”

“oke tunggu sebentar”

“jangan lama lama Ntar aku pulang”

“iya Sabar sedikit”

Angga cemberut

“buruan”

aku sengaja menggoda angga, soalnya anak ini sangat lucu, mudah kaget, sedikit agak kecewek cewekan
Tapi anaknya sangat kocak dan membuat aku terhibur, dia rajin Suka membantu ibunya membereskan rumah, angga juga sering jualan, tapi bukan kue, ia jual jambu yang ditusuk dengan lidi kelapa, nangka, kadang kadang jual buah rumbia, aku merasa cocok berteman dengannya
Aku tak mengerti kenapa teman teman yang lain seperti menjaga jarak dengan angga
Sering mereka mengata ngatai angga dengan sebutan yang menyakitkan hati “bencoong”
bagaimanapun angga, apapun keadaan dia, aku tak pernah ikut ikutan mengatai dia bencoong

+++++

Sambil menunggu angga membuat kopi, aku memanjat pohon jambu air yang lagi berbuah lebat, jambu berwarna merah ranum membuat air liurku terbit
Aku memanjat dan meniti dari dahan ke dahan

Jambu jambu yang bergelantungan aku petik satu persatu lalu aku masukkan ke dalam bajuku hingga perutku terlihat lebih gendut

Setelah terasa berat, aku turun
Sampai di tanah, aku mengeluarkan jambu jambu dari dalam bajuku

Angga kembali dengan membawa dua gelas kopi, ia letakkan diatas bangku Kemudian menghampiriku

“eh maling ya”

Celetuk angga sambil nyengir Kemudian jongkok mengambil sebuah jambu yang agak besar lalu memakannya

“hehehe sori, aku minta jambunya ya Boleh kan”

“huh sama aja bohong, udah dipetik baru minta Emangnya boleh gitu”

“ya boleh dong, kan dirumah kamu juga”

“dasar!!”

Ujar angga sambil melempar pipiku dengan biji jambu

“aduhsialan Pelit amat kamu Baru minta jambu aja udah sewot”

“siapa juga yang sewot Kamu ambil semua juga aku ridho seridho ridhonyahehe”

“kalau ridho kenapa ngelempar aku tadi”

Aku mengusap pipiku yang basah kena biji jambu air

“kan cuma becanda”

Balas angga sambil berdiri lalu duduk ke bangku
Aku meletakan semua jambu keatas bangku
Lalu aku duduk disamping angga

“eh ngga, tadi aku nabrak anak kucing”

“gila lo rio Mati nggak kucingnya?”

“belum tau, tadi aku sembunyiin dibawah kolong Aku takut kalau sampai anak kucing itu mati”

“awas loh kalau sampai mati, ntar kamu kena sial”

“itulah yang aku takutkan”

“waktu kamu tinggal tadi gimana keadaannya?”

Angga ingin tahu

“kucing itu sedang tidur Aku sudah kasih minum banyak banyak Aku juga udah ninggalin semangkuk nasi dengan ikan asin didekatnya”

Aku menjelaskan

“ayo kerumahmu Kita lihat kucing itu Jangan jangan sekarang ia sudah mati”

Kata kata angga membuat aku jadi gemetar
Aku tak berani membayangkan kucing kecil itu mati gara gara aku

Aku berdiri kemudian meminum kopi yang tadi dibikin angga dengan terburu buru

“ayo kerumahku sekarang Cepetan!!”

Aku menarik tangan angga, rasanya aku benar benar cemas sekarang
Angga cepat cepat berdiri lalu meminum kopinya sampai habis

“ayo Makin cepat makin baik Eh Jambu jambu ini gimana Sayang kalau nggak dimakan, nanti aku dimarahi emak”

Kata angga sambil memandangi tumpukan buah jambu diatas bangku

“kamu punya kantong plastik nggak Aku bawa pulang aja”

“ada Tunggu sebentar ya”

Kata angga sambil berlari masuk ke dalam rumahnya

Tak lama kemudian ia keluar dengan membawa kantong plastik kosong,
aku langsung meraup jambu jambu itu lalu memasukkan kedalam kantong plastik
Angga membantuku
Setelah itu aku dan angga berjalan cepat cepat menuju kerumahku

++++

“masuk ngga Langsung aja ke kamarku”

Aku membuka pintu kamar, kemudian masuk kedalam
Angga mengikutiku dari belakang

“tutup pintunya Nanti ketahuan sama emakku”

Angga menuruti perintahku, langsung menutup pintu kamar
Aku merunduk ke bawah kolong tempat tidur, menarik kontak sepatu berisi anak kucing
Tapi kok ringan sekali, tidak seperti tadi
Ketika kotak sudah aku pegang Aku hanya bisa menatap isinya dengan terpana
Kucing itu sudah tidak ada lagi

“loh Mana kucingnya rio?”

Tanya angga agak heran

“tadi masih di kotak ngga Kemana perginya kucing itu, berarti tidak mati dong, Lihat aja, nasinya yang aku taruh disini sudah habis!!”

Ujarku senang sambil berdiri

“kemana ya anak kucing itu Kok bisa lari dari kotak ini?”

“pasti nggak jauh rio, masih disekitar sekitar sini, kalau menurut aku sih”

“tolong aku bantu cari Takutnya anak kucing itu kabur, kasihan kalau dijalan bisa bisa kena tabrak lagi, kucing itu kan belum sehat betul”

Aku mendesah dengan prihatin

Aku memeriksa lemari, kolong tempat tidur, dibawah lemari, namun tidak ada
Entah kemana anak kucing itu
Angga ikut mencari, bahkan ia sempat sempatnya mengangkat kasur, mencari kucing itu disana

“hei jangan gila Mana mungkin lah kucing itu sembunyi disitu, emangnya duit bisa dibawah kasur!!”

Aku agak kesal melihat angga yang sibuk tapi tak membantu sama sekali

“kali aja ada disini Hehehe”

Ia menyeringai menyebalkan

“aduh rio kamar kamu kok berantakan sekali sih Lihat ini celana dalam bekas pakai kok ada di bawah kasur Dasar cowok!!”

Angga mengangkat celana dalam hijau muda milikku dengan ujung jari jempol dan telunjuknya, satu tangannya lagi memencet hidungnya seolah olah celana itu mengeluarkan bau amis

Cepat cepat aku rampas celana dalam itu dari tangannya

“sini Kemarikan Emangnya bangkai tikus pake tutup hidung segala!”

Umpatku agak kesal lalu melemparkan celana itu ke tumpukan baju kotor disamping lemari kayu

“kamar kamu berantakan banget rio Sana ambil sapu biar aku bersihkan!!”

Perintah angga sambil memasang tampang seolah olah tak percaya dengan apa yang ia lihat

“sudah biarin, nanti bisa aku bereskan sendiri”

“huh paling paling juga kalau aku pulang, kamu lupa membereskannya”

Angga memaksa, sementara itu tangannya sudah bekerja merapikan seprei tempat tidurku

Terpaksa aku keluar kamar mengambil sapu lantai dibelakang pintu ruang tamu
Setelah itu aku berikan pada angga
Dengan gesit ia membereskan kamarku, bahkan ia menyapu hingga ke bawah kolong tempat tidur Sambil tangannya bekerja, mulutnya pun ikut ikutan sibuk

“ya ampun Amit amit jabang bayi Kalau aku disuruh tidur dikamar berantakan seperti ini, bisa bisa tiap malam dapat mimpi buruk”

“mimpi buruk apaan Hantu aja kalau nggak karena terpaksa nggak bakalan mau ketemu sama kamu”

Timpalku sedikit kesal, namun aku senang juga, kamarku menjadi rapi sekarang, buku buku pelajaran yang ada dimeja sudah ia rapikan, tempat tidur, baju baju kotor yang bergeletakan, ia bereskan
Bukannya aku tak mau membereskan kamar, kadang sudah tak sempat
Pagi pagi aku bangun, langsung mengantar kue ke warung Setelah itu aku juga berkeliling kampung untuk berjualan

Setelah selesai membereskan kamarku, angga memberikan sapu padaku Langsung aku kembalikan ke tempat dimana aku mengambilnya tadi

Angga duduk di kursi belajarku sambil mengipas ngipas wajahnya dengan majalah bobo
Majalah itu di beli emak dipasar,
bukan majalah baru sih Majalah majalah bekas yang dikilo pemiliknya ke toko bumbu
saat emak melihatnya, ia langsung teringat padaku
Ada puluhan macam majalah yang ia beli, kata emak semuanya ada lima kilo Ditebusnya dengan harga seribu limaratus semuanya
Aku benar benar senang waktu mendapatkan majalah majalah itu, maklum Untuk membeli majalah baru, mana mungkin, harga majalah baru mahal!
Bagaikan harta yang berharga, aku menjaga majalah majalah itu Disaat senggang aku menghabiskan waktu membaca
Walau bekas, tapi keadaannya masih lumayan

“makasih ya ngga sudah mau repot repot membersihkan kamarku”

“biasa aja rio, aku juga senang kok beres beres, entah kenapa kalau lihat yang berantakan, kepalaku langsung pusing, pengennya langsung diberesin”

Tunggu sebentar ya jangan pulang dulu”

Kataku sambil keluar kamar, kemudian aku menuju ke dapur
Pasti kue apem sudah masak

Emak dan kedua kakak perempuanku sedang memotong motong kue, tepat dugaanku

“mak Ada teman rio, minta kuenya ya dikit”

Emak berhenti mengiris, lalu memandangku sambil tersenyum

“ambil piringnya nak”

Aku mengambil piring di rak, kemudian aku berikan pada emak
Langsung saja emak menaruh beberapa potong kue kedalam piring itu

“ini, siapa temanmu itu, banyak ya?

Tanya emak sambil mengulurkan piring berisi kue padaku

“enggak mak, cuma satu Itu si angga”

“oh Angga, Eh Rio jangan lupa bikin teh manis untuknya Nggak enak makan kue tanpa minum yang hangat dan manis”

Emak mengingatkanku

“ow Rio hampir lupa”

Aku menepuk kening, kemudian meletakkan piring keatas meja, lalu membuat teh manis
Setelah selesai, aku bawa kue dan teh manis ke dalam kamar

+++++

“nih kue Dimakan mumpung masih hangat”

“wah Itu kan kue untuk dijual Apa nanti emakmu nggak rugi?”

Angga tak enak hati

“ya nggak lah Gila amat kalau sampai rugi, hanya karena sepiring ini, udah makan saja!”

Aku mengambil sepotong dan memakannya, biar angga tak merasa sungkan

Kami ngobrol sambil minum teh dan makan kue
Lagi asik asiknya tiba tiba

“Awww!!!”

Angga menjerit
Aku jadi kaget, rupanya anak kucing yang aku tabrak, entah sejak kapan sudah ada dibawah, menggaruk garuk kaki angga
Cepat cepat aku ambil anak kucing itu, ia meronta ronta mengibaskan ekornya

“darimana saja kamu Kok ngilang gitu aja”

Aku membelai tengkuknya, lalu meletakannya diatas pangkuanku
Kucing itu langsung menjadi jinak, tak meronta lagi, bahkan ia langsung menjilat ujung jari telunjukku

“wah Bagus sekali kucingnya Bulunya coba lihat Tebal banget”

Angga menatap kucing itu dengan terpesona
Aku cuma tersenyum Tanpa berhenti aku belai terus hingga ke punggungnya

“iya ngga, kucing ini lucu banget, lihat matanya Benar benar bulat Besok aku mandiin aja, biar lebih bersih”

“sini aku pegang Untukku saja ya”

“jangan ngga Aku juga sayang sama kucing ini Kan aku yang nabrak, jadi aku harus bertanggung jawab”

“miara kucing itu harus dengan kasih sayang, jadi ia merasa nyaman Jangan sampai lupa kasih makannya”

“iya aku juga tau Nggak mungkin lah nggak aku kasih makan”

Kucing itu duduk diatas pangkuanku sambil menggoyang goyangkan ekornya yang panjang, sesekali ia menjilat punggung tanganku

Angga mencabik sedikit kue apem, lalu diberikan pada kucing, langsung dimakan oleh anak kucing dengan cepat

“kasian Ia masih lapar”

Angga mengulurkan lagi kue dengan potongan yang lebih besar dari yang tadi
Dalam waktu singkat habis dimakan anak kucing ini

“untung saja masih hidup ya Tadi aku udah kuatir banget”

“makanya lain kali kalau dijalan itu hati hati”

Nasehat angga

“iya ngga Aku sudah jera Nggak mau lagi lah sampai nabrak binatang lagi, kasian Pasti mereka kesakitan banget”

Angga melihat ke luar jendela, langit sudah mulai gelap
Ia berdiri kemudian mengambil gelas dan meminum isinya sampai habis

“udah hampir maghrib rio, aku mau pulang dulu ya”

“makasih ya ngga Udah mau maen kesini, dan bantu cari kucing ini, Buat jambunya juga”

Aku berdiri, meletakkan kucing diatas tempat tidur, lalu mengantar angga hingga ke pintu depan
Setelah angga menghilang dari pandangan, aku menutup pintu, kembali kekamar
Kucing itu sudah kembali masuk kotak sepatu, tidur disana
Aku ambil handuk, bersiap siap mandi, dan sholat magrib

_________________________________

Suasana pagi ini agak mendung, beberapa teman sekelasku bahkan ada yang memakai jaket karena dingin
Untung saja waktu aku jualan tadi pagi nggak turun hujan
Jadi aku bisa menjual habis semua kue kue yang aku bawa
Waktu aku tiba disekolah, gerimis rintik rintik mulai turun Sekarang sudah mulai jadi hujan yang agak deras
Guru agama tidak masuk, karena lagi ada urusan di palembang,
kami hanya diberi catatan yang harus ditulis, beberapa ayat ayat al quran dengan terjemahan
Rini, sekretaris dikelas 3b berdiri didepan papan tulis sibuk mencatat
Beberapa murid tidak ikut mencatat, ada yang sibuk ngobrol dengan suara pelan,
ada yang berkeliaran ke bangku temannya
Aku lihat rian tak kemana mana, ia duduk dibangkunya Serius mencatat
Sempat aku lihat vendi mengajaknya ke wc, tapi ia tolak
Sepertinya rian anak yang rajin
Ia tak terpengaruh dengan keadaan
Aku juga menulis di catatanku, huruf arab menggunakan pensil, terjemahan memakai pena
Suasana yang dingin seperti ini membuat teman teman sekelasku jadi malas keluar, bahkan ke kantin Mana diluar hujan yang lebat disertai petir dan guntur sambung menyambung

Terkadang halilintar berbunyi memekakkan telinga membuat murid perempuan berteriak karena kaget

Aku juga sempat terlonjak kaget, aku jadi ingat emak dirumah, lagi sendirian, dalam keadaan hujan badai begini
Mana dapur bagian belakang bocor belum sempat aku tambal, pasti emak kelabakan mengambil ember untuk menampung air yang merembes dari atas atap, supaya lantai dapur tidak banjir

Sampai aku selesai mencatat, tak ada tanda tanda hujan mau berhenti, malah semakin lebat

Aku menutup buku, kemudian memasukkan kedalam tas, rasanya jadi pengen kencing
Aku berdiri melemaskan badanku yang pegal karena dari tadi duduk dan menulis
Kemudian aku keluar kelas, berjalan menuju ke wc

Ada beberapa anak murid dari kelas lain yang berada di wc, jadi aku memilih kencing agak dipojok
Aku berdiri membuka resleting celana sekolah, kemudian sambil memejamkan mata, aku kencing di toilet, mengeluarkan seluruh air seni yang dari tadi sudah sesak Rasanya lega sekali

“hujan hujan begini memang bawaannya pengen kencing terus ya”

Suara disampingku membuat aku tersentak, aku membuka mata dan menoleh,
jantungku terasa berhenti berdetak saat tahu siapa yang bicara tadi, ternyata rian yang entah sejak kapan sudah berdiri disampingku
Ia juga sedang kencing dengan santainya
Jarak kami begitu dekat hingga aku bisa mendengar kecipak air kencingnya yang jatuh di lantai toilet
Jantungku berdebar debar, entah kenapa
Aku tak berani melihat ke bawah
Cepat cepat aku siram bekas kencing aku sampai bersih
Menutup resleting, bersiap pergi

“tunggu aku dong!”

Aku menghentikan langkah, serasa tak percaya dengan yang kudengar

++++

aku menghentikan langkah, berbalik, berdiri dipinggir pintu wc, menunggu rian yang sedang menyiram toilet

Tiba tiba vendi datang, ia berjalan melewatiku tanpa menoleh, seakan akan aku tak terlihat

“bro Disini rupanya Eh Temani aku ke kantin yuk”

Vendi berjalan masuk ke wc Menghampiri rian

Aku memandang rian, menunggu kepastian, mau kembali kekelas bersamaku, atau ikut vendi ke kantin

“kamu duluan aja ke kelas Aku mau ke kantin dulusiapa nama kamu?”

Ujar rian padaku sambil berjalan dengan vendi

Aku diam saja tak menjawab, langsung berbalik kembali kekelas Vendi cuma melemparkan senyum basa basi padaku Aku membalasnya dengan hambar
Semangat yang tadi sempat muncul kembali padam
Kenapa sih harus datang si vendi, padahal aku ingin sekali bisa sedikit lebih dekat dengan rian
Sepertinya ia bukan anak yang sombong
Terbukti tadi ia menegur ku waktu di wc

Sampai di dalam kelas aku duduk kembali dibangku
Erwan menoleh melihatku

“kamu kencing apa berak?”

“memangnya kenapa?”

“kok lama?”

“Ya kencing lah!”

“ke kantin yuk Lima belas menit lagi bell bunyi Lumayan kita bisa lebih santai, jangan kuatir aku yang traktir”

Tawar erwan

“kamu sendiri aja lah Aku lagi malas Pengen ke perpus aja”

Aku menolak, entah kenapa aku jadi kecewa tidak bisa berjalan bersama rian kembali ke kelas tadi
Andai aku ke kantin, pasti akan bertemu dengan rian, aku cemburu melihat dia akrab dengan rombongan vendi

“ya udah kalau kamu nggak mau Aku ke kantin dulu ya”

Erwan berdiri kemudian meninggalkan kelas
Beberapa teman sekelasku masih berada dalam kelas Tapi sebagian besar sudah keluar

Kenapa sih aku ini Padahal rian kan bukan teman akrabku, tapi mengapa aku bisa sentimentil begini
Belum pernah aku menginginkan akrab dengan seseorang seperti saat ini yang aku rasakan terhadap rian
Aku cenderung kuper kalau dikelas
Sekolah di smp yang kebanyakan teman teman berasal dari kalangan orang mampu, membuat aku tidak percaya diri untuk berteman dengan mereka

Kelas sudah kosong sekarang, tinggal aku sendirian didalam Daripada bengong sendirian lebih baik aku ke perpus saja, membaca buku mungkin bisa mengalihkan pikiranku yang sedang kusut

Dilorong antara kantin dengan laboratorium fisika, aku melihat rombongan vendi bersama rian sedang berdiri sambil bercerita dengan seru, mereka tertawa terbahak bahak, entah apa yang mereka ceritakan namun aku melihat rian begitu senang
Beberapa cewek juga ikut ngumpul bersama mereka Diantaranya ada dewi, septi, irma dan ema
Cewek cewek yang terkenal gaul di sekolah

Aku mempercepat langkah menuju ke perpus

“rio Tunggu”

Erwan setengah berlari menghampiriku Aku berhenti menunggu erwan

“loh Sudah selesai makannya?”

Tanyaku agak heran, biasanya erwan kalau sudah ke kantin pasti lama, minimal kembali ke kelas, lima menit sebelum bell bunyi

“sudah, cuma makan tekwan saja kok”

Erwan berjalan mengiringiku menuju ke perpustakaan

“rio, nanti sore aku mau renang, kamu mau ikut nggak?”

“renang, dimana?”

Tanyaku sambil terus berjalan

“di hotel menumbing dekat pasar, kalau mau nanti aku jemput sekitar jam tiga sore”

“berapa bayar masuk kesana”

Aku ingin tahu, soalnya kalau mahal aku tak punya uang

“tenang saja aku bisa bayar kok!”

“nggak ah Aku nggak enak kalau kamu yang bayarin”

“nggak apa apa kok Kan aku yang ngajak”

Desak erwan setengah memaksa
Aku diam sejenak menimbang nimbang

“oke Nanti kamu jemput aku ya”

“sip lah Kamu tunggu aja di rumah Aku pasti jemput Jangan lupa siap siap, handuk dan celana pendek untuk renang!”

Erwan mengingatkanku Aku cuma mengangguk

Kami sudah sampai di depan perpustakaan, aku masuk ke dalam mengisi buku kunjungan
Kemudian berjalan menuju rak rak buku, mencari buku yang menarik untuk di baca
Setelah itu memilih duduk di pojok yang paling sepi
Erwan ikut mengambil buku cerita, kemudian duduk disampingku
Sebentar kemudian aku sudah tenggelam dengan keasyikan membaca

++++

DIKOLAM RENANG

“makntar sore rio mau kekolam renang Diajakin ma temen”

Aku memberitahu emak yang lagi duduk didepanku di meja makan

“tugas sekolah ya?”

Tanya emak sambil menggeser piring berisi ikan goreng ke depanku

“bukan sih mak Cuma sekedar main aja diajak teman, jam tiga ntar rio kesana”

“memangnya kamu tau berenang?”

Emak agak kuatir karena aku memang jarang sekali pergi ke tempat begituan

“enggak sih mak, tapi kan ada kolam dangkal, sekalian rio mau belajar renang”

“ya udah Makan dulu yang kenyang Jadi nggak kelaparan
Kalau berendam dengan perut kosong bisa kembung”

“jadi boleh ya mak Makasih ya mak”

Aku senang sekali, cepat cepat aku menghabiskan nasi yang sedang aku makan
Emak senyum senyum melihatku
Rasanya aku jadi semangat, tak sabar menunggu erwan datang
Aku belum pernah sekalipun pergi ke kolam renang, apalagi di hotel Pengen tahu seperti apa sih hotel itu
Biasanya aku cuma melihatnya di tipi

Selesai makan aku buru buru ke kamar, dengan membawa mangkuk berisi ikan dan nasi yang telah dicampur rata, untuk anak kucingkuuntung saja kucing ini tidak rewel, ia masih baring di dalam kotaknya yang nyaman

Aku tarik kotak dibawah kolong, kemudian menaruh mangkuk didepan anak kucing ini
Tiba tiba hidungku menangkap bau yang kurang sedap dari bawah kolong, seperti agak asam bercampur busuk

Astaga! Pasti anak kucing ini berak dibawah kolong ranjang
Waduh Bakalan repot nih, emak pasti nggak bakalan ngijinin aku miara anak kucing ini, karena biasanya anak kucing suka buang kotoran sembarangan
Kenapa sampai nggak kepikiran olehku

Bergegas aku pergi ke dapur, mencari sendok semen untuk membuang kotoran kucing itu
Jangan sampai emak tahu, bisa bisa ia menyuruh aku membuang anak kucing ini

Aku merunduk ke bawah kolong sambil menutup hidung karena bau yang tak enak membuat perutku mual

Nah itu dia tepat disudut, teronggok kotorannya, aku sekop dengan hati hati agar tak kemana mana
Aku mengintip keluar kamar, aman emak tak ada
Pasti lagi sibuk di dapur

Cepat cepat aku keluar, membuang kotoran kucing kedalam selokan

Baru saja aku berbalik mau masuk kedalam rumah, tiba tiba emak sudah berdiri di tengah pintu
Buru buru aku sembunyikan sendok semen dibelakang punggungku

“sudah dibuang kotoran kucingnya rio?”

Aku tersentak kaget Darimana emak tahu

“mak tau darimana?”

Tanyaku takut takut

“rumah kita ini kecil nak Kucing itu binatang bukan benda mati Sejak dari tadi pagi ia mencakar kaki emak Mungkin karena lapar Emak sempat heran darimana datangnya Habis emak kasih makan, ia masuk ke kamarmu Emak ikuti, ternyata ia masuk ke dalam kotak yang ada dibawah kolong tempat tidurmu”

Jelas emak dengan ekspresi yang sulit aku tebak
Aku menunduk tak berani menatap wajah emak
Dalam hati aku berdoa semoga emak tak marah dan tak menyuruhku membuang anak kucing itu

“dimana kamu dapatkan anak kucing itu Kenapa nggak kasih tau dan minta ijin emak kalau mau miara kucing?”

Tak ada kemarahan dari nada suara emak

“rio nabrak anak kucing itu kemarin mak Rio pikir anak kucing itu bakalan mati, makanya rio bawa pulang Rio takut kena sial kalau ninggalin kucing yang rio tabrak dijalan”

Jelasku sambil menunduk tak berani menatap wajah emak

“kamu tau rio, kalau mau miara binatang itu tidak boleh diumpetin gitu Mesti rajin kasih makan dan ngebersihin kotorannya Apa kamu sudah siap untuk itu?”

Tanya emak masih dengan suara yang tenang tanpa ada kemarahan sedikitpun
Aku mulai lega pelan pelan aku menegakan kepala memandang emak Wajah emak tersenyum

“rio akan merawatnya mak Rio pengen banget punya kucing itu Boleh ya mak Rio janji akan merawatnya sebaik mungkin Rio akan ajarkan biar ia tak buang kotoran sembarangan Boleh ya mak?”

Emak diam beberapa saat, seperti sedang memikirkan sesuatu

“baiklah Tapi kamu tepati janjimu”

Betapa lega aku mendengarnya, langsung aku peluk emak dengan perasaan gembira

“makasih makpokoknya rio janji pasti akan mengurus anak kucing itu dengan baikrio janji”

“ya sudah Sekarang kamu bersiap siaplah Katanya jam tiga mau ke kolam renang, ini sudah jam setengah tiga Nanti teman kamu keburu datang!”

Ujar emak sambil membelai rambutku dengan sayang
Aku lepaskan pelukanku kemudian berlari lari masuk kamar dengan hati senang
Emak memang benar benar paling baik seluruh dunia Aku sayang sekali sama emak

Aku masuk ke kamar, membuka lemari baju, menyiapkan celana renang dan handuk serta celana dalam cadangan
Aku masukkan ke dalam tas kain
Setelah semua beres, aku keluar kamar, anak kucingku sedang asik menikmati makanannya yang tadi aku berikan

Aku duduk diruang tamu menunggu erwan menjemputku
Sekitar sepuluh menit kemudian erwan datang, cepat cepat aku berdiri ke depan pintu
dia diantar oleh supirnya
Erwan turun dari mobil, menghampiriku

“sudah siap rio?”

Tanya erwan ketika sudah didekatku

“sudah Kita pergi sekarang?”

“oke Pamit dulu sana sama emakmu”

Erwan mengingatkanku
Ya ampun aku hampir lupa pamit sama emak saking bersemangatnya mau ke kolam renang

“tunggu sebentar ya!”

Aku berlari masuk kedalam rumah mencari emak didapur, untuk berpamitan
Emak sedang berada didapur, membungkus sesuatu dalam plastik

“mak rio pergi dulu ya Udah dijemput ma temen”

“ini bawa kue Nanti kamu lapar habis mandi”

Emak mengulurkan plastik tadi

+++++

“eh emak Buat apa sih Kan malu bawa bawa kue kayak mau piknik aja”

“ya nggak apa apa Nanti kalian lapar, temanmu juga pasti mau makan kue Kamu udah diajak sama dia, kamu harus bawa makanan biar bisa dimakan sama sama temanmu”

Emak memaksa, terpaksa aku ambil juga kantong plastik itu, kemudian aku masukkan ke dalam tas
Emak ada ada saja, masa sih ke kolam renang bawa bawa kue seperti ini, kayak cewek aja bawa bawa kue

“ini jajan untuk kamu Siapa tau haus pengen beli es”

Emak memberi uang seratus rupiah untukku

“makasih ya mak Rio pergi dulu Assalamualaikum”

“waalaikumsalam Hati hati di jalan ya nak Pulangnya jangan terlalu malam”

Emak mengingatkanku
Kemudian mengantarkan aku pergi hingga ke depan pintu
Erwan pamit sama emak
Aku masuk ke dalam mobil, erwan duduk di sampingku
Mobil yang nyaman sekali, kursinya empuk dengan sandaran tinggi, sejuk ac langsung terasa
Sopir menjalankan mobil membawa kami ke hotel menumbing, perasaanku benar benar tak dapat aku ungkapkan saking senangnya

“kamu udah makan rio Itu aku ada bawa roti isi”

Tawar erwan sambil mengambil bungkusan dari kursi belakang, mengeluarkan bermacam macam snack, roti dan kacang, beberapa minuman kaleng dingin juga ada
Banyak sekali makanan yang dibawa erwan
Aku jadi teringat dengan kue yang ada di dalam tas ku, mana mungkin erwan mau kalau yang ia bawa saja begini banyaknya Dan enak enak

“nanti aja aku masih kenyang”

Tolakku dengan malu malu

“ya udah, nanti dikolam renang aja, pasti kita lapar habis renang, tadi mama yang beliin, untuk kita”

Jelas erwan sambil meletakkan plastik berisi snack dan minuman di sampingnya

Aku melihat dari jendela mobil yang tertutup, suasana pasar yang ramai, banyak orang orang yang hilir mudik berjalan dari toko ke toko, baju baju berjejer di pajang, kebanyakan yang punya toko di pasar adalah orang orang keturunan
Andai aku punya uang, pengen sekali belikan emak baju baru, baju yang berjejer di toko toko itu bagus bagus sekali
Sopir erwan mengemudikan mobil dengan santai, menuju sebuah bangunan yang besar, ada beberapa tingkat Aku bisa membaca dengan jelas tulisan besar “menumbing hotel”
rupanya ini hotel yang diceritakan erwan
Besar sekali, aku kagum melihatnya [kalau sekarang hotel ini aku lihat biasa biasa saja Justeru mirip penginapan Maklum jaman itu tak terlalu banyak gedung yang besar]
Tak aku sangka sama sekali kalau aku bisa masuk ke dalam hotel ini

Setelah sopir memarkir mobil, erwan mengajakku turun, aku membawa kantung plastik berisi makanan tadi, kemudian aku mengikuti erwan berjalan menuju pintu samping hotel
Sebuah kolam renang yang menurutku sangat bagus dan besar, langsung terlihat
Airnya jernih, hingga dasar dan pinggirnya yang terbuat dari keramik warna putih, terlihat dengan jelas
Erwan membeli dua buah tiket untuk kami berdua

Setelah petugas mengijinkan kami masuk, erwan menarik tanganku untuk mengikutinya masuk ke dalam
Aku melihat sekeliling, ada beberapa orang yang sedang mandi, sebagian duduk duduk di pinggir kolam, ada yang duduk di kursi
Aku melihat sedikit udik, lantai keramik warna merah yang membentang dari pintu masuk hingga ke kolam ini terasa dingin, rasanya aku tak sabar lagi ingin turun ke kolam itu
Erwan mengajakku ke kamar ganti, ia mengambil bungkusan yang ada di tanganku, kemudian menaruhnya di sebuah kursi batu
Aku mengikuti erwan, karena aku tak tahu dimana tempat ganti baju
Sebuah ruangan sebesar kamarku, aku masuk bersama erwan, kemudian menutup pintu
Erwan membuka baju dan celana panjangnya
Kemudian memakai celana hawai
Aku juga mengganti celana panjang dengan hawai
Aku tak memakai baju atas, jadi cuma telanjang dada, sama dengan erwan
Kami keluar dari kamar ganti sambil membawa tas berisi baju, kemudian menaruh di kursi batu tempat kami menaruh snack dan minuman kami

“ayo turun sekarang”

Ajak erwan tak sabar lagi

“kolam yang dangkal katamu tadi yang mana er”

“itu yang sebelah pinggir, kalau makin ke kiri makin dalam loh Nanti aku ajari kamu renang”

“tapi yang sabar ya, soalnya aku benar benar nggak tau berenang”

“tenang aja teman, di jamin ntar kalo udah aku ajarin pasti bisa Nggak susah kok”

Erwan menyentuh air kolam dengan ujung jempol kakinya

“ayo turun Nggak apa apa, airnya hangat kok”

Kata erwan sambil terjun ke dalam kolam
Aku turun pelan pelan di sisi yang dangkal, memang benar kata erwan, airnya hangat
Aku jongkok hingga airnya menjadi sebatas leherku
Erwan berenang dari ujung kolam kemudian berbalik lagi menghampiriku

“kamu musti belajar ngapung dulu, coba buat tubuh kamu melayang di air, gerak gerakan kakimu seperti ini”

Erwan memberi contoh padaku, aku mengikuti gerakan erwan
Agak susah juga, berkali kali badanku jadi miring, dan tak seimbang, kelihatannya erwan begitu gampang sekali melakukannya
Aku mencoba terus, lama lama terasa agak seimbang

“bagus, terus gerak gerakan kaki, sampai kamu bisa mengapung terussekarang kamu pegang besi yang ada disisi kolam ini”
aku mengikuti intruksi erwan, memegang besi sambil menggerak gerakan kakiku agar tubuhku mengambang diatas air
Rasanya aku sudah mulai bisa mengambang dengan enak

“begini kan er, hehehe, rasanya lucu, kayak katak aja”

Aku tertawa dengan semangat sambil terus menggerak gerakan kaki didalam air

“iya Kita meniru gerakkan katak kalau berenang, kalau sudah seimbang coba kamu lepaskan tangan dari pegangan

++++++

selama satu jam lebih aku belajar renang, erwan tak bosan bosan mengajariku, hingga aku mulai bisa, aku memberanikan diri berenang ke kolam yang lebih dalam Aku berhasil mencapai tepi kolam
Erwan tertawa tawa senang

“naik dulu yuk!”

Ajak erwan sambil keluar dari kolam Kemudian duduk diatas kursi batu tempat kami tadi meletakkan baju dan snack
Aku ikut naik menyusul erwan

“nih minuman, kamu mau yang soda atau wallet?”

Erwan menyodorkan dua kaleng minuman
Aku mengambil yang rasa sarang wallet

“makasih er “

Aku membuka kaleng dan meneguk isinya sampai tinggal setengahnya saja
Kemudian aku taruh kaleng diatas kursi

“kita harus sering sering kesini, jadi kamu bisa berenang lebih lancar”

Saran erwan sambil minum lewat sedotan

“iya sih Kalau aku ada waktu luang pengen banget kesini lagi”

“pokoknya tenang aja, kalau aku kesini pasti aku ajak deh”

“janji ya er Aku pengen banget bisa berenang lebih lincah Siapa tau di smu nanti ada eskul renang”

Ujarku dengan antusias, erwan mengangguk angguk

“yuk mandi lagi Tadi kamu udah lumayan kok”

“kemon!”

Balasku sambil berlari menuju kolam, lalu terjun hingga menimbulkan suara berdebur
Erwan menyusulku mengambil ancang ancang, kemudian melompat ke dalam kolam

Saat aku sedang berenang, tiba tiba aku melihat ada yadi, teman satu kelas dengan aku dan erwan
Dia bersama teman temannya dari kelas lain
Saat melihat aku dan erwan, yadi melambaikan tangannya
Aku balas melambaikan tangan
Yadi memberi kode yang artinya ia mau ganti dengan baju renang
Aku mengangguk

Setelah selesai ganti baju, yadi dan teman temannya ikut turun ke dalam kolam bergabung dengan kami
Yadi mengajak lomba siapa paling cepat berenang ke ujung kolam
Aku tentu aja nggak ikut, kan baru aja tau berenang, mana mungkinlah bisa menang melawan mereka
Jadi aku cuma menonton saja sambil bersorak memberi semangat pada erwan
Mungkin karena sudah sering berenang, erwan sangat gesit sekali, ia berenang dengan lincah, hingga tanpa susah payah bisa mengalahkan yadi dan teman teman yang lain

Aku melonjak senang waktu erwan berhasil mengalahkan yadi
Kami tertawa tawa, bahkan yadi menghampiriku kemudian refleks memelukku
Teman teman yang lain tertawa terbahak bahak
Aku sedikit malu dengan teman teman, yang menganggap ini sesuatu yang lucu, tapi erwan sepert agak berubah ekspresi wajahnya saat melihat yadi memelukku Ia berhenti tertawa

Erwan langsung naik keatas, lalu kembali ke kursi, mengambil snack, duduk sambil pura pura sibuk melihat orang orang yang hilir mudik
Aku jadi nggak enak hati, apakah erwan kurang suka aku terlalu akrab dengan yadi dan teman teman yang lain Kenapa ia tiba tiba menyendiri seperti itu
Aku naik keatas kolam, lalu menghampiri erwan

“eh Kok nggak mandi lagi?”

Tanyaku sambil mengambil tempat duduk disampingnya

“mandi aja, aku udah selesai!”

Jawab erwan tanpa melihatku, ia sibuk dengan snack yang ada ditangannya

“kok cepet banget sih Turun lagi yuk Ajari aku renang lagi”

“aku capek, kan ada yadi Minta ajar sama dia aja”

“aku kan nggak akrab sama yadi Nggak enak lah Aku malu kalau musti minta tolong sama dia”

“sepertinya nggak kok Yadi pasti mau ngajarin kamu Buktinya tadi ia langsung meluk kamu Padahal kan aku yang memang Tapi kamu malah mendukung dia”

Oh jadi itu masalahnya, erwan kesal karena aku tidak memeluk dia
Aku berdiri kemudian memeluk erwan erat erat
Erwan meronta ronta mencoba melepaskan pelukanku, ia agak jengah juga aku peluk seperti ini dimuka umum

“apa apaan sih rio Lepasin dong Malu tau Ntar dikirain orang orang kita ini pacaran”

“biarin, yang penting aku mau meluk kamu, nggak peduli orang mau ngomong apa”

“rio, jangan gila Ayo lepasin Nanti kita digosip sama teman teman loh”

Erwan masih berusaha lepas dari pelukanku
Akhirnya karena mendengar yadi dan teman teman dari dalam kolam tertawa melihat kami, aku lepaskan juga pelukan dari erwan
Lalu aku duduk disampingnya
Erwan sudah senyum, ia menampar bahuku dengan pelan

“tuh kan teman teman pada ketawa Kamu sih gila, peluk peluk gak karuan Kalau kita digosipin pacaran, aku nggak tanggung ya”

Ujar erwan tanpa nada marah sedikitpun Malah terdengar riang

“kamu sih Tadi itu yang meluk aku kan yadi, aku itu justru mendukung kamu tadi, ampe serak teriak teriak Mana aku tau kalau yadi langsung meluk aku”

“ya udah Mandi lagi yuk”

erwan berdiri kemudian langsung berlari ke kolam
Aku ikut berlari menyusulnya
Bersamaan kami terjun ke dalam kolam

Erwan kembali mengajari aku berenang, malah lebih semangat dari yang pertama tadi
Yadi dan teman temannya naik keatas, kemudian duduk di tepi kolam melihat aku yang sedang berenang, lumayan juga aku sekarang bisa berenang walaupun belum bisa berenang cepat, nafasku masih tersengal sengal kalau berenang terlalu jauh
Pasti rasanya kepingin berhenti di tengah tengah kolam

Hingga jam lima kami berenang dan bercanda dikolam
Setelah itu kami pulang
Sopir erwan menunggu di depan kursi hotel sambil mengobrol dengan satpam

Aku diantar pulang sampai di depan rumah

“sampai ketemu besok di kelas ya rio”

Teriak erwan sambil melambaikan tangan dari jendela mobil

“oke sampai besok Makasih banyak ya”

Aku balas berteriak dari depan pintu sambil memandang mobil erwan yang berlalu dari pekarangan rumahku

++++++

MALU AKU MAK

subuh tadi hujan mengguyur kota pangkalpinang, hingga jalanan menjadi basah
Aku berjalan dengan hati hati karena tanah yang becek seringkali membuat sandal jepit merek swallow yang aku pakai ini lengket di tanah yang becek
Sementara kue yang aku bawa masih tersisa separuh

hari sudah jam enam lewat, sepertinya jualan tak bakalan habis, sudah serak aku teriak teriak, mungkin orang orang pada malas keluar karena dingin
Aku harus lebih cepat lagi berjalan, mengejar waktu
Masih ada waktu sekitar 20 menit sebelum jam setengah tujuh, semoga saja nanti ada yang membeli agak banyak

Aku keluar dari gang kecil, menuju ke jalan yang beraspal, jalan ini sudah dekat ke rumahnya rian
Aku berdoa semoga saja rian tidak melihatku
Entah kenapa aku jadi malu kalau harus bertemu dia dalam keadaan yang kurang wibawa seperti ini Memakai sandal jepit yang sudah tipis dan licin, hingga kerikil yang terinjak pun bisa aku rasakan Belum lagi dulang berisi kue diatas kepalaku ini Entah apa yang dipikirkan rian kalau melihatku seperti ini
Aku sengaja tidak teriak didepan rumahnya
Ku percepat langkah ku agar segera berlalu dari rumah rian
Sembunyi sembunyi aku melirik ke arah rumahnya, berharap sekali saat ini dia tidak sedang berada didepan rumah
Namun karena mataku kemana mana Aku tak melihat ada kotoran bebek di depanku, tanpa sengaja terinjak olehku kotoran yang licin itu, ditambah lagi sandal swallow tipis yang alasnya sudah aus, aku kehilangan keseimbangan, terpeleset terjatuh menimbulkan suara berkelotangan dulang yang menghantam semen basah bekas rumah yang sudah roboh di samping rumah rian
Aku terjerembab Kue kue berhamburan semua Langsung kotor terkena pasir dan air, bajuku jadi cokelat di bagian depan kena becek

Beberapa orang keluar dari rumah karena mendengar suara ribut yang aku timbulkan Mereka berlari menghampiriku Beberapa mencoba menolong memapah aku yang sedang tertelungkup diatas lantai semen retak bercampur pasir

Cepat cepat aku berdiri, memungut dulang diatas semen Betisku terkena kotoran bebek
Tak terkatakan betapa malunya aku
Ingin rasanya aku masuk ke dalam perut bumi
Bisik bisik orang orang riuh rendah terdengar di telingaku
Suara cekikikan tertahan yang mungkin merasa lucu melihat posisiku saat ini
Aku meringis antara sakit dan malu

“kenapa sampai jatuh jang?”

Tanya seorang ibu dengan wajah prihatin melihatku aku mendongak melihat ibu yang bertanya itu
Astaganaga Mamanya rian, aku terdiam dengan perasaan campur aduk berkecamuk didada

“kayaknya ia terpeleset tuh”

“iya tanah kan licin, anak itu terpeleset”

“becek sih! tuh lihat baju dan celananya jadi kotor!”

“tadi aku lihat ia nginjak taii bebek, ia kepeleset taii bebek Lihat aja kakinya kena kotoran bebek”

Suara suara komentar orang orang, membuat aku jadi semakin malu, tak tahu kemana lagi mau menaruh muka ku Alangkah memalukan sekali, jatuh karena nginjak kotoran bebek yang licin
Ada yang memegang bahuku dari belakang
Aku menoleh untuk melihat siapa itu,
oh tuhan Rian!!! jadi ia ikut melihat aku jatuh
Ingin rasanya aku menangis, dasar sial Sial Sial Aku mengutuk nasib jelek aku pagi ini Kenapa aku harus mengalami nasib sial pagi ini, kenapa harus ada kotoran bebek disini, kenapa mataku jelalatan kemana mana hingga sampe keinjak, kenapa aku harus jatuhnya disamping rumah rian
Belum lagi puluhan kue yang sudah tak bisa di jual lagi karena sudah kotor terkena tanah becek

Bisa aku bayangkan apa yang akan terjadi di sekolah nanti, pasti berita ini akan menyebar, rio jatuh kepeleset taii bebek waktu lagi jualan kue Aku akan jadi bahan tertawaan nantinya
Semoga saja rian tak menceritakan hal ini kepada teman temannya

“lutut kamu berdarah tuh Ayo ke rumahku, ada obat merah!”

Rian menarik tanganku Kemudian tangan yang satunya mengambil dulang yang aku pegang

“nggak apa apa kok Biar aku obati dirumah saja”

Jawabku sambil meringis, tak berani menatap mata rian
Ini dialog kedua kami, kenapa keadaannya harus seperti ini Tak henti hentinya aku mengutuk dalam hati Ingin rasanya aku pingsan saja

“sudah jangan menolak, nanti luka kamu itu jadi infeksi loh Tanah itu kan kotor Masa kamu mau pulang dengan kaki berlumuran kotoran bebek kayak gitu sih?”

Paksa rian terus menarik tanganku Sepertinya rian sudah terbiasa dituruti kehendaknya Perintahnya seperti tak bisa di tawar tawar lagi Percuma saja aku menolak, bisa panjang urusannya Lagian kata kata rian itu benar juga Akhirnya aku mengangguk
Aku ikut rian ke rumahnya, tak lupa aku mengucapkan terimakasih kepada orang orang yang sudah menolongku tadi

Mama rian tersenyum melihatku Senyum prihatin Sepertinya ia benar benar kasihan padaku

Sampai didepan teras rumahnya, aku berhenti Rian ikut berhenti dan menatapku

“kenapa sampai terpeleset kayak gitu sih Makanya kalau jalan hati hati Itu ada kran ledeng, bersihkan dulu kotoran itu Aku mau ngambil obat merah dulu sebentar”

Ujar rian dengan ekspresi santai, seolah olah aku tidak baru saja mengalami hal yang memalukan
Rian masuk ke dalam rumah Aku langsung berjalan menuju ke kran yang ada di samping rumahnya
Aku putar kran kemudian membersihkan kaki dan tanganku yang kotor Hingga tak ada lagi tanah lumpur dan kotoran bebek

Setelah menutup kembali kran, aku kembali ke teras rumah rian, ia sudah berdiri sambil memegang sebotol kecil obat merah

+++++

aku duduk di tepi tangga lantai teras rumah rian, setelah mengambil obat merah yang diberikan rian, kemudian aku mengoleskan luka pada lutut kakiku yang luka

“eh nama kamu siapa, aku belum tahu”

Tanya rian sambil berjongkok disampingku

“rionama Kamu rian kan”

Jawabku sambil menutup botol obat merah lalu mengembalikan pada rian

“iya betul, sudah di olesi semua luka nya?”

“sudah Makasih ya”

“kamu nggak sekolah ya?”

Tanya rian, membuatku langsung tersadar, kalau hari sudah beranjak siang, kalau tak pulang sekarang bisa bisa aku terlambat lagi

“eh Iya Hampir lupa Kalau gitu aku pulang dulu ya Makasih banyak pertolongannya!”

“buruan, ntar telat”

“oke Aku pulang dulu Sampai ketemu di sekolah”

Aku bergegas pulang dengan berlari, sambil membawa dulang yang sudah kosong
Betapa bahagia hatiku, entah mimpi apa semalam bisa sedekat tadi dengan rian, ternyata rian baik banget, aku jadi semangat
Walaupun harus mengalami kejadian yang sangat memalukan, tapi aku benar benar senang
Biarlah bersakit sakit dahulu, bersenang senang kemudian

Emak kaget melihat lututku berwarna merah, ia pikir itu darah

“astaga rio Ngape kau nak?

Teriak emak sambil tergopoh gopoh menghampiriku

“dak ape ape mak Rio cuma kepeleset bae, kena semen kasar jadi agak lecet”

Aku tak mau buat emak jadi kuatir Tapi aku sedih karena ada puluhan kue yang seharusnya di jual jadi mubazir terbuang Jual kue untungnya tak besar

“mak, maafin rio ya Kuenya banyak yang jatuh, dak bisa diselamatkan lagi, lah tercampur becek”

Emak menghela nafas, terdiam sesaat, namun emak langsung senyum padaku

“mungkin bukan rejeki, sudahlah jangan di sesali, yang penting kamu dak ape ape Lain kali lebih hati hati ya nak”

Kata emak tetap tenang, walaupun sebenarnya ia sedih juga Aku jadi makin tak tega melihat emak

Yuk tina keluar dari kamar, sudah berpakaian seragam lengkap, matanya agak menyipit waktu melihat aku”

“ngape kau dek Kok belepotan gitu kayak anak saudara tua kecebur got!”

“hus Adek sendiri jangan dibilang saudara tua tin Kasian die habis jatuh!”

“makanya kalo jalan tuh matanya jangan ditaro di dengkul Dipasang tuh mata!”

Yuk tina mencibir memandangku, aku diam tak menjawab

Mak bagi duit Hari ini mau bayar buku cetak bahasa inggris”

Yuk tina menghampiri emak, kemudian berdiri di depan emak
Aku bergegas masuk ke kamar, sudah jam tujuh kurang sepuluh menit, aku harus cepat cepat ganti baju

Didalam kamar, aku ambil seragam sekolah di gantungan dinding, lalu aku pakai dengan tergesa gesa
Tiba tiba terdengar yuk tina marah marah

“BESOK LAGI BESOK LAGI AKU INI MALU MAK!!”

Ada apalagi sih ini, pagi pagi yuk tina udah bikin ribut
Terdengar emak menjawab

“bukan emak tak mau membayar tin, tapi betul betul saat ini emak belum punya duit Apa guru kamu nggak bisa menunggu?”

“MENUNGGU SAMPAI KAPAN SEMUA TEMAN SUDAH LUNAS DARI SEMINGGU YANG LALU MAK AKU MALU DITANYA TERUS SAMA GURU!!”

Yuk tina masih berteriak, ia sepertinya kesal sekali
Cepat cepat aku pakai sepatu kemudian keluar kamar sambil menyambar tas diatas tempat tidur yang sudah aku siapkan dari tadi pagi

“ngape mak?”

Tanyaku sambil menghampiri mereka

“tu yuk tina nangis karna mak dak ade duit untuk bayar buku sekolah e”

“berape yuk harge buku e?”

Tanyaku pada yuk tina yang sedang duduk di kursi makan, sambil terisak isak

“dak usah nanya nanya Emang e kau ade duit?”

Bentak yuk tina kesal Rambutnya yang di kuncir ekor kuda bergerak gerak seiring ia terisak isak menangis

“tina ngape kau marah ditanya baik baik sama adek kau?”

Ujar emak dengan suara sedikit keras

“sude lah mak, dak ape ape Berape mak harge buku yuk tina tu?”

Aku kembali bertanya, tapi kali ini sama emak, aku kasihan melihat emak yang begitu sedih karena yuk tina marah emak belum punya duit, emak memaksakan senyum kepadaku

“lime ribu Maksud mak, kalo bise besok baru bayar e Karna tadi, kue banyak dak abistapi yuk tina kau dak nak ngerti”

Aku menarik nafas dengan berat, susah juga kalau begini, aku juga nggak bisa menyalahkan yuk tina, dia pasti sangat malu dengan teman temannya, karena gurunya pasti menagih uang buku, kenapa sih sekolah harus bekerja sama dengan beberapa penerbit buku cetak pelajaran, guru guru memaksa murid membeli buku cetak, yang setiap tahun selalu berganti ganti penerbit Buku yuk yanti nggak bisa di pakai lagi oleh yuk tina Padahal baru satu tahun buku buku itu

Mungkin bagi sebagian orang orang yang banyak duit, itu tak memberatkan Tapi bagi yang keadaannya seperti keluargaku, itu sungguh sangat membebani
Apakah setiap tahun itu pokok pelajaran selalu berubah, hingga buku buku cetak pelajaran pun harus selalu berganti setiap tahun ajaran baru Belum lagi setiap empat bulan buku itu sudah harus beli lagi yang lanjutan cawu 2 dan cawu 3 nya

Mengapa sekolah di jadikan ladang bisnis oleh para guru yang mencari uang diluar gaji
Aku tahu, untuk setiap buku yang terjual, pasti guru mendapatkan fee
Padahal aku, yuk yanti dan yuk tina bersekolah di sekolah negeri
Seharusnya pemerintah lebih memperhatikan masalah ini
Kemana sih pejabat departemen pendidikan dan kebudayaan

++++

apa saja yang mereka kerjakan selama ini, apakah memang seperti ini standard pendidikan Kurikulum selalu berganti ganti setiap tahun Belum lagi CBSA Atau apalah itu, apakah semua itu akan efektif?

Apa memang begini seharusnya?
Dimana sekolah seperti toko, buku tulis, buku cetak, bahkan sampulnya pun dijual disekolah
Mending kalau harganya lebih murah daripada yang ada di toko buku Ini sama saja dengan yang ada di toko Malah lebih murah di toko kalau belinya langsung lusinan
Sampai kapan sekolah harus menjadi tempat transaksi jual beli
Mungkinkah ini yang di cita citakan oleh para pahlawan di bidang pendidikan dulu
Aku terpikir seandainya ki hajar dewantara melihat ini semua entah apa reaksinya
Apakah negara ini sudah terlalu miskin hingga tak ada dana untuk pendidikan
Subsidi bbm habis untuk orang orang kaya yang punya mobil mewah Menyuplai listrik pada rumah rumah besar yang ada ac, kulkas, alat alat elektronik yang hanya mampu di beli oleh orang orang yang tak seharusnya mendapatkan subsidi
Orang orang seperti kami yang tak punya kendaraan bahkan tak mencicipi subsidi itu

“yuk tina bayar lah buku e hari ni Ku punye tabungan, mungkin cukup lah kalo lime ribu yuk, sebentar ku ngambil e”

Aku kembali ke kamar, lalu membuka lemari, mengambil uang jajan yang selama ini aku simpan, kemudian aku hitung, ternyata lumayan lah, lima ribu lebih, sisanya aku masukkan kembali ke dalam kaleng susu
Aku keluar kamar lalu memberikan uang itu pada yuk tina

“ni yuk duit e Lah ku hitung, pas lime ribu”

Aku meletakkan uang itu keatas meja
Yuk tina memandangi uang yang aku taruh diatas meja, ia tak bergeming

“ngape yuk?”

Aku bertanya sedikit heran

“malas ku duit recehan macam tu, malu ku ngasih e ke guru”

Ujar yuk tina keras kepala Ia tak bergerak sedikitpun untuk mengambil uang itu
Aku bingung harus bagaimana lagi
Kulihat emak menggeleng gelengkan kepala dengan kesal melihat kelakuan yuk tina

“ambil lah dulu tina, duit tu kan bisa ditukar di toko wak imron Cepet lah tin, kelak lah terlambat ke sekolah e”

Nasehat emak menahan sabar, kemudian emak merapikan uang itu lalu memberikan ke tangan yuk tina

Yuk tina mengambil uang itu kemudian langsung berangkat ke sekolah

“tina pegi dulu mak!”

Ujarnya langsung keluar tanpa berterimakasih sedikitpun padaku
Tapi sudahlah yang penting ia bisa membayar buku itu hari ini

Emak menoleh padaku kemudian berkata

“mak pinjem dulu duit kau rio, kelak mak bise ganti e”

“lah mak Dak ape ape lah Santai santai bae lah dulu, rio kan belum pakai juga duit tu”

Aku menghibur emak agar tak terlalu sedih, aku tahu sebagai orang tua, emak pasti ingin sekali menuruti keinginan anak anaknya, apalagi itu menyangkut masa depan kami, betapa emak akan sedih andai kami anak anaknya kecewa karena ia tak mampu menuruti keinginan kami, aku kasihan sama emak, perasaannya pasti sakit karena tingkah yuk tina yang tak mau mengerti sedikitpun keadaan emak

Hari sudah tepat jam tujuh sekarang, tak diragukan lagi kali ini aku terlambat ke sekolah
Aku dekati emak lalu aku raih tangan kanannya kemudian aku cium

“mak rio pegi dulu ya mak Assalamualaikum”

“wa alaikum salam Ati ati di jalan nak”

“oke mak”

Aku berlari mengejar waktu agar tak terlalu lama terlambat mengikuti pelajaran pertama

Sampai di sekolah suasana sudah sepi, teman teman sudah masuk ke dalam kelas semua dengan berdebar debar aku menyusuri koridor menuju ke kelasku
Suara guru yang sedang menerangkan pelajaran bisa aku dengar dari tiap tiap kelas yang aku lewati
Jantungku berdebar debar, semoga saja guru pelajaran pertama hari ini belum masuk kelas
Aku pasti kena hukuman karena terlambat
Sampai di depan kelasku, suasananya agak sepi, tak terdengar suara teman temanku yang biasanya berisik
Aku mengintip dari balik pintu, ternyata pak budiman guru elektronika sudah berada di depan kelas, sedang berdiri menulis di papan tulis

Aku kuatkan hatiku untuk mengetuk pintu kelas

“assalamualaikum”

Tenggorokan ku seperti tercekat saat mengucapkan salam itu

Serempak seluruh teman temanku yang sedang menulis, menegakan badannya melihat ke arahku
Pak budiman berhenti menulis kemudian melihatku

“masuk!!”

Ujarnya dengan suara datar
Dengan gemetaran aku masuk ke dalam kelas
Menghampiri pak budiman untuk menjelaskan kenapa aku bisa sampai terlambat mengikuti pelajarannya

“duduk Emangnya bangku kamu disini?”

Tegur pak budiman padaku, aku agak terkejut juga, pak budiman biasanya terkenal galak, kalau ada temanku yang terlambat, andai alasannya tak tepat pasti akan ia jewer sampai merah kupingnya
Dengan ragu ragu takut tadi salah dengar aku menatap pak budiman

“langsung duduk saja ke bangkumu rio, tadi rian sudah menjelaskan kalau kamu hari ini bakalan terlambat karena tadi pagi kamu terjatuh dan harus berobat”

Jelas pak budiman masih tetap tenang, aku lega sekali
Cepat cepat aku duduk ke bangku ku Saat melewati bangku rian, aku menoleh padanya dan tersenyum memberikan isyarat berterimakasih padanya
Rian mengangguk sambil terus menulis Ia tak membalas senyumku sama sekali
Cuma memandangku sekilas, lalu kembali menekuri bukunya

Aku duduk di bangku ku, erwan langsung berbisik padaku dengan pelan sekali

“dari mana sampai anak baru itu tahu kamu terjatuh rio Kok aku tak tahu sih, pagi tadi kan kamu masih jual kue dan sehat sehat saja”

Ia bertanya dengan penasaran

+++++

KE RUMAH ERWAN

Pas jam istirahat, aku baru saja mau keluar kelas di depan pintu ada rian masih berdiri entah menunggu siapa
Aku hampiri langsung

“nunggu siapa bro?”

Rian menoleh melihatku, ia senyum tipis

“ah nggak nunggu siapa siapa kok”

“ke kantin yuk”

Aku coba mengajaknya, untung untung nasib kalau dia mau
Namun rian lagi lagi cuma senyum

“duluan aja lah Aku nyusul bentar lagi”

Jawabnya sambil berjalan ke tepi teras
Aku berjalan mendekatinya lalu berdiri di sampingnya, pokoknya aku harus bisa berteman akrab dengan rian, tapi kenapa sih dia sepertinya agak menutup diri
Tadi pagi dia kan baik banget mau menolongku, tapi sekarang ia terlihat seperti menjauh

“makasih ya kamu sudah beberapa kali membantuku”

Ucapku pelan, ia mengangguk tanpa melihatku Seperti nya ia agak menjaga jarak
aku tak mau menyerah, biarlah mungkin memang tipenya seperti ini, agak malu malu, wajar aja karena dia kan murid baru, jadi butuh waktu untuk beradaptasi dengan situasi dan teman teman disekolah ini

“beneran nih nggak mau ke kantin?”

“pergi aja dulu!”

Ujarnya dengan tegas, sepertinya ia agak kesal

“kamu ada masalah ya?”

Aku bertanya dengan hati hati agar ia tak tersinggung dan tak merasa aku mau terlalu tahu tentang dia

“cerewet amat sih Pergi aja sana!”

Jawab rian agak kasar Aku betul betul kaget, tak menyangka reaksinya bakalan seperti ini, muka ku langsung menjadi merah karena malu, menyesal sekali rasanya aku berusaha akrab dengannya
Rupanya rian memang tak mau berteman dengan aku
Apa mungkin karena ia malu berteman dengan aku karena aku berjualan kue, seperti teman temanku yang lain juga malu terlalu akrab denganku karena aku jualan kue keliling tiap pagi
Aku berbalik dengan pelan lalu kembali ke dalam kelas dengan sedih

Ingin rasanya aku menangis, kenapa rian tega membentak ku seperti tadi
Padahal maksud aku kan baik, aku hanya ingin berteman dengannya
Kenapa susah sekali bagiku untuk mendapatkan teman
Bisa di hitung dengan jari yang mau berteman denganku di sekolah ini
Kenapa sih orang orang tidak suka berteman dengan orang yang kurang mampu
Padahal belum tentu aku mau mengemis pada teman teman yang mampu
Aku cuma sekedar ingin berteman saja

Satu satunya yang mau berteman akrab denganku di kelas ini hanyalah erwan
Teman sebangku dari aku kelas satu dulu Teman teman yang lain cuma sekedarnya saja
Paling cuma sekedar menyapa bila kebetulan berpapasan atau mengajak ngomong seadanya

Kadang kadang aku sering iri walaupun tanpa aku sadari, melihat teman teman berkumpul, berjalan jalan sama sama mejeng di tempat tongkrongan anak anak gaul, atau ada yang berulang tahun, aku ingin sekali di undang, tapi jarang sekali ada yang mengundang ku, apakah karena menurut mereka aku ini tak penting, jadi nggak perlu diundang

Selama aku bersekolah, belum ada satupun teman teman selain erwan yang pernah main ke rumahku
Walaupun erwan murid yang paling kaya di kelas
Tapi ia tak pernah sombong, apalagi pamer
Bahkan ia paling akrab denganku
Aku tahu banyak yang ingin berteman dengan erwan
Namun erwan selalu bilang padaku, kalau ia merasa lebih senang berteman denganku
Ia tak suka pada orang yang ingin berteman dengannya hanya karena memandang kekayaan orang tuanya saja
Menurut erwan, cuma aku yang benar benar tulus berteman tanpa ada embel embel apapun

Aku senang erwan suka berteman denganku, tapi erwan jarang sekali nongkrong kalau sore, hampir tak pernah ia keluar rumah, kecuali kalau mau renang seperti kemarin dulu

Aku ingin sekali punya banyak teman, apakah aku salah kalau ingin bergaul, aku tak pernah meminta hidup susah, aku juga tak ingin menyusahkan orang lain
Tapi kenapa untuk mencari teman banyak itu susah
Aku pikir, sebagai murid baru, rian bisa menerimaku sebagai teman, rupanya aku salah
Rian sama saja dengan yang lain
Ia malu berteman akrab denganku

Sejak: 23 Nov 2008
Post: 8
Lokasi: dalam dekapan kekasih telanjang bulat
Dikirim: Sel Mar 16, 2010 3:48 am Balas dengan kutipan Kembali Ke Atas



entah kenapa semakin rian bersikap seperti itu aku jadi semakin berharap sekali ia mau jadi temanku
Belum pernah aku merasa begitu ingin akrab dengan seseorang seperti kali ini
Apakah ini Aku sendiri bingung
Padahal aku kan baru aja kenal dengan rian, tapi setiap melihatnya aku merasa begitu ingin dekat
Hatiku seakan akan memanggil manggik untuk selalu mendekatinya
Aku menyender dengan lesu di bangku, rasanya bagai kehilangan semangat
Membaca buku pun tak konsen, yang terbayang cuma wajah rian, rambutnya yang di potong cepak, bajunya yang selalu rapi tanpa kerut, di masukkan ke dalam celana, semua membuat rian terlihat begitu tampan
Aku menggelengkan kepala berusaha menepis bayangan rian
Namun selalu gagal
Akhirnya aku mengambil buku tipis yang biasa aku pakai untuk menggambar
Ku buka lembar demi lembar, ada wajah rian yang beberapa hari lalu tak sengaja aku gambar
Aku tutup langsung buku itu, lenyap sudah minatku untuk menggambar
Aku masukkan kembali ke dalam tas
Kemudian aku berdiri, lebih baik aku cari erwan, mungkin saat ini ia lagi di kantin
Rian masih berdiri di tempat tadi
Ia sempat melirikku, namun aku langsung membuang muka
Cepat cepat aku berjalan sambil berusaha untuk tak melihatnya

Kantin ramai sekali, aku melihat ke sekeliling mencari dimana erwan duduk
Rupanya ia sedang di pojok dekat jendela, sedang makan semangkuk bakso
Aku hampiri dia

“wan Asik bener makan e”

Kataku sambil duduk di bangku depan erwan

“oi rio Hehehe biase lah pren Tumben nek ke kantin, biase e kau susah kalo diajak”

“tengah malas ni Di kelas bete”

“pesen lah makan e Sebentar agi bell bunyi Cepet lahku pacak bayar e”

Tawar erwan tanpa basa basi Sambil menyuap sesendok bakso
Aku berdiri lalu ke gerobak mang ali

“mang, bakso e semangkok Jangan telalu pedes ok!”

Aku berkata agak keras, karena beberapa orang murid sedang antri memesan, ribut sekali Saling berebutan mirip anak ayam kelaparan

“oke Tunggu ok bentar Agi ramai nih”

Mang ali mengacungkan jempol padaku, nampaknya ia begitu kewalahan
Mang ali sudah berjualan bakso di kantin ini sejak lama, jauh sebelum aku menginjakkan kaki di smp ini
Rumah mang ali tak terlalu jauh dari rumahku
Mang ali adalah bapaknya angga
Setiap aku beli bakso sama dia pasti di kasih lebih banyak bola dagingnya

Aku kembali duduk di depan erwan Nafasnya mendesah karena kepedasan
Keringatnya bersemburan di wajahnya yang berkulit cokelat bersih Bibirnya agak memble karena bengkak kena cabe

“gile pedes sambel e rio, tolong ku ambil air putih segelas”

Cepat cepat aku tuang segelas air lalu aku berikan pada erwan
Langsung diminum erwan sampai habis

“tambah lagi dak, kayak e kau tu kepedesan bener”

Tanyaku sambil mengangkat ceret plastik ke arah erwan
Erwan langsung mengulurkan gelas kosongnya ke arahku Langsung aku tuang ke gelas erwan sampai penuh

Seorang perempuan menghampiriku sambil mengantar semangkok bakso yang tadi aku pesan

“makasih ya mbak”

Kataku sambil menggeser mangkuk lebih dekat ke depanku
Aku menuang saus tomat banyak banyak, kemudian kecap manis dan sambal
Asap masih mengepul dari dalam mangkuk, tercium aroma kaldu daging membuat perutku jadi lapar, tak sabar untuk melahap habis bakso

“buruan makan e Sebentar lagi lah masuk”

Erwan memburuku agar cepat takutnya aku nggak sempat makan karena keburu bunyi bell

“masih panas ni Macam mana makan e Kelak lidah ku tebakar”

“sapa suruh ke kantin jam segini Lah tau istirahat hampir selesai baru ke kantin Padahal lah dari tadi ku ajak”

Gerutu erwan menahan senyum geli melihat aku yang makan terburu buru
Kemudian ia berdiri dan berjalan ke kasir membayar makanan kami
Aku membuka mulut karena kepanasan bercampur pedas, bola daging yang biasanya aku makan dengan segenap penjiwaan sekarang ini aku gigit cepat cepat lalu aku telan dengan terburu buru
Hingga aku tak bisa meresapi kelezatannya
Bertepatan dengan habisnya bakso dalam mangkuk, bell berbunyi
Cepat cepat aku minum, lalu menarik tissue untuk mengelap keringat yang bercucuran di keningku

“ayo ke kelas sekarang”

Ajak erwan sambil menarik tanganku
Kantin sudah sepi, aku bergegas mengikuti erwan kembali ke kelas
Kalau sampai terlambat dan guru yang keburu masuk bisa bisa kami kena tegur

Aku masuk ke kelas, kembali ke tempat duduk bersama erwan
Sekilas aku menoleh melihat ke bangku rian, ia sudah duduk di bangkunya
Tak melihat ke arahku, asik ngobrol dengan vendi
Sekilas aku merasa cemburu, entah cemburu karena apa
Mungkinkah aku cemburu karena keakraban mereka
Diam diam aku jadi iri pada vendi

=====================

Pulang sekolah aku bersama erwan berjalan kaki, sebenarnya erwan punya sopir yang selalu mengantar dan menjemput dia ke sekolah, tapi beberapa bulan ini ia selalu pulang jalan kaki
Cuma perginya aja yang diantar
Aku sempat nanya kenapa ia tak pulang sama sopir, ia cuma bilang mau jalan aja sekalian olahraga
Kami berdua berjalan di tepi jalan

“rio, kerumahku yuk Aku baru beli kaset sega baru”

Tawar erwan sambil mengimbangi langkahku yang panjang panjang

“nggak ah Malu sama mamamu!”

Aku menolak halus, aku pernah melihat rumah erwan, aku merasa jengah kalau ke rumah erwan Belum tentu orangtua nya suka erwan bergaul dengan anak dekil seperti aku

“nggak apa apa kok rio, mamaku nggak gigit kok, lagian aku sering kok cerita tentang kamu, sudah sering mama nyuruh ngajak kamu main kesini”

“ka nek kan main ke rumah ku?”

Tanya erwan meminta kepastian, melihat wajahnya yang sepertinya sangat berharap aku mau menerima undangannya, aku jadi tak tega Akhirnya aku menganggukan kepala

“oke lah, tapi ku nek pulang dulu, jangan sampai mak ku becari cari kek ku”

Jawabku masih sedikit ragu Erwan tersenyum lebar seperti kegirangan

“sip lah rio Kelak ku bise jemput ka di rumah Pokok e ka siap siap lah dulu Sekitar jam setengah tige ku jemput Oke pren!”

“oke pren Sekarang kite pulang dulu ke rumah masing masing Ku tunggu jam setengah tige, jangan sampai telambat ok!”

Aku menegaskan pada erwan Karena aku tidak suka menunggu nunggu seperti orang yang kebingungan

“oke ku janji Pasti paling lambat setengah tige datang”

Ujar erwan dengan yakin Kami meneruskan berjalan pulang ke rumah Setelah sampai di pertigaan kami berpisah, karena rumah erwan belok ke kanan sedangkan aku lurus ke depan
Erwan melambaikan tangan padaku, aku balas sambil terus berjalan

Sampai dirumah aku langsung berganti pakaian, sholat kemudian makan tak lupa aku memberi makan si merah, kucing kecil yang aku temukan dulu Sekarang anak kucing itu sudah agak gemuk dan terlihat sehat Karena aku selalu memberinya makan dengan teratur, dan juga aku selalu memandikannya
setelah itu aku mengayuh sepeda mengambil kue di toko toko
Selesai memberikan uang kue kepada emak, aku minta izin sama emak untuk bermain kerumah erwan
Emak cuma berpesan agar aku tidak macam macam dirumah erwan Aku harus tetap sopan agar orangtua erwan senang

Aku duduk diteras rumah, diatas bangku bambu menunggu erwan sambil membaca donal bebek
Komik berwarna yang sudah berkali kali aku baca tanpa bosan bosan karena ceritanya yang lucu sering membuat aku tertawa

Tepat jam setengah tiga sebuah mobil kijang berwarna hitam berhenti didepan pekarangan rumahku
Erwan turun dari mobil, kemudian menghampiriku

“ayo rio Kite pergi sekarang ok”

“iya lah Emang e besok Ku lah nunggu hampir setengah jam Sebentar dulu ku bilang kek mak ku Ka tunggu ok”

Jawabku sambil masuk kedalam rumah menemui emak yang lagi membuat kue didapur

“mak ku lah di jemput erwan Ku pergi ke rumah erwan dulu mak”

“iya rio Ati ati dijalan ok Jangan pulang terlalu malam”

“oke mak Rio pergi dulu”

Emak cuma mengangguk sambil tersenyum Sambil berlari lari kecil aku hampiri erwan Kemudian ikut dia naik ke mobilnya Sopir membawa kami kerumahnya erwan

Sampai dirumahnya, sopir memarkir mobil didalam garasi, aku dan erwan turun Kemudian berjalan ke depan teras ruang tamu rumahnya

“ayo masuk pren Dak usah malu malu Biase biase bae lah Mamaku lagi tidur siang”

Ajak erwan sambil melepaskan sandal jepitnya di teras Aku mengikuti erwan masuk
Ruang tamu erwan lumayan besar, ada dua set kursi tamu berukuran besar seperti yang sering aku lihat di sinetron sinetron
Lantai rumahnya begitu mengkilat bagaikan piring makan yang ada didapur rumahku
Begitu bersih, aku pikir walaupun erwan menuang nasi dan makan langsung dilantai rumahnya, nggak bakalan sakit perut saking bersihnya

“langsung ke kamarku bae yuk”

“emang e kamar ka yang sebelah mane?”

Tanyaku sambil melihat ke sekeliling rumahnya
Gila bagus sekali isi yang ada didalam rumahnya
Lemari lemari besar dari kaca yang penuh dengan porselen dan guci keramik
Vas bunga dari kaca warna warni ada di atas tiap tiap meja yang ada dirumahnya
Sebuah aquarium berukuran besar di sudut ruang tengahnya berisi ikan arwana berwarna merah terang sebesar ikan tenggiri berenang renang dengan angkuh didalamnya
Pesawat televisi 42 inchi dan speaker speaker berderet di bufet pada ruang tengahnya
Aku jadi ingat dengan televisi dirumahku yang masih hitam putih
Tak ku sangka erwan yang disekolah penuh dengan kesederhanaan itu ternyata bagaikan seorang pangeran dirumahnya sendiri
Berjalan pun rasanya aku ragu karena selalu memikirkan telapak kakiku apakah ada tanah atau tidak Aku tak mau kalau sampai aku meninggalkan cap kakiku diatas lantai keramik putih bersih ini
Erwan berhenti didepan sebuah kamar yang berpintu lebar dan tinggi Langit langit rumah erwan begitu tinggi, bahkan lebih tinggi dari langit langit kelas yang ada disekolahku

“ayo masuk rio Dak usah ragu Biase biase bae lah Anggap kamar ka sendiri”

Kata erwan sambil menyibak gorden kamarnya yang berwarna putih Aku mengikuti erwan masuk ke dalam kamarnya
Mataku langsung terbelalak begitu melihat isi di dalam kamar erwan
Sebuah tempat tidur dengan seprei dan bedcover gambar mobil balap warna biru tua Busa per yang empuk dan tebal, miniatur mobil mobil dalam berbagai bentuk dan warna berjejer di rak tempel yang ada di dinding kamarnya Jumlahnya aku taksir mungkin lebih dari limapuluh buah
Pesawat televisi dan video player serta sega melengkapi isi kamarnya
Bahkan ada ac nya
Belum pernah aku melihat dengan mata kepala sendiri sebelumnya kamar semewah ini
Aku menginjak karpet bulu tebal motif kulit macan loreng yang menutupi seluruh permukaan lantai rumahnya
Susah payah aku menahan agar mulutku tak menganga melihat semua ini
Aku hanya bisa menelan ludah Begitu kontras dengan keadaan rumahku
Selama ini aku cuma melihat bagian depan saja rumah erwan
Walaupun hampir setiap pagi ia membeli kue dariku, namun aku cuma duduk di terasnya saja

+++

“duduk rio, santai aja ya Kalau mau nonton nyalain aja tipinyaaku mau bikin minum dulu bentar!”

Kata erwan mempersilahkan aku, ia memberikan dua buah remote padaku, kemudian erwan keluar dari kamar
Sepeninggal erwan aku jadi bingung, remote tipi ini untuk nyalainnya yang mana, terus yang satu ini remote apaan
Karena takut salah, aku nggak berani menyalakan tipi Aku cuma duduk duduk saja sambil menunggu erwan kembali Sambil memandangi seluruh isi kamar erwan yang lengkap
Pasti dari kecil erwan sudah mendapatkan fasilitas yang lengkap, tempat tidurnya berukuran sedang, cukup untuk satu orang Sepreinya rapi sekali, bedcover membuatnya terlihat makin apik Di sisi kepala tempat tidur ada lemari kecil yang ada lacinya sekaligus berfungsi sebagai meja untuk menaruh lampu tidur serta jam beker Meja belajarnya berbentuk seperti lemari kecil, lengkap dengan rak buku, laci dan lampu belajar
Ada satu set komputer disamping meja belajar itu Aku bahkan belum pernah yang namanya menyentuh komputer
Andai punya kamar seperti ini, bisa betah aku seharian didalam kamar, ada saja kegiatan yang bisa aku lakukan, dari menonton, maen games, hingga maen komputer Alangkah beruntungnya erwan

Sekitar sepuluh menit aku menunggu, erwan kembali masuk kamar dengan membawa baki berisi ceret beling dan dua gelas panjang berisi sirup jeruk

“kok nggak dinyalain tipinya?”

Tanya erwan sambil meletakkan baki ke atas laci disamping tempat tidur

“hehe Aku nggak tau cara nyalainnya”

Sesaat erwan tertegun menatapku, seolah tak percaya apa yang barusan aku katakan, tapi ia cepat mengatasi rasa kagetnya Diambilnya remote yang tadi aku taruh diatas tempat tidur, lalu ia memencet tombol pada remote itu Televisi berwarna ukuran 29 inchi yang ada di depanku langsung menampilkan layar berwarna biru muda
Erwan mengambil lagi satu remote diatas tempat tidur lalu mengarahkan ke televisi dan memencet tombol pada remote, layar biru langsung berganti dengan tayangan berita dari televisi swasta
Erwan memindahkan chanel hingga gambar pada televisi berganti ganti, banyak sekali siaran televisinya mungkin ada puluhan Erwan berhenti setelah ditipi menampilkan film kartun
Wah Film donal bebek Kebetulan sekali, dengan antusias aku mendekat ke tipi, lalu duduk diatas karpet

“kamu kan suka baca donal bebek, nih filmnya Tiap sore jam tiga pasti ada di tipi kok”

Jelas erwan sambil duduk disampingku
Aku terpaku menatap layar, menonton adegan yang lucu membuat aku tak bisa menahan tertawa Erwan ikut tertawa terpingkal pingkal menyaksikan adegan adegan lucu di film itu
Saat film terpotong iklan, erwan berdiri lalu mengambil sirup jeruk yang ada diatas laci, memindahkan ke atas karpet

“minum dulu rio Tertawa terus dari tadi, bikin mulut kering”

Aku mengambil mengangkat gelas panjang itu lalu meminum sirup jeruk Ahh Segarnya Rasa asam manis dan dingin membuat hausku langsung sirna

“kita maen games yuk Aku baru beli kaset sega yang baru loh”

Ajak erwan sambil berdiri setelah kartun donal bebek selesai Erwan membuka kaca dibawah televisi, menancapkan kaset sega ke playernya

“aku nggak bisa maen sega
Kamu ajari aku ya”

“gampang kok maennya Nih ambil stik ini”

Ujar erwan sambil memberikan sebuah joystik padaku Langsung aku ambil
Di layar sudah keluar gambar games saint seiya Walhasil selama hampir satu jam aku dan erwan main games itu Erwan mengajariku dengan sabar hingga aku benar benar bisa memainkan games itu dengan lancar

Satu jam lebih kami main games, aku tentu saja kalah karena erwan lebih gesit

“ke dapur yuk Perutku lapar nih Kamu pasti lapar juga kan?”

Ajak Erwan sembari mematikan televisi dan sega Aku menggelengkan kepala menolak ajakan erwan Meskipun lapar, aku malu makan disini, karena aku baru sekali main kesini Lagian emak juga menganjurkan agar aku makan dirumah

“makasih er Aku masih kenyang, makanlah dulu kalau kamu lapar, nggak apa apa kok aku bisa nunggu dikamar”

Jawabku pura pura membusungkan perut biar kelihatan kalau aku tak lapar
Erwan nampaknya sedikit kecewa aku menolak tawarannya

“kalau gitu aku juga nanti aja makannya Aku juga belum terlalu lapar amat kok!”

“loh tadi kamu bilang udah lapar Makan aja lah Ngapain ditunda tunda”

“habis kamu nggak mau temani aku Jadi males!”

Erwan cemberut, wajahnya jadi lucu kalau seperti itu Aku tertawa sambil memukul pelan pahanya yang terbuka karena ia memakai celana pendek

“iya dehaku temani aja ya Aku nggak usah makan”

“oke Yuk kedapur sekarang”

Erwan melompat dari tempat tidur, lalu menarik tanganku setengah berlari keluar dari dalam kamarnya
Diruang tengah rumahnya, aku berpapasan dengan mama erwan
Ia sedang mengupas buah apel sambil duduk didepan televisi
Saat melihat aku mamanya erwan langsung tersenyum

“ini ya temanmu yang kamu ceritakan itu?”

Mamanya bertanya pada erwan sementara tangannya masih terus mengupas buah apel, sambil memotong motongnya seukuran dadu kedalam piring

“iya ma Namanya rio, dia sebangku denganku dikelas”

Aku menghampiri mama erwan lalu menyalaminya sambil mencium tangannya Emak selalu mengajarkan aku untuk mencium tangan orang yang lebih tua kalau bersalaman

“eh rio, udah makan belum? Erwan ajak rio makan sana Mama tadi masak perkedel daging, sama goreng sosis loh”

Mama erwan menawariku makan, ternyata mama erwan memang ramah seperti yang erwan bilang

++++

“makasih tante Tapi rio udah makan tadi dirumah”

Lagi lagi aku menolak, aku benar benar merasa malu kalau makan disini, aku takut sekali kalau aku malah akan mengotori rumah mereka, pasti disini itu makannya teratur seperti yang ada di film film Aku takut tak bisa memegang garpu dengan benar Karena dirumah aku sudah terbiasa makan cuma dengan tangan tanpa sendok

“makan sedikit aja rio Nggak usah malu malu Ntar nyesel loh nggak nyicipin sosis goreng buatan tante Udah sana langsung aja kedapur bareng erwan”

Paksa mama erwan seakan akan beliau bisa membaca apa yang ada dalam pikiranku

“yuk rio, kita ke dapur langsung Ntar keburu sore, nggak jadi lagi makannya disini!”

Erwan menyeret aku agar mengikutinya, sepertinya ia sudah tak sabar lagi menghadapi tingkahku yang sok malu malu kucing Dalam hati aku penasaran juga, bagaimana sih rasanya sosis itu, kalau aku lihat gambarnya didalam majalah, kayaknya enak banget deh Hehehe akhirnya kesampaian juga makan sosis

Dapur rumah erwan tak kalah bagusnya dengan ruangan yang lain didalam rumah ini
Tertata begitu apik Meja makan yang berbentuk oval, terbuat dari kaca tebal dikelilingi enam buah kursi makan berlapis busa dengan kain berwarna putih, sesuai dengan lampu kaca yang menjuntai dari langit langit rumahnya berbentuk anggur tepat diatas meja makan
Kulkas yang besar sekali berwarna putih disudut ruangan Semua serba putih, termasuk cat tembok dapur itu

“hei! Jangan bengong aja dong, ayo duduk Ntar mulutnya kemasukan lalat tuh”

Erwan mengagetkanku Agak tersipu aku duduk dikursi makan empuk ini
Lauk dan nasi udah ada dimeja semua, dalam wadah porselen bertutup kaca waaahhh Banyak sekali lauk nya Ada bermacam macam Sepertinya enak enak semua, susah payah aku menahan agar air liurku tak mengalir Aroma yang tercium olehku begitu enak

“tunggu bentar ya, aku ngambil piring dulu”

Erwan pergi ke sebuah ruangan yang lebih kecil, ia membuka laci dibawah tungku kompor gas, rupanya ada rak piring dalam laci itu, gila Aku baru tahu kalau piring makan itu bisa disusun dalam laci seperti itu, keren juga Membuat dapur lebih rapi
Erwan kembali dengan membawa dua buah piring bersih Ia memberikan satu padaku

“tuh nasinya ada dalam rice cooker itu”

Erwan menunjuk ke arah belakangku, aku menoleh, ternyata rice cooker nya ada dibelakangku tepat diatas meja samping kulkas Aku mengambil nasi sedikit, malu lah kalau keliatan kayak orang kelaparan
Erwan mengambil nasi setelah aku selesai, kemudian kami duduk dikursi makan
Erwan membuka tutup kaca satu persatu kemudian menyuruhku mengambil lauk yang aku suka

“banyak banyak ya rio Pokoknya makan itu yang bener jangan takut takut Nanti kamu nggak kenyang Kalau di rumahku jangan takut kelaparan hehehe mamaku selalu menyediakan makanan yang banyak kok Teman teman kakakku juga sering kok makan dirumahku”

Jelas erwan sambil mengambil sepotong besar sosis yang gemuk Dilumuri bumbu yang membuat aku menelan ludah
Aku mengambil daging rendang, lalu sayur dan terakhir aku mengambil sepotong sosis
Sedangkan erwan aku lihat piringnya sudah penuh dengan lauk, nasinya cuma sedikit saja, tetapi lauknya mengelilingi nasi itu
Kalau itu sih kelihatan seperti nasinya itu yang jadi lauknya
Kalau dirumahku, nasinya satu piring tapi lauknya bisa disembunyikan dalam nasi
Aku senyum senyum sendiri membandingkan hal itu
Aku membayangkan andai emak punya banyak uang pasti juga seperti mama erwan
Buktinya walaupun uang kami tak banyak tapi emakku selalu berusaha untuk masak enak untuk kami
Saat makan sosis ini aku jadi ingat emak, ingin rasanya aku masukkan dalam kantong bajuku agar aku bisa membawa pulang, lalu aku makan bersama emak Memikirkan hal ini tiba tiba sosis yang aku makan terasa hambar
Aku tak bisa makan enak enak sementara emak dirumah makan seadanya
Padahal tiap emak ke kondangan pasti selalu ingat untuk membawakan aku kue kalau ia pulang
Emak tak pernah lupa padaku
Aku menghentikan menggigit sosis yang ada di tanganku
Nafsu makanku telah hilang

“kenapa rio, sosisnya nggak enak ya?”

Tanya erwan dengan heran melihatku berhenti makan

“iya wan Aku jadi ingat emak ku dirumah Wan Boleh nggak sosis ini aku bawa pulang saja?”

Aku bertanya sambil menatap sosis yang ada di piringku
Erwan terdiam sejenak memandangku Kemudian ia tersenyum lebar

“makan aja dulu yang itu sampai habis, nanti aku suruh mbok yati bungkus yang masih baru untuk kamu bawa pulang Masa sih kamu mau bawa sosis bekas kamu gigit untuk emakmu”

Kata erwan agak geli melihatku
Aku tahu erwan pasti heran denganku

“nanti mamamu marah wan!”

“nggak mungkin lah mama marah Lagian sosis ini banyak kok Kadang kalau nggak habis pasti dibawa pulang sama mbok yati”

“makasih ya wan kamu baik banget”

Kataku dengan terharu, senang sekali punya teman seperti erwan

“iya Sekarang kamu makan lah sampai habis, ambil lagi lauknya yang banyak, pokoknya nggak usah malu malu lah kalau disini, papaku nggak bakalan bangkrut cuma gara gara sosis kok Hehehe”

Aku kembali melanjutkan makan, hingga habis semua isi dalam piringku Perutku betul betul kenyang
Selesai makan erwan menaruh piring ke tempat cuci piring, aku membantu menutup kembali mangkok porselen berisi lauk lauk dengan tutup kaca itu
Erwan memanggil pembantunya kemudian menyuruh membungkus beberapa sosis untuk aku bawa pulang nanti

++++

“kekamar lagi yuk!”
ajak erwan setelah selesai membereskan peralatan makan kami tadi, aku mengangguk lalu mengikutinya berjalan kembali kekamar
Di ruang tengah, mama erwan sedang menyusun bunga dalam vas beling, ia tersenyum saat melihat aku

“udah makannya rio, nah gitu dong, nggak perlu malu disini”
mama erwan menghentikan menyelesaikan menata bunga

“udah tante, makasih banyak ya sosis gorengnya benar benar lezat”
jawabku agak malu, erwan mengangguk padaku

“papa kapan pulang ma, katanya hari ini udah dirumah tapi kok sampai sekarang belum ada?”
erwan bertanya pada mamanya

“cuaca di jakarta agak buruk, jadi pesawat nya delay, tadi papamu telpon, ia bilang mungkin agak malam baru nyampe”

“oh gitu ya ma Pantas aja belum nyampe”

Aku diam mendengarkan pembicaraan mereka, erwan menoleh padaku kemudian mengajak aku ke kamarnya

“aku ke kamar erwan dulu ya tante”
kataku pada mama erwan, namun beliau menahan aku

“duduk dulu disini, tante mau ngobrol sebentar, nggak apa apa kan?”

Aku terdiam, loh kenapa mama erwan mengajak ngobrol, memangnya apa yang mau ia bicarakan, tapi aku menganggukan kepala demi kesopanan
Aku duduk dikursi dekat mama erwan Menunggu mama erwan memulai pembicaraan, karena aku bukan anak yang supel, aku betul betul malu

“kata erwan kamu pintar ya?”
mama erwan membuka pembicaraan

“biasa aja kok tante Nggak pintar pintar amat”
aku terkejut juga karena mama erwan mengatakan ini

“semenjak berteman denganmu, prestasi erwan di sekolah menjadi lumayan, menurut erwan karena ada kamu yang selalu membantunya kalau ada pelajaran yang agak sulit untuk ia mengerti”
mama erwan tersenyum ramah padaku Aku jadi serba salah, sebenarnya aku senang juga karena erwan memujiku didepan mamanya

“erwan bisa aja, ia terlalu memuji, wajar aja lah tan sesama teman itu kan wajib saling membantu, apalagi erwan teman sebangku”
aku mencoba merendah

“masih berjualan sebelum sekolah ya?”

“masih tante Membantu emak lah, kasihan kalau emak yang harus keliling”

“bagus, tante salut padamu, walaupun kamu berjualan tapi tak mengganggu prestasimu di sekolah”

“emak selalu mengingatkan aku untuk selalu belajar, kata beliau kalau aku ingin merubah nasib, perlu kerja keras dan harus pintar!”
aku menjawab dengan mantap, petuah dari emak selalu aku ingat dan tanamkan dalam hati, bagiku emak adalah kebanggaanku Walaupun emak bukan perempuan kantoran yang selalu berpenampilan rapi, namun bagiku emak tak kalah dengan mereka, perjuangan emak membesarkan kami dengan tiap tiap tetes keringat kesedihan dan kelelahan karena harus berjuang sendirian, lebih mulia dari perjuangan mencari uang sampai melalaikan rumah tangga Uang memang penting tapi bukanlah segala galanya

“rio ini ma selalu mendapat peringkat tiga besar, beruntung loh erwan berteman dengan rio!”
puji erwan membuat aku malu

“eh mama hampir lupa, erwan tolong ambil bungkusan diatas meja rias mama”
perintah mama erwan pada erwan

“iya ma, sebentar”
erwan berdiri lalu berjalan menuju ke kamar mamanya
Aku duduk menunggu erwan sambil terus mengobrol dengan mamanya

“dirumah kamu berapa bersaudara rio?”

“tiga tante, aku anak bungsu, kedua kakakku perempuan masih sekolah di smu, papa sudah meninggal sejak aku masih kecil”
aku menjelaskan, mama erwan mengangguk angguk
Erwan kembali dari kamar mamanya sambil membawa kotak yang terbungkus plastik besar sekali Lalu memberikan pada mamanya

“ini ma!”
mama erwan mengambil bungkusan yang diberikan erwan, lalu memberikan kepadaku

“ini untuk kamu rio”
ujar mama erwan membuat aku terhenyak kaget Benar benar tak aku sangka, apa yang di berikan mama erwan Aku agak ragu memandang mama erwan, kemudian aku melihat erwan, ia cuma tersenyum lebar, sepertinya ia sudah tahu apa isi bungkusan itu

“ambil aja rio, nggak usah ragu Sebenarnya sudah dari kemarin kemarin mama menyuruh aku mengajakmu kesini untuk memberikan itu Tapi kamu selalu ada alasan menolak”
jelas erwan membuatku tambah bingung, namun aku ambil juga bungkusan itu sambil tak lupa mengucapkan terima kasih

“terimakasih banyak tante”

“sama sama rio, tante juga berterima kasih, kamu udah membantu erwan selama ini, semoga aja kamu suka, erwan sendiri loh yang milihin itu”

“buka aja dulu rio,
desak erwan seperti tak sabar menyuruhku melihat apa isi dalam bungkusan itu
Sedikit gemetaran aku buka plastik hitam ini, sebuah kotak sepatu, jantungku langsung berdebar debar
Aku keluarkan sepasang sepatu berwarna hitam yang bagus sekali, serasa tak percaya aku menyentuh kulit sepatu itu, halus sekali Tak pernah aku membayangkan mendapatkan sepatu sebagus ini
Dalam kotak sepatu itu masih ada dua pasang kaus kaki yang masih baru berwarna putih

“teterima kkasih Tante Erwan”
mulutku terbata bata mengucapkan terima kasih, aku betul betul terharu, betapa baiknya mereka Meskipun berkelebihan harta, namun mereka masih sempat berbagi
Erwan dan mamanya tersenyum melihat aku yang canggung

“tuh masih ada lagi kok rio Coba buka lagi”
perintah erwan sambil tertawa senang
Aku letakkan sepatu didalam kotak, lalu aku keluarkan kotak dari dalam plastik bungkusan, dibawahnya ada baju seragam sekolah dan celana yang baru Serta sebuah tas dan ikat pinggang yang masih tergulung Rapi
Semakin gemetaran tanganku memegangnya
Aku keluarkan seragam yang masih baru itu, lalu tas hitam dan ikat pinggang hitam dengan perasaan haru, betapa baik mereka
Next
Posting Lebih Baru
Previous
This is the last post.

0 komentar:

Posting Komentar